Farida memeluk Reina dari belakang, tangannya menangkup induk payudara Reina sebelah bawah. Pak Agung membelai-belai kepala Vivi, bahkan sesekali menekannya kuat-kuat hingga terdengar suara lenguhan dari mulutnya yang tersumpal penuh oleh penis pak Agung. Perlahan Vivi menarik mulutnya sambil menghisap kuat-kuat batang penis milik si guru bejat.
“Ehhh, Ehemmm, hemmm, yeee ini anak, disuruh belajar malah asik sendiri” Vivi berdehem beberapakali, ia menolehkan wajahnya ke arah Reina yang sedang asik-asiknya saling memangut dan melumat dengan Farida. Farida terus mengecupi bibir Reina, Vivi memisahkan mereka, kemudian menekankan kepala Reina kembali kepenis Pak Agung.
“Ayo Rei, jangan malu-malu, telan gih.. he he he” Farida berbisik nakal di telinga Reina, wajah Reina merona merah, mulutnya mencoba untuk menelan batang penis milik gurunya. Ccenti demi centi batang penis yang besar panjang mulai merayap memasuki kerongkongan Reina.
Vivi membantu menaik dan menekankan kepala Reina, dengan lembut ia mengajari Reina untuk melakukan deepthroat sedalam mungkin. Pak Agung tersenyum, telapak tangannya membelai-belai kepala Reina, tampaknya Reina semakin pandai mendeepthroat sebatang penis besar di dalam mulutnya.
Sesekali ia menarik kepalanya hingga penis pak Agung terlepas dari mulutnya untuk mengambil nafas kemudian kembali melanjutkan pelajaran sextrakulikulernya.
“Sini Vi, aku bantu!” Farida membantu memasangkan strapon pada Vivi,
Vivi berlutut dibelakang pinggul Reina, ia menggesek-gesekkan penis karet bergerigi itu pada belahan vagina Reina, perlahan-lahan Vivi mendesakkan pinggulnya, benda berbentuk penis itu merayap memasuki belahan Vagina Reina, pak Agung semakin kuat menekan belakang kepala Reina, batang penisnya mendeepthroat kerongkongannya lebih dalam lagi
“emmmhh.. emmmhhh mmhhh Faaa Emmmhhh”
Sambil mengayunkan pinggulnya Vivi berciuman dengan Farida. Ciuman Farida merayap ke leher, pundak, bahu, punggung, tanganya mengelus-ngelus bokong Vivi kemudian menarik buah pantatnya agar menungging. Farida menyelipkan dildo di tangannya melalui celah latex, ditusuknya vagina Vivi dengan sebatang dildo berulir, mirip seperti ulir sebuah sekrup.
“Sprepphh,, sprepphhhh.. spreppphhh…”
Farida tersenyum mendengar suara becek bibir vagina Vivi yang bergesekan dengan ulir-ulir dildo. Dengan teratur Farida menusuk-nusuk vagina Vivi dengan dildo, Vivi merintih dan mendesah keras menikmati setiap gesekan antara ulir-ulir dildo dengan bibir vaginanya.
Pak Agung menghela nafas dengan keras. Sang guru mulai beraksi, setelah melepaskan strapon dari tubuh Vivi dan Farida. Pak Agung mendudukkan ketiga orang muridnya duduk bersandar berdampingan, kini Pak Agunglah yang berlutut sambil menggerayangi lekuk liku tubuh-tubuh molek putih mulus yang menggeliat kegelian.
“Ee-ehh, PAKK..!!” Reina menepiskan kepala penis Pak Agung yang menggesek belahan vaginanya, Reina ketakutan berdasar pada diameter dan panjang batang Pak Agung yang lebih besar dari milik Andra..
“Lhoo ?? kenapa ??”
“Takut PAkk…”
Reina menatap benda mengerikan diselangkangan Pak Agung, Vivi menggigit bibir dengan wajah merona merah, ia mengerti perasaan Reina, Farida berdehem, ia berpura-pura tidak mendengar kata-kata Reina.
“HA HA Ha HA, nyatei aja lagi, titit bapak ngak akan ngigit kamu koq “ Pak Agung hanya tertawa sambil meremas dan mengelus-ngelus buntalan susu Reina, dipilin-pilinnya puting susu Reina yang mengeras, dicubit dan ditariknya pentil meruncing di puncak susu siswi cantik itu yang berwarna merah muda.
“Emang nggak akan ngigit, tapi bisa jebol aku ditusuk barang sebesar itu” Reina mengeluh dalam hati,
Pak Agung menghadapkan dua jarinya yang merapat ke arah langit-langit ruangan itu, sambil tersenyum bijak pak Agung mengamblaskan kedua jarinya dengan perlahan, menggapai G-spot Reina. Vivi menahan kaki kanan dan Farida menahan kaki kiri Reina, nafas Reina mulai memburu saat Pak Agung mengusap-ngusap G-spotnya, sepasang kakinya yang halus mulus mengejang-ngejang, tubuhnya bergerak tak beraturan..
“Nahh Reii, ini yang namanya sensasi Gspot, gimana??”
“Nnkhh, nkkkhhh enkkhh. PAAAKKKK”
Usapan-usapan pak Agung pada G-spotnya membuat Reina semakin gelisah, resah. Pak Agung menikmati setiap ekspresi wajah Reina yang meringis-ringis menahan rasa nikmat. Vivi menambah kenikmatan itu dengan menjilat-jilat putting susu Reina yang mengeras, sedangkan Farida mengecupi bibir Reina, butir-butir keringat lembut kembali membalut tubuh mulus Reina yang berkilap indah dibawah rambasan sinar mentari, sambil mengusap-ngusap G-spot Reina, lidah Pak Agung terayun menjilat-jilat tonjolan kelentitnya.
“ah-ah! Ahhhh ahhhh!! Aduhhh, akhhhh”
Tubuh Reina menggelepar hebat , semakin hebat tubuh Reina menggelepar, semakin hebat pula lidah Pak Agung melindas-lindas tonjolan daging kelentitnya, dua Jari Pak Agung pun semakin aktif mengelus-ngelus G-spot Reina. Rintihan Reina semakin keras, dengus nafasnya semakin cepat tertahan-tahan. Kedua matanya yang sipit terpejam-pejam keenakan.
“Errrhhh, akhhhhh Crrr Crrrr Crrrrrrrrrrrr….”
Mulut Rena terbuka seperti akan mengucapkan huruf “A” besar, sekujur tubuhnya yang molek gemetar, butiran keringatnya mengucur dengan deras, entah sudah berapa kali rasa nikmat itu berulang dan berdenyutan diliang vaginanya,
Saat Pak Agung menarik jarinya, cairan vagina Reina meluap meleleh, aroma khas vaginanya tercium harum semerbak. Sang guru melumasi batang penisnya dengan cairan tersebut. Penis pak Agung berkilap seperti sebatang kayu besar yang dipernis. Reina memejamkan matanya rapat-rapat saat batang penis pak Agung menyentuh belahan vaginanya.
“Uw-WaaAHHHHH…!! NNN..KHHHHH…!!! OWWWW…!!” mata Reina membeliak, tubuhnya yang putih mulus mengejang saat batang Pak Agung melakukan penetrasi,
Bibir vagina Reina melesak-lesak saat Pak Agung mengamblas-amblaskan batang besarnya pada celah sempit di selangkangannya. Mendengar suara rintihan Reina, Pak Agung semakin bernafsu menggenjotkan penis besarnya , tubuh molek Reina melenting – lenting, menggelepar, kelojotan tanpa daya, Reina mengerang dan meringis saat penis besar pak Agung memasuki dirinya, tubuh Reina terguncang, terdesak-desak hebat oleh benda besar panjang di selangkangan Pak Agung.
“Emmh, emm-mmhh..Ohh BAPAKKK..!!”
Reina merengek saat Pak Agung menarik batang besarnya, bibir vagina Reina tertarik monyong, kemudian terlipat kedalam saat Pak Agung menusukkan batang besarnya dalam-dalam. Sang guru bekerja dengan giat membetot dan menjebloskan batang besarnya kedalam cepitan liang vagina Reina yang sempit peret.
“Dufffhhhh…!! Duffffhhh.., Duffffhhhh.. Peffhh. Depfffhhhhhh”
“ah-ah, ahhhhhhh, Bappp PHAKKKK…!! Owwwhhh” Reina menjerit, memekik dan melolong saat penis besar pak Agung menumbuk-numbuk belahan vaginanya,
Reina benar-benar merasa tak berdaya, ia bagaikan tengah menghadapi seekor banteng besar yang begitu gagah perkasa, tubuhnya terguncang-guncang semakin hebat saat liang vaginanya yang mungil dihantam semakin kuat oleh batang penis Pak Agung yang besar panjang.
“uuh-aah Phakk, Owww, OWWWW..!! UOWWWWW…KHEKKHH!!” Reina merengek-rengek menahan rasa nikmat luar biasa ,
Bibir Reina sering meruncing seperti hendak mengucapkan huruf “u”, wajahnya yang cantik semakin renyah ketika ia meringis nyengir kuda menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis sang guru yang mengaduk-ngaduk liang vaginanya yang memar kemerahan.
“enhh, enhh ennhh enhhh, “
Sang Guru begitu pandai memainkan batang penisnya, saat Reina merengek kecil pak Agung mempercepat kocokan-kocokannya hingga suara rengekan Reina semakin keras menggairahkan. Saat ia merintih pak Agung memperlembut tusukannya hingga suara rintihan-rintihan Reina terdengar semakin lirih.
“Hek-shhhhhh, crrrr.., cretttt….” tiba-tba Reina menahan nafas, mata sipitnya terpejam rapat saat vaginanya berdenyutan,
pak Agung begitu bijak, ia menghentikan sodokan mautnya, membiarkan Reina menikmati kenikmatan puncak klimaksnya. Vagina Reina terasa lebih hangat saat cairannya muncrat, dinding vaginanya bergerinjal-gerinjal berkontraksi kuat meremas-remas batang penis Pak Agung.
“Enak ya Rei, he he he “ Pak Agung terkekeh telapak tangannya membelai wajah Reina kemudian mengusap cucuran keringat di leher dan dada Reina,
diusap-usapnya buntalan payudara, dengan aktif diremas-remasnya susu Reina yang kenyal. Sesekali Pak Agung mencubit putting susu Reina dan menarik-narik pentil susunya dengan gerakan yang lembut. Pak Agung mencabut batang penisnya dari vagina gadis itu.
“Nahh, siapa yang pengen disodok sama Bapak ?? “
“pakkk, mauuu…” Farida mengangkangkan kedua kakinya.
“Vivi juga mau pakkk….” Vivi merengek pada pak Agung.
Pak Agung mengatur Farida agar tidur terlentang sementara Vivi menaiki tubuh Farida, ia menungging sambil memeluk tubuh Farida yang berada di bawahnya. Payudara Vivi bergesekan mendesak payudara Farida, Farida balas memeluk tubuh Vivi.
“Ouhhh, ehhh Pakkk, Ohhhh-emmhhh-mffffhhhh, ummhh BAPAKK..! Ooh!”
Tubuh Farida mengejang, penis pak Agung menguakkan belahan vaginanya, bibir Vivi melumat dan mengecupi bibir Farida, tubuh Farida terguncang hebat saat batang penis Pak Agung menyerang belahan vaginanya.
Pak Agung memacu batang penisnya dengan kuat dan cepat, dipacunya hingga vagina Farida memar kemerahan, setelah mengocok +/- 30 kocokan pak Agung memindahkan batang besarnya menusuk vagina Vivi yang sedang menungging. Kini giliran Vivi yang tersungkur-sungkur saat vaginanya disodok oleh Pak Agung.
“Plefffhh, Plefff, Plakk Plakk Plakk Pefffh Plakkk…”
“Slepp.. Sleppp… Peeepphhh…”
Bergantian Pak Agung menusuki liang vagina Vivi dan Farida. Guru bejat itu begitu lihai menggiring kedua sisiwinya yang cantik merangkak menuju pintu gerbang kenikmatan. Rintihan dan desahan terdengar serasi dengan geraman – geraman gemas Pak Agung yang menggecak-gecakkan batang besarnya pada liang-liang sempit nan nikmat.
Reina ikut bergabung menyodorkan susunya kemulut Pak Agung, NYOT, NYOTTT, NYOTTTT, sang guru mengenyot-ngenyot puncak susu Reina, jari tangannya menyelinap mengaduk-ngaduk liang vaginanya. Suara rintihan dan desahan mewarnai pertarungan tiga lawan satu yang semakin memanas.
“eemmh Akhhhh srrr Srrr Crruttttt…”
“ohhhhhh, aaaaa Crrr Crruutttt..”
“Uhhhh Crettttttttttt.. Crettttttttttttt…”
Pak Agung menelentangkan tubuh mereka, berbaring berjajar agar siap untuk digarap lebih lanjut. Ia memeluk erat-erat tubuh ketiga siswi cantik yang bercucuran keringat, kemulusan dan kehangatan tubuh Vivi, Reina dan Farida membuat jantungnya berdetak dengan keras. Suara rintihan dan desahan diselingi suara helaan-helaan nafas keras, Pak Agung menggeser posisi penisnya kekanan menusuk vagina Reina.
“PAKKK, AWWWW…” Reina menjerit saat penis Pak Agung menusuk belahan vaginanya dengan kasar
Sang Guru memompai vagina Reina, sementara mulutnya mencumbui buntalan susu Vivi, tangan kirinya memainkan payudara Farida. Reina mencoba melakukan perlawanan dengan mengangkat-angkat pinggulnya menyambut tusukan batang penis Pak Agung, gerakan Reina disambut pak Agung dengan menghentak-hentakkan batang penisnya sekuat tenaga.
“clepp Blessk, Cfeeeepphhh, Pefffhhhh!!”
“Oww, Pakk, AUHHHH…UNNGGHHH” Reina melenguh keras,
Batang penis pak Agung menyerang dengan liar dan buas, menggecak-gecak liang vaginanya yang mungil. Mulut Pak Agung menggerayangi payudara Vivi dan Farida, , Reina memekik kecil saat ia mencapai puncak klimaks
“Bleppp, OWWWW…!!ADUHHH, AKHHHH” Vivi menjerit menerima sodokan maut pak Agung, tubuhnya terguncang hebat, sambil memompai vaginanya
Leher Pak Agung melenggok kekanan mengulum bibir Reina dan melenggok kekiri melumat bibir Farida, jeritan Vivi terdengar keras saat penis besar pak Agung menumbuki celah vaginanya dengan kekuatan penuh. Vivi menjerit liar bagaikan seorang wanita yang haus akan kenikmatan.
“Dhefffhh. Dhefffhhh!!! Dhufffhhh…Cleefffhh Dhuffhhh”
“Aaaa-aaaaaahhhhhh cretttttttttttt.. crerrtttttttt…”
Vivi menggigil hebat, cairan madunya meledak-ledak tanpa daya, bobol sudah pertahanannya, cairan vaginanya meledak dalam denyut kenikmatan. Pak Agung memindahkan batang penisnya bersiap melakukan pengeboran kembali pada sebuah lubang kenikmatan, lubang kenikmatan Farida…..
“HU-WAWWWWW ?? Ouchhh, PAKKK…!! OUKKKHHHH”
Wajah Farida mengernyit saat belahan vaginanya merekah dibongkar oleh batang penis Pak Agung,.Farida merengek keras, ia meringis saat benda besar itu menerobos menusukii celah vaginanya. Pak Agung menghentak-hentakkan penisnya, tubuh mungil Farida tersentak-sentak didesak oleh penisnya yang mencecar selangkangan gadis itu.
Liang sempit di selangkangan Farida dihabisi oleh batang penis pak agung yang besar panjang, mulut Pak Agung menghisap-hisap puncak susu Vivi dengan rakus sementara tangan kanannya meremas-remas induk payudara Reina.
“Clepp Clepp Blepphh..!!”
Tubuh Farida menggelepar, nafasnya tersendat-sendat saat batang penis Pak Agung masih bergerak cepat menyodoki celah vaginanya. Pak Agung begitu bernafsu menggenjot-genjot liang vaginnya, dihajarnya sekuat tenaga, digecak, disodok sedalam mungkin hingga Farida mengeluh keras menahan sodokan-sodokan liar Pak Agung. Sang Guru terus berkutat hebat, memacu penisnya menusuki celah sempit Farida yang mengeluh resah menikmati setiap sodokan-sodokan batang penisnya.
“Heeenngggghhhhhh. Akhhhhsssshh Cretttt Crrrrrr….”
Setelah selesai mempecundangi Farida, Pak Agung memindahkan kembali penisnya mengebor vagina Reina hingga ia menggelepar mencapai puncak klimaks. Batang penis Pak Agung begitu rakus menggenjoti celah-celah sempit diselangkangan Vivi, Reina dan Farida.
Sang Guru begitu gagah menggagahi dan menggiring tubuh-tubuh lemah ketiga siswinya bergantian mengapai puncak klimaks. Batang penis Pak Agung mengait belahan vagina Vivi, ia meminta Reina dan Farida untuk menungging.
“Angkat pinggul kalian setinggi mungkin, belum, terusss, lebih tinggi lagii, terusss, Yakkk, TAHANN…”
Jari tengah dan jari telunjuk Pak Agung sebelah kiri mencoblos celah vagina Farida, sedangkan jari kanannya mencoblos celah vagina Reina, sambil menyodokkkan batang penisnya menusuki liang vagina Vivi, dua jari kanan dan jari kiri Pak Agung mengais-ngais G-spot Reina dan Farida.
Pak Agung menggeram gemas sambil mempergencar serangannya, Vivi, Reina dan Farida menceracau hebat, pak Agung benar-benar luar biasa!! Sang Guru mengerjai ketiga muridnya yang cantik sekaligus, dengan penis, dan juga dengan jarinya yang begitu ahli memainkan Gspot di dalam alat kelamin Reina dan Farida.,
“Oooo..!!!Srreettttt, kecrutttt. Cruutttt”
“Ooooo !!crrrttt Crrrtttt Crrruttt….”
“Oooo !!Serrrrrr, Crutt, cruttttt…”
Pada saat yang hampir bersamaan terdengar suara “O” keras dari bibir Vivi, Reina dan Farida., mendengar suara “O” keras itu Pak Agung semakin bernafsu menggecak-gecakkan batang penisnya, dihantamnya celah vagina Vivi hingga payudara Vivi terguncang-guncang dengan hebat, tubuh mulusnya yang terguncang, terdesak-desak oleh batang penis Pak Agung yang merangsek menyodoki vagina gadis itu.
“OAHHHHH, CRRRROOOOOOOOOOOTTT.. CRROTTT, BLuk..!!”
Tubuh Pak Agung ambruk menindih tubuh basah ketiga muridnya yang mulus, desah nafasnya bercampur dengan desah nafas Vivi, Reina dan Farida, sesekali ia melumat mesra Bibir Reina, Vivi, dan Farida yang termegap berusaha mengambil nafas.
Cup, Cup , Cup, Pak Agung memberikan hadiah kecupan di kening masing-masing kepada Vivi, Farida dan Reina yang sudah memberikan sebuah sensasi kenikmatan yang luar biasa. Setelah berhasil menguasai diri Pak Agung bangkit dari atas tubuh ketiga siswinya yang cantik, matanya berbinar merayapi kemolekan lekuk liku tubuh mereka. Butiran keringat masih mengucur deras dari tubuh putih mulus ketiga siswi cantik keturunan Chinese yang tergeletak lemas setelah mereka menjadi korban pelampiasan nafsu bejat Pak Agung.
“Tiga lubang kecil yang nikmat….”
Pak Agung membatin dalam hati kemudian menyambar sekaleng Pocari Sweat diatas meja GLUK.. GLukk GLukkk, jakun di leher pak Agung bergerak turun naik. Batang penisnya kembali mengangguk – angguk kemudian mengeras, terdengar suara-suara pekikan ketika sang guru menerkam kembali tubuh-tubuh mulus yang mengeluh kewalahan menghadapi nafsu liarnya.
“Sudah pakkk cape…”
“Aduhh pak Aduhhh….”
“Owww Bapakkkk…!!”
Pertarungan 3 lawan satu kembali berlangsung dengan sengit, Pak Agung mengeluarkan seluruh kemampuannya, hingga akhirnya hampir bersamaan mereka berempat mencapai puncak klimaks, tubuh Vivi, Farida dan Reina tergeletak tak berdaya dengan rambut acak-acakan, belahan liang kecil di selangkangan mereka tampak memar kemerahan dihiasi lelehan lendir berwarna putih pekat.
Butiran keringat memandikan tubuh mereka yang polos, Pak Agung berbaring dengan nafas termegap-megap setelah benar-benar puas melampiaskan nafsu bejatnya. Beberapa saat kemudian terdengar lah suara dengkuran pak Agung.
“Krokkk.. Krokkkkk…. Krokkkkk….” (Red : Weks…!!, mirip suara kodok…..he he he)
Sementara di dalam sebuah kamar yang terkunci dari luar….
“srekkk.. srekkkk.. srekkkk…” suara itu terus terdengar saat aku menggesek-gesekkan tali yang mengikat kedua tanganku pada siku lemari, dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk melepaskan diri, “Hiattttt…!!Yiatttt….. Hathhhhhhh….!!tassshhhhhh…!!”
====================================================
Dengan sekuat tenaga kutarik kedua tanganku ke arah yang berlawanan dan tasshhhhhhhh…aku terbebas!! Kuurut-urut tanganku, kugeliatkan tubuh ini kesana kemari untuk mengusir rasa pegal. Perlahan aku berjingjit mendekati pintu yang tertutup dan mencoba untuk membuka pintu itu…
“klekk klekkk.. cklekkkk., Hhhhhhh…..”
Aku menghela nafas panjang karena kecewa, pintu itu terkunci. Kupasang telingaku menempel pada daun pintu untuk mencoba menangkap apa yang tengah terjadi diluar sana, sepi dan hening, ee-ehh, tunggu dulu..!! sepertinya telingaku menangkap suara langkah-langkah kaki yang mendekat.
“Huh…, gimana nih, gimana ??!!” Aku panik.
Ahaaa…!! Mendadak sebuah ide melintas dengan cepat di kepalaku. Dengan terburu aku naik dan berbaring kembali ke atas ranjang, kusimpan kedua tanganku ke belakang pungung. Aku pura-pura terikat tak berdaya, kupejamkan kedua mataku rapat-rapat saat mendengar suara klekk.. klekkk , seseorang memutar kunci untuk membuka kamar itu.
Suara langkah kaki semakin mendekat dan ranjangpun terasa bergoyang, sepertinya ia duduk di pinggiran ranjang, kubiarkan tangan orang itu mengusap-ngusap betisku. Uhhh, makin naik brengsek @_@, usapannya merayap ke atas semakin nakal.
“ahhhh…, Andraa ?? !e-ehhh!”
Aku pura-pura terbangun dan terkejut, kurapatkan kedua pahaku sebelum tangannya merayap lebih jauh. Tangan kanan Andra terjepit di antara pahaku, wajahnya tersenyum mesum dan matanya berbinar menakutkan dengan mimik seakan ingin melahapku.
“pules amat tidurnya May?? wah paha kamu mulus amat…halusss bikin Andra deg-deg-an niy”
“sebenarnya ini dimana Ndra??” aku mencoba untuk mengorek keterangan darinya karena tangan kirinya terjepit di antara kedua pahaku.
Andra menggunakan tangan kanannya untuk mengusapi lutut dan terus naik masuk ke dalam rok dan mengusapi pahaku sebelah luar.
“ada dechhh.., he he he”
“Terus ada berapa orang disini Ndra?? Siapa aja ??” aku kembali bertanya dan berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin darinya, tangan Andra mulai merayapi pinggulku, nafasnya pun semakin berdengusan, dengus nafasnya membuatku merinding ketakutan.
“aku, kamu, Vivi, Reina Farida dannn.. Pak Agung..,Hhhhhhh, sayang sekali kamu sudah ditentukan menjadi milik pak Agung May, tapi bolehkan Andra icip-icip dikit, hoplaa..^_^. ”
Aku menahan amarahku saat Andra menyibakkan rok seragamku ke atas. Tangan kanannya semakin menggila merayap dengan kurang ajar mengelus-ngelus pahaku. Aku pura-pura menggeser tubuhku ke atas dan sesuai dengan yang kuharapkan ia mengejarku.
Ia menyergap kedua kakiku dan memaksa merenggangkan kedua kakiku kemudian mengecupi pahaku. Jilatan-jilatan batang lidahnya terasa basah dan hangat menggelitiki pahaku bagian dalam. Aku menahan diri dan membiarkan ia mencumbu, menciumi dan menjilati pahaku. Wajahnya semakin naik ke atas mengendus dengan nafas panjang dapat kurasakan hembusan nafasnya menerpa celana dalamku.
“ada sesuatu yang sangat nikmat di sini, tepat disini, di dalam celana dalam kamu..Mayy, yang ini ehe he he he he”
Tubuhku seperti tersengat oleh aliran listrik saat jari telunjuknya mencolek-colek selangkanganku. Jika saja aku tidak mengingat rencana besarku tentu wajahnya sudah menjadi bahan untuk mengasah kuku-kuku jariku ini. Aku menahan nafas saat merasakan kecupan kecupan bibirnya yang ternyata membuat detak jantungku menjadi tak beraturan.
“snifffhhh,sniffhhhh, uhhh, wangiiiiinyaaaa”
Andra semakin liar mengendus kesana kemari kemudian menggigit kecil permukaan pahaku, keliarannya membuatku semakin sulit menggendalikan detak jantungku. Ada sedikit perasaan yang menghangatkan tubuhku, rasa itu sedikit berbeda jika aku sedang bermain-main dengan Reina, Farida ataupun dengan Vivi. Rasanya seperti sedang terangsang dengan rasa yang berbeda, nafasku tertahan saat Andra menggeser tubuhnya ke atas dan ia menindihku dengan sempurna. Dalam waktu singkat kedua tangannya melilitku, kedua matanya menatap tajam mataku. Aku diam, belum saatnya untuk melawan, aku harus dapat membuatnya terlena dan lengah.
“mmmhhhhuhhh. Uhhhhh, j-jangan tidak emmmppphh”
“cupp cupp cuphhh muahhh.., luv u may muachhh cupp…”
“brengsek kamu dra,mmmhhhh. Mmmpphhhhh”
Seenaknya Andra menciumiku, ia terus mengecupi dan memanguti bibirku, mengulum dan melumat dengan kasar hingga aku kehabisan nafas. Kutarik bibirku hingga Andra melepaskan kulumannya dan membiarkanku untuk mengambil nafas.
Saat aku termegap berusaha mengambil nafas, ia mengecupi bibir bawah dan bibirku bagian atas. Berkali-kali kurasa gigitan kecilnya pada bibirku, kugeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan untuk menghindari cumbuan Andra yang rakus mencumbuku.
“asik May, amboiiii happpp emmmmm.”
“…emmm..mmmmmmhh..!!”
Akhirnya mulut Andra berhasil kembali membekap bibirku, tubuhnya yang gemuk mendesak-desak tubuhku dan tangannya menggerayang kesana kemari. Aduh gepeng deh, berat bangettt… nih, gepeng dah @_@ akhhhhh, kuatur tubuhku agar lebih mudah melakukan serangan mendadak, kulumat dan kuemut bibirnya untuk meredam suara yang pasti akan keluar, kusentakkan lututku keatas sekuat tenaga menembak selangkangannya, HIAHHHHH…!!!
“Dhugggggggggggggg….!!HENG-NGUUHHHHH.!! OOOO..UGGGH“
Tubuhnya melengkung ke atas mirip seperti seekor udang goreng. Inilah saatnya kukeluarkan jurus terhebatku, jurus kucing berlari sambil tidur, miauw..!!miauwww..!!MIAUWWWW..!!bakkk…bukkk bakk bukkk bukkk…!! cakarku mencakari wajahnya kedua kakiku menendang – nendang seperti orang yang sedang mengayuh sepeda. Berkali-kali Andra mengeluh tertahan, ia berguling kesamping untuk menghindari seranganku kemudian berteriak keras hingga telingaku terasa sakit mendengar teriakannya.
“PAKKKK… BUAPAAK…!! Maya Lepas PAKKKK…!!BAPAAAKKK”
“Hiatttt…..!! Bukkkkk…..!!”
“Unggghhhhhh…! Hadooowwwwwww…”
Dengan sigap kutembakkan sikutku kuat-kuat ke dagunya, kutarik kupingnya dan kutampar selangkangannya untuk menyegel mulutnya yang hendak kembali berteriak. Aku menoleh saat mendengar suara pintu kamar dibuka oleh seseorang. Mampus aku, itu pak Agung…!!
“G-PLAKKKK…., PENGHIANAT..!!”
“WHUADOWWW, PECAHHHHH!!”
Sebelum melompat turun dari atas ranjang kuhadiahkan tamparan tambahan ke selangkangan Andra yang berteriak keras setinggi langit. Aduh sebel banget, gara-gara dia rencanaku berantakan, aku ketahuan! Sebelum Pak Agung menyelinap masuk ke dalam kamar, dengan cepat aku melompat turun dari atas ranjang. Aku semakin waspada saat tubuh kekar berotot itu mendekatiku. Idih seremmmm, pak Agung begitu kekar, ia mendekat, lebih deket dan lebih deket lagi, semakin deket ….!!
“tenang Maya, bapak ngak akan menyakiti kamu, huppp…e-ehh”
“awww…..!!hiiiiahhhhh, “
“aduhhh…..”
Aku menjerit sambil menghindar ke samping saat pak Agung menerkamku, kukait kakinya dengan kakiku dan kudorong dengan keras. Tubuhnya oleng karena hilang keseimbangan, kutendang bokongnya hingga ia tersungkur. Aku berlari keluar kamar dan berteriak memanggil teman-temanku. Aku mendengar teriakan Vivi, Farida dan Reina dari dalam sebuah kamar dengan pintu yang tertutup.
“Viii, Reiii, Faridaaa…!!”
“Maya, Lari Mayyy…cepat lariiii…”
Kugedor-gedor pintu kamar sambil berusaha membuka pintu yang terkunci itu, aku menoleh kearah suara langkah-langkah kaki yang mendekati. Pak Agung dan Andra memburuku, kali ini aku benar-benar terpojok, wajah mereka yang mesum membuatku tersurut ketakutan.
“lepaskan mereka…!!LEPASKANN!!berikan kuncinya..!!”
“nggak boleh May, kalau dilepas, nanti kami berdua ngentot sama siapa dong??” Andra tersenyum sambil meleletkan lidah
“Ayo Maya, bapak yakin, bapak pasti dapat memuaskan kamu, kemarilah sayaang, kita nikmati hari yang indah ini bersama-sama”sambil berkata begitu pak Agung menyodorkan gembungan di selangkangannya.
“Ia May, kita threesome yuk, pasti kamu keenakan diginiin depan belakang” Andra menunjukkan jempolnya yang diselipkan di antara jari tengah dan jari telunjuk.
“BAJINGAN, jangan kurang ajar yak, heii…!!.” aku memaki dengan kasar
Pak Agung dan Andra hanya tersenyum sambil merangsekku yang terus mundur ketakutan. Aku menepiskan tangan-tangan nakal yang berusaha mencolek-colekku, berkali-kali aku mencakar lengan mereka namun sepertinya Pak Agung dan Andra tidak juga merasa jera merasakan cakaran-cakaranku, mereka terus mengurung semakin dekat.
“e-ahhh, nakalnya, awas ya may…“
“arrhh, waduh dia nyakar!!”
“serbu pakkk serbuuuu….”
“owww, lepass, tidakk.. j-jangannn awww..”
“buka bajunya Ndaa…, cepet buka.. he he”
“Siapp pakkk.. hiahhhh.hi hi hi”
Aku naik pitam sekaligus ketakutan mendengar kata-kata kotor yang keluar dari mulut Andra dan Pak Agung, hampir bersamaan Pak Agung dan Andra menerkamku, jeritan dan makianku semakin keras saat mereka bekerja sama untuk melolosi pakaian yang melekat ditubuhku, pak Agung memegangi kedua tanganku ke belakang dan Andra mempreteli kancing bajuku, dengan kasar Andra membetot tali braku hingga putus.
Tangan kekar pak Agung semakin kuat memegangiku yang meronta semakin kuat, matanya begitu liar dipenuhi oleh nafsu kotor yang membara, mata Andra melotot saat kedua tangannya menarik cup bra ku ke bawah.
“Wuoowww, susunya pakkk, susuuu hi hi hi…”
“Sekarang lepasin roknya ndra, lepasinnnn., bapak pengen liat”
“Awww…!!, jangannnnn..!!lepaskannn”
“Iya mayy sabar, ini juga lagi dilepasin roknya, terus pegangin tangannya pak..!!wowww mulusnyaaa…., wah ha ha ha ha, asik euyy He he he”
“sekarang cdnya draaa, tariikkkk cdnya…”
“Lepassss…..brettt”Andra menjambret celana dalamku hingga robek
Awwwww….”aku memekik saat celana dalamku direngut paksa oleh Andra
“Wuowww , seger pakkk….,segerrrrr”
Andra dan Pak Agung terkekeh tanpa mempedulikanku yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri, suara kekehan mesum diiringi decak kagum mengiringi setiap keberhasilan mereka melucuti pakaianku mulai dari baju, rok, bra dan cd yang kukenakan.
Akhirnya aku hanya dapat meringkuk menangis ketakutan di sudut ruangan sambil memeluk kedua lututku. Sementara pak Agung dan Andra tertawa gila sambil menendang-nendang seragam, rok, cd dan braku. Aku hanya dapat memekik saat pak Agung mendekati dan membopongku.
“awwww…, nggakkk…, nggak mauuuu….”
“Tenangg sayang, tenannnnngggg, santai ajaaa ^_^ ”
Pak Agung membopongku ke dalam sebuah ruangan di mana salah satu dindingnya dilapisi oleh kaca. Ia membaringkanku di atas sebuah matras kemudian ia bersujud di samping dan memperhatikan kemolekan tubuhku dengan mata berbinar. Dengan sedapatnya kulintangkan tangan di dada dan tangan kanan menutupi wilayah intimku dari tatapannya. Tidak berapa lama Andra menyusul masuk dengan membawa seperangkat pakaian dan meletakkannya di sampingku.
“ini, silahkan dicoba May, monggo….”
“Tunggu bentar, bapak mau mandi dulu biar wangi he he he”
Pak Agung dan Andra meninggalkanku, mereka mengunciku diruangan itu, perlahan aku duduk sambil menekuk lutut dan melintangkan kedua tanganku di dada. Ruangan ini terasa lebih dingin karena Ac yang menyala, aku buru-buru menyambar pakaian di sampingku, seperangkat pakaian? lhaaa apaan nih?? Weksss.
Bodystocking berwarna hitam @_@ Keterlaluan !! masa aku harus mengenakan pakaian seperti ini sih, tubuhku menggigil menahan rasa dingin, hmmmmm, gimana yah ?? nggak dipakai aku kedinginan, kalau dipakai rasanya malu bukan main.
Seumur-umur belum pernah aku memakai jenis pakaian yang tidak senonoh seperti ini, lagi pula apakah pakaian seperti ini dapat menahan udara dingin yang menyengat tubuhku?? Aku kembali bergidik kedinginan, akhirnya kuputuskan untuk memakai pakaian tak senonoh itu untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat, kepaksa nih.., kepaksa bangetttt…hu hu hu, akhhh tubuhku masih saja tetap terasa dingin nih.., hatshiii…, hatsshiii, berulang kali aku bersin kedinginan.
Uhhh, untungnya pak Agung nggak balik-balik. Semoga dia disihir ama Harry Potter supaya dia lupa akan keberadaanku di sini, ihikk, ihikk, gawat, aku dikurung niy…T_T.
“ihhhhh.. “
Astaga apakah itu aku?? Aku tertegun melihat pantulan tubuhku di dalam cermin, glek, sepertinya pakaian jenis ini terlalu seksi untukku. Balutan bodystocking yang membungkus tidak dapat menyembunyikan lekukan dan kemolekan tubuhku.
Aku menekuk wajahku ke daerah selangkanganku yang terasa lebih dingin. Oooooupsssh….dengan cepat kupalangkan telapak tanganku di daerah bawah yang terbuka mirip seperti model pintu rumah tikus di film-film karton, brengsek ada lubang-nya.
“CEgluk Glukkk”
Berkali-kali kutelan ludah untuk membasahi tenggorokanku yang terasa kering dan panas, tiba-tiba ekor mataku melirik kearah sebotol teeh botol Sosro di pojok ruangan. Tepat di tengah-tengah sebuah meja kecil, aku melangkah dan menyambar botol dingin dan kuseruput untuk meredakan rasa panas dan dahagaku, hemm gluk gluk gluk, GLUKK GLUKK GLUKKK Srrruuuuppphhh. Glukkk, ahhh segarrrrrnya.
Aku berpikir sejenak, hilangnya rasa haus membuat kecerdikanku kembali pulih. Kugeser-geserkan meja kecil kebawah ac yang menyala, kulipat kursi lipat itu.
Dengan perlahan aku naik ke atas meja, dengan ujung kaki kursi kutekan ac itu untuk mematikannya secara manual dan aku kembali turun dari atas meja dengan hati-hati, ngak lucu kan kalau aku sampai jatuh nyungsep dari atas meja, dengan matinya ac diruangan itu, perlahan-lahan udara dingin mulai memudar
“Wuoww, ck ck ck “
“owwwww..!!”
Tiba-tiba terdengar suara di belakangku. Aku berbalik dan berseru terkejut, dengan reflek kusilangkan tanganku di dada dan pintu kecil di selangkanganku. Entah kapan Pak Agung masuk, ia berdiri sambil memandang tubuhku dengan tatapan kagum nan mesum.
Whoaaaaw gila apaan tuch??!! Kupalingkan wajahku ke arah lain saat ia seenaknya melepaskan pakaian di hadapanku. Dengan santai ia mengaitkan kunci ruangan itu di tempat yang sulit kujangkau, ia memburu dan aku mundur dengan ngeri.
Tak dapat kubayangkan apa jadinya jika batang besarnya sampai menerjang wilayah tubuhku yang paling intim, ia mengejar lalu menerkam bak harimau besar yang kelaparan dan aku semakin kepepet kewalahan menghindari terkaman-terkaman-nya yang bernafsu.
“Kenaaa..!! aha ha ha ha ha ha”
“UHHH….,-t-tidakkk. auhhhh “
Sepandai – pandainya aku menghindar akhirnya tertangkap juga, seperti itulah nasibku, aku berseru panik saat di suatu kesempatan ia berhasil memelukku dari arah belakang.
Kulawan Pak Agung sekuat tenaga, aku meronta dan terus meronta agar dapat terlepas darinya, aku menjerit kesal karena kedua tangannya semakin erat memeluk tubuhku. Dengus nafasnya menerpa sisi leherku dan ujung lidahnya yang basah dan hangat menjilat leherku, liurnya yang basah terasa sangat menjijikkan saat lidahnya menjilati leherku.
“LepaskanLEP—AAASSSHH…KANN..!! LePAssshhh….BAJINGANNN.. Ohhhhh…”
Aku menggigil saat merasakan kecupan-kecupannya merambati pundak kiriku. Pak Agung begitu lembut memperlakukanku namun kelembutannya terasa sangat menakutkan, rasanya seperti seekor binatang buas yang sedang menyeretku dengan perlahan-lahan untuk kemudian ia pasti akan memangsaku dengan buas.
Aku terus berontak dan melawan, aku tidak ingin tubuhku semakin terlena dalam gairah yang disodorkan Pak Agung, kucekal dan kutahan kedua pergelangan tangannya yang hendak menangkup gundukan buah dadaku yang semakin membuntal kenyal. Dengus nafasnya yang menderu seperti sedang mengundangku untuk menyerahkan diri kepadanya.
“emm-mmhhhh…j-jangannnn…pak, ngak mau,lepas..kannn, ahhhh”
“aih hangatnya..”
Pangutannya yang berpengalaman dengan cepat membuatku bergairah. Ada suatu rasa aneh yang terus tumbuh menggangguku, cekalan tanganku semakin longgar diguncang gairah yang menghebat hingga suatu saat kubiarkan sepasang telapak tangannya menopang induk buah dadaku, sebelah kiri dan sebelah kanan.
Kedua tanganku mencekal lemas pergelangan tangannya saat tangan pak Agung mengelus-ngelus buntalan buah dadaku. Tubuhku seperti menggigil yang enak dan aku kesulitan mengendalikan desah nafasku.
“gimana ?? enak ya May diginiin.., gimana rasanya remasan bapak ??”
“Pak Agunggg…, nnn-hhhhh.., Bapakkkkkk…. “
Aku menahan nafas saat tangan Pak Agung mulai meremasi buah dadaku. Tubuhku terasa hangat menggelenyar dan dialiri oleh sesuatu yang berdesir-desir nikmat, nafasku memburu bersahutan dengan dengus nafas Pak Agung. Kedua tangannya turun merayapi perutku dan terus merayap semakin ke bawah , tubuhku tersentak saat jarinya menoel sesuatu.
“auhhh !!! Plakkkkk….!!”
Sentuhan nakalnya membuatku tersadar, dengan reflek aku membalikkan tubuh dan menamparnya saat jari tengah pak Agung menoel selangkanganku. Ia hanya tersenyum sambil mengusap-ngusap pipinya yang kutampar, matanya begitu tajam menatap mataku. Kemudian telapak tangannya mengusapi rambutku, kupejamkan kedua mataku rapat-rapat.
Aneh, kenapa rasa aneh itu semakin sering menggangguku, jantungku semakin berdebar-debar. Sekujur tubuhku seakan meminta untuk disentuh, kepalaku dan nafasku terasa berat. Kugeleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir perasaan aneh yang semakin menggila, kedua lututku terasa lemas tidak bertenaga saat pak Agung meraih tubuhku.
“mmmhhh.. mmmmmm-emmh…”
Bibirku terasa lengket saat bersentuhan dengan bibir Pak Agung, kutarik kepalaku kebelakang saat merasakan lidahnya berusaha menyelami mulutku, dikulumnya bibirku dengan lembut, tubuhku semakin hebat gemetar menahan sebuah sensasi saat bibirnya mengulum lembut bibirku,
“ck ck ck tubuhmu benar benar molek May…”
dengan mata berbinar Pak Agung memperhatikan tubuhku yang bersembunyi dibalik body stocking berjala rapat menggoda lalu tangan kirinya menjengkingkan pinggangku ke belakang. Mulutnya mencumbui bagian bawah daguku, gairahku semakin hebat meledak-ledak oleh permainannya yang panas menggebu.
“cuph cupphh cupphhh…cphh sllllckkk ckkk m-mmhh”
“ohhh, Bapakkkk.. ahhhh, ge….li hhhhh hsssshhh”
kecupan-kecupan bibir pak Agung dan jilatan jilatan batang lidahnya membuatku seakan terbang, terbang dan terbangggg semakin tinggi melayang di atas awan-awan putih. Khayalanku bercampur dengan gairah yang semakin meninggi.
Pak Agung membalikkan tubuhku kearah kaca-kaca besar yang melapisi salah satu dinding di ruangan itu. Dari bayangan kaca aku dapat melihat apa yang tengah dilakukan oleh pak Agung kepadaku. Kedua tangannya meremasi buah susuku dan mulutnya mencium dan memangut leher dan pundakku dari belakang.
“ahhhhh, jangan pakkk…., jangannn”
“kemarilah Maya, ayo sayaang…”
“nggakkk mau !!”
Aku terperanjat dan meronta melepaskan diriku dari pelukannya, aku berbalik mendorong tubuhnya saat merasakan sebuah benda berbentuk batang mengelus belahan buah pantatku. Aku tersurut mundur saat pak Agung mendekatiku, ia menghindar saat hendak kutampar kembali wajahnya saat ia mendekat, cakar cakar, tampar tamparrr, tendanggggggggg hiatt, weksss @_@, kalah niy. Pak Agung mengikat tangan dan kakiku, tubuhku terlentang di atas lantai.
#######################
Maya terdiam dan membuang wajahnya ke arah lain saat mata guru bejat itu merayapi tubuh moleknya yang masih dalam balutan bodystocking di bawah sinar matahari yang hangat. Perlahan jari tengah pak Agung memainkan putting susu Maya dalam gerakan memutar.
“putting susu kamu mengeras May, bapak tahu kamu sedang terangsang, bapak dapat melihat dengan jelas cetakan putting kamu yang begitu indah, bagaimana ? apakah kamu dapat merasakan putting susu kamu yang mengeras dan terasanya nikmat saat disentuh seperti ini hemm”
“ohhhh-hhhhhhhhhhhhhhhhh”
Pak Agung tersenyum lebar saat mendengar helaan nafas Maya yang semakin berat. Jemari pak Agung semakin aktif menoel noel cetakan putting susu Maya, sambil terus memainkan putting susu gadis itu pak Agung membungkuk, mulutnya mengejar bibir Maya.
Ciuman pak Agung memang tidak dibalas oleh muridnya yang cantik namun juga tak ada penolakan dari gadis itu, yang terdengar hanyalah suara helaan nafasnya yang tak beraturan saat sang guru menjeratnya dalam jaring-jaring kenikmatan. Ngocoks.com
Seolah tak sadar Maya merintih dengan mata terpejam, wajahnya yang cantik imut terlihat renyah dalam buaian dan cumbuan pak Agung, bibir mungilnya yang merekah menjadi bulan-bulanan lumatan sang guru yang semakin buas melumat dan mengulum bibir Maya.
Batang lidah pak Agung terjulur dan menekan masuk ke dalam mulut Maya, dalam keadaan bibir yang saling bertaut rapat, dua batang lidah saling bergelut dengan lembut dan mesra. Liur Maya dan Pak Agung bercampur menjadi satu dan sekitar bibir mereka belepotan oleh air liur yang sudah bercampur, tatapan mata Maya yang sayu beradu dengan tatapan mata pak Agung yang liar sebelum akhirnya pak Agung melumat kembali bibirnya dengan rakus.
Kecupan bernafsu begitu gencar menyerang daerah bawah dagu Maya dan hisapan-hisapan kuat pak Agung meninggalkan bekas-bekas kemerahan di lehernya.
“sssshhhhh, ahhhhhhh hssssssshhhh Ba-phakkk”
Maya mendesis dan merintih merasakan hisapan-hisapan kuat pak Agung yang semakin hebat menggeluti lehernya. Sesekali Pak Agung memangut bibir kemudian kembali menghisap-hisap batang lehernya yang jenjang, nafsu setan pak Agung kian memuncak dan pada akhirnya dengan kasar tangan kekar sang guru merobek body stocking di bagian dada.
“Brrrrrrrt Bretttt Brrtt Brettttt…
Kedua Mata pak Agung melotot saat sepasang buah ranum yang putih dihiasi putting susu pink yang meruncing menyembul menonjol.
“nnyoooottt.. nyootttt NYOTTTTT…unnnnnnhhhhhh”
Keindahan buah dada Maya mengundang mulut Pak Agung untuk menempel di puncak payudara si gadis. Mulut pak Agung mengemut dalam ritme yang teratur, hisapan pertama ia menghisap lembut puncak payudara Maya, kemudian pada hisapan berikutnya Pak Agung menambah kuat daya hisapnya dan terus ditambah hingga akhirnya Maya melenguh merasakan kenyotan kuat mulut Pak Agung.
Bersambung…