ISTRIKU TIDAK MEMBERI PENGAMPUNAN
Dengan berbagai paksaan, Dakota akhirnya pergi meninggalkan toko dengan wajah masam. Setelah kepergiannya, Zack kembali menundukkan kepala dan berkata, “Saya sungguh minta maaf, Nona Charlotte.”
Ketika mendengar perkataan Charlotte yang menganggapnya sebagai keluarga. Hati Zack terenyuh sakit dan rasa bersalah menggerogoti sekujur tubuhnya lebih dalam.
“Duduklah, Tuan Zack. Mari kita bicara dengan benar,” balas Charlotte.
Menghadapi orang yang telah menghilangkan kesempatan Charlotte untuk memiliki anak juga merupakan hal berat untuknya. Selama ini, dia terus menanamkan kebencian pada pelaku insiden itu, tapi kini hatinya tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Ketika mereka sudah duduk, Charlotte akhirnya mengutarakan hal yang sulit untuknya dan Zack. “Tuan Zack, kita sudah mengenal dalam kurun waktu bertahun-tahun. Kamu selalu mengantarkanku pergi ke sekolah, dan bahkan pernah membelikanku permen saat aku tidak membawa uang. Sungguh, tak pernah sekali pun aku melupakan kebaikan-kebaikanmu di masa lalu.
“Bahkan aku merasa sangat sedih saat tahu kamu telah berhenti kerja setelah aku membuka mata dari koma. Namun, aku tidak menyangka bahwa kenyataan begitu memilukan seperti ini. Tuan Zack, aku benar-benar tidak mengerti, mengapa kamu tega kepadaku? Apa aku pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hatimu di masa lalu? Di antara banyak orang di dunia ini, mengapa harus kamu, Tuan Zack?”
Emosi marah menyelubungi hati Charlotte. Tapi, alih-alih melampiaskan amarah dengan berteriak, Charlotte malah merasa ingin menangis. Kenyataan ini begitu memilukan dan menyakitkan, sampai Charlotte tak berhenti merasakan sakit di dadanya.
Akan tetapi, hatinya kembali tenang tatkala Elliot memegang tangannya di bawah meja, mengelusnya pelan sebagai upaya untuk menenangkan istrinya.
“Anda tidak melakukan kesalahan, Nona Charlotte. Saya … saya hanya tidak punya pilihan.”
“Atas dasar apa?” tanya Charlotte.
“Saya seharusnya membunuh Anda, Nona Charlotte.” Zack menghela napas berat seraya mengusap wajahnya. “Tapi, saya tidak bisa! Saya tidak bisa membunuh Anda! Jadi, akhirnya saya … saya ….”
“Kamu menusuk perutku?”
“Ya,” balas Zack lesu.
Charlotte mengeratkan genggamannya pada tangan Elliot saat mendengar itu.
“Tuan Zack, apa kamu tahu akibat dari perbuatanmu?”
Zack tidak membalas, karena dia memang tidak tahu. Dia berpikir, melukai Charlotte bukan di bagian vital, akan lebih baik daripada membunuhnya.
“Karena kamu, aku tidak bisa memiliki anak lagi. Hal itu lebih buruk daripada kematian, Tuan Zack. Keluargaku bahkan semakin memperlakukan aku seperti sampah karena ketidakbergunaan itu. Jadi, pilihan apa yang membuatmu sampai bertindak seperti itu?”
Dalam seperkian detik, Zack tercekat. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya akan membuat Charlotte mendapatkan dampak sebesar itu. Padahal, dahulu dia mengira masih ada kesempatan untuk sembuh saat ia hanya menikam perut.
“Beberapa tahun yang lalu, putri saya Dakota dalam keadaan kritis. Sejak lahir, dia memang memiliki kelainan jantung, sehingga perlu menjalani berbagai macam perawatan intensif. Namun, saat itu, Dakota tampaknya sudah tidak bisa bertahan, dokter mengatakan dia butuh transplantasi jantung, tetapi saya tidak mungkin punya uang untuk membayar operasi seharga satu juga dollar lebih.”
Ketika mengingat itu, Zack meremas kedua tangannya dan meratapi ketidakberdayaannya. “Akhirnya, saya pergi menemui Tuan Muda Ethan untuk meminjam uang, tapi alih-alih meminjamkan, ia malah ingin saya melakukan sesuatu dengan imbalan uang untuk pengobatan putri saya.”
Charlotte menahan napasnya, “Jadi, saudaraku memintamu untuk melukaiku?”
“Tadinya, iya. Tapi, Nona Muda Caitlyn ingin saya membunuh Anda dengan menusuk leher Anda.” Zack menggertakan giginya. “Tapi, saya tidak mungkin bisa membunuh Anda. Karena itu, saya melukai tubuh Anda yang lain.”
Dan Zack tanpa sengaja malah menambah penderitaan Charlotte.
Membuat wanita itu merasa hidupnya tidak lagi berguna karena tak mampu menghasilkan keturunan. Jika saja Charlotte tidak mengalami kejadian itu, Brianna Landegre pasti tidak akan menyetujui proposal pernikahan mereka karena yang ia butuhkan adalah seorang wanita yang bisa menjadi duri untuk menghalangi jalan Elliot untuk mendapatkan kekuasaan.
Satu-satunya wanita yang bisa menjadi penghalang adalah wanita mandul. Karena itu, Charlotte pasti bisa lepas dari perjodohan apabila dia normal.
Seandainya, Charlotte norma. Dia tak perlu menghadapi perlakuan buruk Elliot di kehidupan pertama, dan bertemu dengan pria lain yang lebih layak.
Elliot tiba-tiba saja merasa hatinya sakit saat memikirkan hal itu. Dia mencintai Charlotte, tapi bila Charlotte mampu menjalani kehidupan yang lebih baik tanpa menyertakan pria itu di dalam hidupnya, maka Elliot bisa menerimanya.
“Antara membunuh atau melukai, kurasa tak ada perbedaan di sana. Kamu sama-sama mematikan kehidupan Charlotte,” kata Elliot.
Elliot menahan amarah yang memuncak di hatinya, lalu kemabali berkata, “Tuan Zack, Charlotte pernah bilang kalau kamu sudah menganggap Charlotte seperti putrimu sendiri dan bahkan menyayanginya. Sejak tadi pun, kamu juga berbicara seolah sangat memperdulikan Charlotte. Namun, kalau kamu memang menyayangi Charlotte, seharusnya kamu tidak akan melukainya sama sekali.”
“Saya tidak punya pilihan!” seru Zack. Ia menggebrak meja cafe, matanya melotot akibat tersulut oleh emosi, dan bahkan napasnya mulai memburu.
“Pilihan?” Elliot tertawa. “Dari penjelasanmu, maka aku bisa menyimpulkan kalau kamu ingin mengorbankan nyawa Charlotte untuk menyelamatkan nyawa putrimu. Walau aku bisa mengerti alasanmu, tetap saja, membunuh seseorang bukanlah pilihan.”
Rasa cinta Zack kepada Dakota mungkin memang terlampau besar, sebagaimana seorang ayah yang akan selalu mengorbankan apa pun demi keselamatan Dakota. Meski begitu, di mata orang lain, Zack tidaklah lebih dari seorang manusia egois yang lebih mementingkan dirinya sendiri daripada orang lain.
“Seandainya Dakota mengetahui kalau kehidupan bahagianya didasari oleh penderitaan orang lain. Apa menurutmu dia akan senang?” tanya Elliot.
Sontak Zack beranjak dari kursi dan berlutut di hadapan Elliot. “Saya mohon, jangan katakan hal ini kepada Dakota! Dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri dan membenci saya seumur hidup! Tuan … saya mohon kepada Tuan ….”
Zack ingin menyebutkan nama Elliot, tapi sadar kalau Elliot belum memperkenalkan dirinya sejak tadi. Dia bahkan tidak mengetahui hubungan pria itu dengan Charlotte.
“Landegre.” Elliot berkata, “Namaku Elliot Landegre, suami dari Charlotte. Karena kamu sudah menyakiti istriku, aku tidak bisa hanya membiarkan kamu pergi begitu saja.”
Nama keluarga Landegre itu menghantam dada Zack begitu keras. Dia sudah bekerja untuk Keluarga Baxter selama bertahun-tahun, jelas saja ia juga tahu nama-nama keluarga konglomerat yang memiliki pengaruh besar. Dan Landegre adalah salah satu nama keluarga yang seharusnya Zack hindari.
Karena kekuasaan mereka terlalu kuat dan tidak terbantahkan. Orang kecil seperti Zack tidak akan mampu menang saat melawan mereka.
“Tuan Landegre, saya rela dipenjara untuk menebus kesalahan saya. Tapi, tolong, tolong jangan katakan kepada Dakota kalau kesalahan saya adalah melukai Nona Charlotte.” Zack dengan susah payah memohon di hadapan Elliot, bahkan berulang kali bersujud supaya mendapatkan pengampunan.
“Dakota bukan lagi anak-anak. Usianya sama dengan Charlotte. Karena itu, tidak ada alasan bagiku untuk menyembunyikan perilaku kamu dari dia,” balas Elliot.
Zack semakin merendahkan sujudnya, tubuhnya tak henti-henti bergetar karena merasa takut Elliot akan mengungkapkan kebenaran kepada Dakota.
Dakota sudah lama menderita penyakit jantung. Sejak kecil, ia tidak bisa bermain dengan bebas atau makan apapun yang dia suka. Putrinya itu baru bisa berlarian dengan bebas setelah mendapatkan transplantasi jantung baru.
Jika sampai kebenaran terungkap, mungkin Dakota tidak akan pernah tersenyum karena tahu ada orang lain yang terluka karena dia.
“Sudahlah,” Charlotte berkata dengan suara pelan, memecahkan ketegangan di antara Elliot dan Zack. “Tak ada gunanya juga menangkap kamu.”
“Charlotte!” seru Elliot, merasa tak percaya istrinya tidak ingin meneruskan kasus ini ke ranah hukum.
Charlotte lantas menatap Elliot. “Kamu ingat kejadian Tuan Portman?”
Seketika Elliot terdiam. Renold dan Zack itu sama-sama pion sekali pakai yang digunakan oleh orang berkuasa yang ada di belakang mereka. Keduanya itu akan langsung dibuang dan dibungkam begitu bisa membahayakan Johan atau Ethan.
Membawa Zack ke penjara, sama saja hanya akan menghantarkan mereka ke gerbang kematian, sedangkan orang-orang yang menyuruh mereka masih bisa tertawa dengan bebas di atas kekuasaannya.
Charlotte masih menghargai hubungan lamanya dengan Zack. Karena itu, dia tidak ingin Zack sampai dibunuh begitu saja di penjara.
“Lalu, apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Elliot.
“Membiarkan Tuan Zack tersiksa di dalam penyesalan selamanya di kota kecil ini.” Charlotte menegaskan kepada Zack, “Aku tidak mau kamu beranjak keluar dari Nashville sampai kamu mati. Jika kamu berani keluar dari kota ini, maka aku tidak segan memberitahu semua kejahatan yang kamu lakukan kepada putrimu.”
Zack, “Bagaimana dengan Dakota? Apa dia juga tidak boleh meninggalkan kota ini?”
“Dia boleh pergi semaunya. Karena, Dakota tidak mengetahui apa-apa, sehingga rasanya tidak tepat untuk menyalahkannya juga.”
Begitu Charlotte mengatakan itu, Zack langsung menangis haru dan berkata, “Terima kasih, Nona Charlotte. Terima kasih karena sudah memaafkan saya.”
Charlotte menundukkan kepalanya, menatap Zack dengan ekspresi dingin. “Siapa yang memaafkanmu? Aku bahkan membenci kamu, Tuan Zack. Aku membiarkan kamu bebas supaya kamu terus dilanda perasaan takut dan menyesal seumur hidup. Situasi seperti itu, pasti lebih menyakitkan daripada hanya dipenjara.”
Bersambung…