Puas mencumbu dan mengemut-ngemut buah dada Maya yang semakin sekal dan padat kini cumbuannya turun. Sepasang tangannya merobek kesana kemari sementara hidungnya mengendus perut dan mulutnya menciumi perut Maya yang rata tanpa lemak.
“jangan pakkk.. jang.. ahhhhhh….ufffhhhh..ohhhhhhh”
Tubuh Maya mengejang saat mulut pak Agung hinggap di selangkangannya. Rasa itu semakin kuat, vaginanya terasa seperti sebuah bendungan yang berusaha untuk dapat menampung cairan yang semakin melimpah.
Hembusan nafas memburu pak Agung yang menerpa jembut-jembut tipis merintis di wilayah tubuhnya yang terintim dan juga mulut sang guru yang hangat mencumbui vaginanya membuat bendungan itu terisi semakin penuh oleh cairan gairah perawan dan akhirnya
“cruttttt… Cruttttt Auhhhhh Srrrruttt Cretttttttttt….”
“srrruppppp srrrrrpppphhh srrrruuuppphhhhhh….”
Cairan kenikmatan itu meledak dalam denyut-denyut yang membuat Maya merintih keenakan dengan tubuh menggigil. Buah dadanya bergerak turun naik dengan cepat mengikuti helaan nafas pemiliknya saat ia merasakan tangan Pak Agung mengusap lembut gundukan mungil yang terbelah di selangkangan.
Dengan hati-hati pak Agung mencoba membuka belahan vagina yang bentuknya masih bagus, tak pernah terjamah oleh lelaki manapun. Maya merintih saat bibir vaginanya dicubit ditarik perlahan oleh pak Agung.
Cubitan pak Agung terlepas karena licinnya bibir vagina Maya yang becek oleh lendirr-lendir harumnya yang meleleh. Dengan lembut pak Agung kembali mencubit dan menarik bibir vagina Maya untuk melihat isinya.
“Hossshhh Hosssshhhh Hossshhhh”
Nafas Pak Agung terdengar keras, sang guru kesulitan mengendalikan nafasnya saat melihat liang mungil yang masih suci di selangkangan Maya, kepala pak Agung turun mendekati harumnya aroma Vagina muridnya yang cantik imut kemudian ia menarik nafas panjang untuk menghirup aroma yang membuatnya semakin bergairah.
“auhhh, hssshhhh ahhhh Bapakkk. ennnnnnhhh.”
Maya menggeliat dalam ketidakberdayaannya saat mulut pak Agung mengemut dan mengunyah vaginanya. Sang guru begitu lihai memainkan gairah Maya, mulutnya mengemut lembut kemudian saat Maya terlena Pak Agung mengunyah belahan asin itu dengan rakusnya hingga tubuh Maya mengejang hebat.
Suara rintihanpun tak dapat ditahan lagi oleh Maya yang vaginanya tengah disantap oleh sang guru hingga Maya merasakan kembali tekanan kuat yang mengedut-ngedut di dalam vaginanya. Terdengar suaranya yang menggairahkan yang seperti suara orang sedang mengejang.
“Nnnnngehhhhh crrrutttt crutttt…”
“kamu muncrat lagi ya May ?? wuihhh sampe luber gini ?? enak memeknya diisep bapak yach ??, nah sekarang giliran kamu nyobain kontol bapak.., toh bapak sudah bikin kamu keenakan, anggap saja sebagai rasa terimakasih kamu sama bapak, nge he he he he!!” kata pak Agung sambil melepaskan ikatan ditangan dan kakinya kemudian membantu Maya untuk berdiri
Mereka berdiri saling berhadapan dalam jarak hanya dua langkah kaki saja, seorang murid dengan wajah cantik menggemaskan dan tubuh mungilnya tampak kontras dengan tubuh pak Agung yang tinggi besar dan berotot.
Aku diam tanpa berani membalas lama tatapan mata pak Agung, kusilangkan kedua tangan di dada dan kubalikkan tubuhku untuk menghindari tatapan mata pak Agung yang merayap semakin ke bawah.
Seiring dengan suara dengusan yang terdengar dapat kurasakan Tubuh besarnya menerkamku dari belakang hingga kami berdua jatuh bergulingan, dengan kasar tangan kekar pak Agung merobek dan merengut sisa bodystocking yang melekat di tubuhku.
Aku hanya dapat mengeluh dan mengaduh, ia mencumbuiku tengkukku, tangannya merayap kesana kemari menggerayangi lekuk liku tubuhku.
Kini yang ada adalah tenagaku VS tenaganya, ia semakin kuat membelit tubuhku hingga nafasku sesak, Pak Agung seolah sedang memamerkan tenaganya yang begitu kuat, tubuh besarnya yang sedang menindihku dari belakang menghangatiku, rasa hangat yang terus membuatku ketakutan diantara desir gairah , kurasakan tubuhku yang terlungkup dibalikkan oleh pak Agung.
“nih May,sekarang kamu cobain kontol bapak..”
“ihhh, nggak mau pakk, ngakk…uhh..”
“yeee, cobain dulu napa?? Vivi, Rei, Farida seneng jilatin kontol bapak koq, masa kamu ngak suka kontol sih?? udah coba aja dulu, buka mulutnya sayaang, mangap yang gede, ammmmm..”
Batang besar itu bergerak sejajar dengan wajahku kemudian merosot turun. Aroma aneh semakin kuat tercium oleh hidungku, saat batang miliknya semakin turun mendekati wajahku, aroma ini berbeda dengan aroma vagina.
Apakah seperti ini aroma kemaluan pria?? kupalingkan wajahku kesamping dan batang besar itu terasa hangat menggesek-gesek pipiku. Pak Agung sibuk memberikan instruksi, ujung penisnya menggesek-gesek sisi bibirku, seakan sedang menggodaku untuk melahap benda besar itu. Perlahan aku mulai membuka mulutku dan pak Agung menyuapkan kepala kemaluannya ke dalam mulutku.
“happp mmmmmehhh, Hummmmmhh, uhhh puhhhh”
“wah, malah dimuntahin,yawdah, sekarang kamu jilatin biji bapak dulu aja dah, tar kalo kamu udah biasa baru nyepong kontol bapak lagi”
“ssckkkk sllccckkk ckk sllllllccckkkk”
Kucoba menjilati buah zakar Pak Agung, sesekali tanganku mendorong benda di selangkangannya. Lumayan lama aku bekerja menjilati buah pelir pak Agung sampai akhirnya kedua tanganku mencoba memegangi batangnya. Iihhh,besar sekali ya ? hingga telapak tanganku tidak dapat menggenggam penuh batang besarnya. Kutarik-tarik batang pak Agung yang semakin mengeras dalam genggaman tanganku. Duh, keras amat batangnya, tak sadar aku berguman. Kekehan pak Agung membuatku jengah dan melepaskan batangnya.
“besar sekali pak…”
“he he he he, besar ya ?? batang besar ini akan memberikan kenikmatan untuk kamu may, buka mulut kamu yang gede may, kurang , mangap lebih gede lagi, ammmm, nahhh….”
“emmmhhh.. ?? He—ummmhh…!!AMMMH-NYUMMMHH”
Aku harus membuka mulutku lebar-lebar saat pak Agung kembali menjejalkan kepala kemaluannya ke dalam mulutku. Ada rasa asin yang kembali terasa saat aku mengecap kepala kemaluannya, kedua tanganku menahan gerakan pinggulnya agar benda itu tidak masuk terlalu dalam. Cukup sebatas leher penisnya saja yang tertancap di dalam mulutku.
“Nyummm.. He-emmmhhh.. Nyoottttt.. Nyootttttt….”
Kucoba untuk menyedot – nyedot kepala penis Pak Agung yang tertancap di dalam mulutku. Bagian benda itu yang berbentuk seperti ujung kapsul terasa kenyal di dalam mulutku, rasanya mirip seperti sedang mengemut-ngemut baso besar, kumainkan lidahku memutari kepala penisnya.
“Auhhh…!! ,Maya.., terushh, terushkannn..agghgaga gahhh.”
Pak Agung menceracau tak karuan saat kuemut dan kugelitiki lubang penisnya dengan ujung lidahku. Kutoel-toel lubang pipisnya yang sensitif, kukeluarkan kepala penisnya dari dalam mulutku, kujilati dan kuciumi lubang kemaluan Pak Agung.
Tanganku mengelus-ngelus batang penisnya yang berurat sebelum akhirnya kukulum kembali bagian berbentuk dot raksasa di selangkangannya yang membuat pak Agung mengeluh nikmat, aku menyusu pada kepala penis pak Agung yang menyesaki mulutku.
Sedikit demi sedikit pak Agung menarik penisnya dan aku mengikuti benda itu, aku bertumpu diatas tangan dan kakiku sementara mulutku terkait oleh kail penisnya yang besar, posisi pak Agung mirip dengan pesumo yang hendak bertarung, dan, selangkah demi selangkah ia mundur kebelakang dan aku merangkak maju dengan sebatang penis besar yang tersumpal dimulutku., ia terus mengailku keatas atas hamparan kain tebal berwarna putih bersih yang terbuat dari bahan berbulu, pak Agung menarik penisnya hingga terlepas dari emutan mulutku.
“pofffhhh, HAppppp…!!Emmh.. mmmhhh.. mmmhhhh…”
“OUGHH,Mayaaa , kamu mulai suka kontol bapak ya ??”
“Hmmuufffhh.. emmmmh mmmuuuhhhh”
Aku langsung menerkam dan mencengkramkan pinggulnya. Ia mengaduh saat kulumat penis besarnya yang mengacung keras, dengan gemas kuemut-emut kepala kemaluannya seperti mengemut-ngemut permen loli yang terasa manis dalam angan-anganku.
Kutengadahkan wajahku ke atas saat mendengar suara keluhan pak Agung. Ia balas menatapku, memperhatikanku yang tengah mengelus-ngelus batang besarnya, kukocok-kocok batangnya dengan kuat dan ia mengeluh, sepertinya ada hubungan yang kuat antara batang itu dengan suara keluhan pak Agung.
“sllccckk.. ckkkkk ckk slllccckkkk…”
Kembali kujulurkan batang lidahku, dan kuulas-ulaskan di antara rimbunnya bulu-bulu jembut pak Agung, kumandikan bulu jembut pak Agung hingga basah oleh liurku. Ia tertawa mengekeh sambil berkacak pinggang dan menyodorkan tubuhnya bagian bawah ke depan seolah sedang menghidangkan benda kebanggaannya untukku.
Kuciumi batang besarnya tanpa terlewatkan secenti pun, kugelitiki leher penisnya dan batang besarnya yang terangguk–angguk saat batang lidahku mengulas-ngulas baso dagingnya yang semakin mengkilap terbasuh oleh air liurku. Dengan gemas aku menggigit kepala penis pak Agung yang mengaduh keras kesakitan.
“AUHH, Maya sayang, jangan digigit manis, aduh, dasar nakal, sini, ngeh he he, huppp…, duh gemesnyaaa…”
Ia kembali mengaduh saat Aku kembali menggigit kepala penisnya yang kekenyalannya mirip seperti cilok. Dot besar itu ditarik oleh pemiliknya yang terkekeh sambil meraih tubuhku, kedua tangannya menjepit pinggangku, dengan mudah tubuhku terangkat olehnya. Wajahnya terselip di leherku, ia tampak gembira saat kuangkat wajahku ke atas memberikan ruang untuknya.
“auhhh…!!hssss hsssshhh aaaaa.auhhhhh “
Aku mengeluh keras saat merasakan hisapan kuat pada batang leherku, mulutnya menggerogoti dan menghisap kuat seperti seekor lintah raksasa yang kehausan. Batang lidahnya mengulas menjilati rahangku mulai dari sebelah kiri melintasi dagu dan terus berjalan merambati rahang kananku.
Dapat kurasakan cairan liurnya membasahi leher dan rahangku, kutarik-tarik wajahku saat ia melumati bibirku, sesak sekali rasanya saat ia melumatku seakan nafasku habis disedot oleh mulut pak Agung.
“Ha-uhh, emmmhh.. mmmhhhhh…”
Setelah menurunkanku, tangan kiri pak Agung menekan belakang kepalaku, tangan kanannya mengelusi bokongku. Mulutnya kembali mengejar bibirku, ia melumat dan mengulum bibirku dengan rakus hingga aku kewalahan.
Pangutan-pangutannya membuatku kelabakan menahan gelora nafsu yang menggebu, dengus nafasku bersahutan dengan dengus nafas pak Agung saat bibir kami saling menyatu dan melumat. Kukalungkan kedua tanganku pada lehernya.
Desakan bibir pak Agung membuat pinggangku melenting ke belakang dan tangan kanannya menopang punggungku untuk membantu menjaga keseimbangan. Tangan kirinya menggerayangi pinggul dan mengelus-ngelus pinggangku lalu merayap ke bawah meremas buah pantatku dan menoel-noel bibir vaginaku yang sudah becek.
Lumayan lama aku dan pak Agung berciuman sampai akhirnya ia bersujud di hadapan vaginaku. Kedua matanya begitu tajam memperhatikan selangkanganku.
“hmmm, pasti peret nih, tampaknya bapak harus kerja extra keras hari ini“
Pak Agung berdesis sambil mencolek-colek selangkanganku dan ia membenamkan wajahnya pada vaginaku. Ia tertawa mesum saat aku mendesah keenakan, rasanya begitu nyaman saat bibirnya mengecupi permukaan vaginaku.
Kudesakkan vaginaku mendesak wajahnya. Kedua tanganku membelai-belai rambutnya. Aku semakin kuat menekan belakang kepalanya sambil menyodorkan vagina mendesak wajahnya saat merasakan ada tekanan kuat yang mengganggu wilayah tubuhku yang terintim.
“aa.-ahhhh Cruttt crutttt…hsssshhh enakkkk, ihhh bapak , ohhhhhh.”
Tangan Pak Agung begitu cekatan menahan buah pantatku yang bergerak mundur saat cairan kenikmatan itu meledak-ledak dengan hebat. Lendir-lendir kenikmatan meleleh dari belahan vaginaku dan mulut pak Agung mengejar, menghisapi lalu mengunyah lembut belahan vaginaku hingga sekujur tubuhku bergetar hebat saat mulutnya menyedot kuat – kuat vaginaku, menghisap cairan yang meleleh di vaginaku.
Kedua tanganku mencoba bertumpu pada kepala pak Agung yang sedang asik mengemut-ngemut dan menjilati wilayah tubuhku yang paling intim. Tak bosan bosannya ia mencumbui bagian tubuhku yang paling sensitif.
“sini sayaang, berbaring disini, sebentar lagi kontol bapak akan membuatmu tersentak-sentak keenakan…”
“ahhhhhh… bapakkk…”
Aku mendesah saat pak Agung membaringkan tubuhku tangannya mengusap selangkanganku sebelum akhirnya ia mulai menindihku. Aku merinding hebat saat tubuh besar pak Agung menaiki tubuhku,tubuhku yang mungil tertindih di bawah tubuhnya yang kekar berotot.
Ia menatapku, berkali-kali mulutnya mengeluarkan pujian yang berbisa. Kecupan-kecupannya mulai turun ke arah dada. Bibirnya bermain mengecup-ngecup induk payudaraku hingga aku tak tahan dan menggeliat resah dibawah tindihan tubuhnya
“nyemmm, empuk-empuk kenyall…happpp happp NYOTTT..NYOTTT”
“Owwwww…!!ahhhsss hhhsss gel…liiiiii ahhhh, aduh-ad-duhh “
Aku menjerit dan menggelepar, tiba-tiba saja mulutnya memangut-mangut rakus buah susuku, batang lidah pak Agung memutari dan menggelitiki putting susuku yang meruncing keras. Ujung lidahnya bergerak lembut memutari putingku dan tangannya meremasi indukku. Bibirnya mengecup kesana kemari menjelajahi buntalan buah ranum dadaku,
“Happp..! Nyummmm.., Happ Happp Nyooottttt…. Nyoottttt”
berkali-kali mulut Pak Agung memangut buah ranum di dadaku. Lumayan lama ia menyusu di buah dadaku sementara butir-butir keringat mulai membanjir meleleh di tubuhku.
Sesekali batang lidahnya menyapu keringat di leherku kemudian kembali lidahnya bermain mengulas buah dadaku yang dimulai dari induk payudara kemudian memutar semakin naik kepuncak dan hap..!! mulutnya mengenyoti kuat puncak payudaraku, kurasakan lidahnya menggelitik belahan dadaku dan naik ke leher dan daguku.
“sslccck ckk sssllccckkk…, mmhhh mhhhhhh mmmmmm”
Kubuka mulutku menerima kehadiran batang lidah pak Agung, dengan tekun ia mengaduk-ngaduk mulutku. Ujung lidahnya menari menggelitiki langit-langit mulutku kemudian melumatku dengan bernafsu.
Kubalas lumatan dan pangutan-pangutannya, gairah kewanitaanku ikut bergelora dalam pangutan-pangutan dan cumbuan-cumbuan pak Agung. Cumbuannya kembali merambat turun, cumbuan-cumbuan panas yang dibumbui oleh nafsu birahi yang liar membuatku merintih dan memekik menahan segala rasa nikmat dan geli yang meluap.
“ennnhh , BAPAKKKK, akhhh,.hhhhh…”
Pak Agung meremas-remas buah dadaku dan mulutnya kembali mengenyot-ngenyot puncak payudaraku namun kali ini remasannya terasa lembut dan teratur. Jarinya begitu lihai memilin dan mencubiti pentil susuku hingga nafasku berdengusan dengan keras. Kedua kakiku tertekuk kemudian mengangkang lebar ke samping memberi jalan bagi mulut Pak Agung yang mengejar sesuatu di selangkanganku. Cumbuannya semakin turun ke perut pinggul kemudian….
“ahhhhh…”
Tubuhku melenting ke atas saat mulutnya mencucup belahan vaginaku. Dapat kurasakan batang lidah pak Agung yang menggeliat dan menekan memasuki belahan liang vaginaku. Aku memekik keras untuk melampiaskan gairah liar yang meyesaki dadaku.
Aku merengek saat batang lidah pak Agung mengorek-ngorek liangku yang masih suci, tangan pak Agung menekan belahan bibir vaginaku dan matanya menyorot tajam pada daging mungil yang terselip di vaginaku. Lidahnya terjulur panjang dan lepphhhh, sleppphh, sllckkk..
“Owwww…?? Aa-aahhh, ahhhh, ad-duhhh….awww..”
batang lidah pak Agung begitu lihai memainkan tonjolan clitorisku, slapphhh.. slaphhhh.. slappppp…, berkali-kali lidah pak Agung menampar-nampar daging kelentitku, dan cebbb.. cebbb. Cebbbb.., ujung lidahnya yang runcing menusuk-nusuk daging mungil itu hingga aku kelojotan dan kedua kakiku melejang-lejang menahan rasa nikmat, lendir-lendir Vaginaku yang membanjir bercampur dengan air liur pak Agung, dapat kulihat sebuah senyum melebar diwajah pak Agung saat ia menempelkan sosis besar miliknya keselangkanganku.
“Auhhhhh… hssshhh, aaaaa…”
“tahan sedikit may..”
“AUHHHH… PAKKK…!!”
Perutku mengejang saat benda besar itu berusaha memasuki diriku. Otot vaginaku mengkerut-kerut menahan serangan batang besar panjang di selangkangan pak Agung.
Aku mengeluh dan mendesis keras merasakan desakan-desakan kepala penisnya yang memaksa memasuki liangku. Aku berseru terkejut saat kepala penis pak Agung menerjang otot vaginaku. Kepala penisnya tertancap pada belahan liang vaginaku, pandangan mataku serasa nanar, butir-butir keringat mengucur semakin deras.
Pak Agung menangkap pergelangan kakiku dan mengangkangkan kakiku lebar-lebar.
“Jrebbb, Blessspphhh… hihhhhhhh!!BRUSSSHHH…”
“ENGAHHH-AHHHH, ARRHHH….!!aWWWW drrrttt.. brrrttt drrrrrtttt….!! T_T, HAKKKHHHH @_@….!! AWWWW…AMPUN PAKKK..!! AMPUNN, ADUHHHHH…!! Hikkk Hikk hkkkkkh, AOWWWWWh”
Kedua tanganku menekan perutku yang mendadak terasa seperti kejang, kedua mataku membeliak lebar, rasa sakit dan perih menghebat mendera liang vaginaku. Aku menjerit sekeras-kerasnya saat batang besar itu merengut kesucianku.
Rasa sakit seperti menyadarkanku dari pengaruh aneh yang merangsang tubuhku. Aku tersadar namun semuanya sudah terlambat, batang penis pak Agung tertancap semakin dalam. Aku hanya dapat menangis terisak dan mengaduh di sela-sela isakan tangisku yang semakin keras
“hhkk.. hkkk.., hhhkk hkkkk…adu-duhh, sakit pak, sakittt AWWW”
.“Ouhh..!! Maya, tahann, bapak pengen masuk lebih dalam lagi”
“J-jangan Pakkkkk…”
“JREBBBBB…..”
“OUWWWWW…..hkk ihikkk hkkkkk aduhh, sakit sekali pakkk, saaa—kitt”
“aduh, susah amat sih masuknya, hihhh,!! Hihhhh, Hearhh…JREB..!JREB..!”
Aku menggeliat kesakitan saat Pak Agung berusaha mengamblaskan batang penisnya lebih dalam lagi. Liang vaginaku terasa sesak disumpal oleh batang besar itu. Rasa perih semakin terasa saat batang besar pak Agung merangsek masuk semakin dalam.
Gerakan pak Agung yang semula lembut kini mendadak berubah liar. Dengan kasar ia menjejal-jejalkan batang besarnya, tangan kiri pak Agung menahan bahu kananku, sementara tangan kanannnya bertumpu di sebelah bahu kiriku. Ia mengambil ancang-ancang kemudian pinggulnya kembali menekan dengan kuat bagaikan kesetanan ia berkutat menjejal-jejalkan batang besarnya sekuat tenaga.
“cleppphh.. clepphhhhh.. BLEPPHHHH…!!Jreb-Blushhh…!!”
“s-shhhhh.. akhhh sakitt.., awwwww…!! Sakit pakkkk…!!Akkhhhh..!!”
Aku kembali menjerit batang besarnya masuk amblas dalam gerakan-gerakan menyentak yang kasar dan selangkangan pak Agung semakin merapat ke selangkanganku. Centi demi centi batang besarnya terbenam terus terbenam semakin dalam di liang vaginaku hingga akhirnya selangkangan pak Agung saling berdesakan dengan selangkanganku.
Aku meringis saat pak Agung menarik batang miliknya hingga sebatas leher penisnya saja yang terjepit oleh liangkaran otot vaginaku. Aku memekik saat ia menjebloskan batang besarnya hingga penisnya amblas sekaligus ke dalam liang vaginaku. BOOM, jantungku serasa meledak saat benda itu menyodok kuat vaginaku..
“BLEPPPHHH…!!Blepp.. Bluppphhh”
“AWWW…!! AKHHH…, Ngggghhh, arrrrhhh, #_#..!!”
Tubuhku terguncang disodok oleh batangnya, kusilangkan kedua tanganku melintang di dadaku saat mata pak Agung menikmati gerakan buah dadaku yang terguncang hebat akibat tumbukan-tumbukan batang penisnya yang menghempas keras sementara bibirku tak henti merintih dan mengerang.
“BLEPP..!! BLEPPHH..!! Bhupppp…BHEPHHH….!!”
“S-sakit pakkk, ngilu sekali, hsssshhh ooowWWW…!!”
Batang besar miliknya tidak juga berhenti bergerak, benda sialan itu malah semakin kuat menumbuki belahan vaginaku. Suara rintihan–rintihanku disambut oleh dengus nafas -nya yang memburu berdengusan keras. Aku mencoba menahan gerakan pinggulnya saat merasakan ada rasa ngilu yang semakin menyengat saat benda panjang itu menggasak kasar vaginaku. Aku berteriak keras memohon agar pak Agung menghentikan sodokan-sodokan kasarnya.
“ampunnhh !! aduhh OWWW…, sudah pakkk, sudahhhh..!!”
“kamu harus belajar menikmati kontol bapak, jangan ditahan , pasrah saja dan nikmati..!!, tambah ditahan kamu akan merasa tambah sakit loh, rileks aja.. he he he”
“aduhh, ADUHHH…!! Ngilu pakk..!! NGILUUU.., Oo-awww.T_T !! ”
“Nahhh kan, apa kata bapak, terasa sakit kan ?? ayo lemesinn, jangan tegang, ngangkang aja yang pasrah.., lama-lama juga pasti enak koq, rileks Mayaaa, rileksss, santai aja santaiii”
Aku mencoba untuk pasrah menerima setiap sodokan-sodokannya, rasa sakit yang tadinya menggigit dengan hebat kini mulai diselingi rasa-rasa nikmat saat batang penis pak Agung semakin lancar bergerak keluar masuk menusuki liang vaginaku.
Posisi pak Agung mirip seperti orang yang sedang melakukan push-up dengan batang besarnya yang tertancap di vaginaku. Tanganku mengelus-ngelus dadanya yang berotot, tess tess tess.., butir-butir keringat pak Agung menetesi tubuhku, ia meremas buah dadaku sebelah kanan sambil menggoyang batangnya ke kiri dan kanan sebelum akhirnya kembali mengambil posisi seperti orang yang akan melakukan push-up kemudian dengan cepat ia berpush-up ria menghempas-hempaskan batang penisnya dengan sekuat tenaga.
“Jrebbb-befffhhh Befffhh,, Jrebbbbbb… Blusshhh”
“nah ini yang namanya sambil ngentot sambil olah raga.., gimana Maya, kamu mau belajar ?? asik lohhhh “
“En-gaak ahhh., Bapak aja.. aa-ahh..”
“Tu, wa, ga, pat, ma , nem, juh, pan, lan , luh, sebelahsssshh ”
“Haaa-uhhh ??..??!! cruuttt crutttt….”
Nafasku tertahan selama beberapa detik, ada rasa nikmat yang berdenyutan menyiksa Vaginaku, rasa nikmat itu mengaliri tubuhku hingga aku menggelepar, pak Agung hanya tertawa sambil mengelus-ngelus bahuku
“Pofffhhhh….”
Terdengar suara keras saat batang besar itu disentakkan ditarik keluar oleh pemiliknya kemudian melepaskanku. Aku berguling menjauhinya, kutarik nafasku panjang-panjang untuk mengisi rongga dadaku yang terasa sesak. Kuperhatikan sebotol Aqua besar di tangan pak Agung, ia meminumnya untuk melepaskan dahaga.
“nih kamu pasti haus..”
Pak Agung menoleh ke arahku yang masih berbaring lemas sambil memperhatikannya. Ia menghampiriku dan memberikan botol itu, aku duduk bersimpuh. Glukkk.., Glukkk.. Glukkkk.. Ceglukkkk, kuteguk air didalam botol itu hingga kering.
Tidak sengaja kulihat bercak-bercak darah keperawananku bercampur lelehan lendir putih pekat yang menodai wilayah sekitar bibir vaginaku. Masih dalam posisi duduk, kutekuk dan kupeluk kedua lututku, sementara pak Agung menyeka keringat di tubuhku yang membanjir dengan sebuah handuk kecil.
Aku terdiam saat pak Agung menggeser tubuhnya ke belakang dan menempelkan batang penisnya ke punggungku. Kedua kakinya mengangkang kemudian menjepit tubuhku, tatapan mataku terfokus pada bayangan di dalam cermin. Ngocoks.com
Tangannya bergerak bebas menggerayangi tubuhku yang polos sebelum akhirnya menangkap buah ranum di dadaku. Sesekali jarinya menoel nakal putting ku yang meruncing. Ia seperti sedang memberikan waktu istirahat untukku yang masih termegap berusaha mengendalikan nafas dan emosiku.
“gimana masih cape hemmm??”
Pak Agung bertanya di samping telingaku. Aku tahu tak usah menjawab pertanyaannya, apakah aku capai atau tidak, ia sudah mulai bergerak mencumbuiku dari belakang. Bibirnya mengecupi daun telingaku, duk.., dukk, DUKK…!!, detak jantungku kembali berpacu berlombaan dengan dengus nafasku. Perlahan kemesumannya membuatku kembali bergairah.
Dengan malas kutolehkan wajahku ke samping untuk membalas pangutan-pangutan bibir pak Agung. Dengan malu kujulurkan lidahku keluar menggapai batang lidahnya. Tarian lidah pun dimulai, begitu lembut dan menghanyutkan, saling mengulas, mengait dan membelit. Dengan mesranya Pak Agung menghisap batang lidahku yang terjulur
Kedua tangannya semakin aktif meremasi payudaraku dari arah belakang. Kusandarkan punggungku bersandar padanya, dapat kurasakan batang besarnya mengganjal saat aku bersandar.
Kukalungkan kedua tanganku ke belakang menangkap leher pak Agung, ciuman dan pangutan semakin mengganas, buah dadaku semakin membuntal padat dalam remasan-remasan kedua tangan pak Agung, terkadang remasan tangannya terlalu kuat hingga membuatku melenguh pelan.
“Unnggghhhhpelan-pelan pakkk, auhhhhh, pelannhh, ahhhh, bapakk”
Pak Agung mendesakkan pinggulnya dan akupun terdorong ke depan. Ia terus mendorong-dorongku dengan mendesakkan pinggulnya pada bokongku. Posisi kami semakin mendekati cermin besar itu dan aku semakin jelas menyaksikan kemesumannya. Kedua tangan pak Agung bergerak lembut mengelus-ngelus puncak payudaraku, dari bayangan cermin dapat kulihat ekspresi wajah mesumnya yang tengah menikmati kehangatan tubuhku.
“ah, aahhhhh…ahhhhhh hsssshh ahhhhhh”
Aku yang mulai keenakan terus mendesah dan mendesah. Remasan-remasan tangan pak Agung, jarinya yang nakal mencubit dan menarik – narik putting susuku yang mengeras, membuat tubuhku panas dingin sementara rintihan-rintihan kecilku disambut oleh suara kekehan mesum pak Agung yang dibarengi dengan remasan-remasan kuat tangannya pada dadaku.
Rasanya begitu nyaman dan nikmat sekali saat ia memainkan buah ranum yang memadat. Kedua tangannya mencapit pinggangku kemudian membimbingku untuk menduduki batang penisnya dalam posisi duduk memunggunginya.
“aaaaa…hhhhee-engh…unnggghhhhh…”
Ujung benda besar itu mendesak kuat berusaha memasuki belahan vaginaku. Beberapakali batangnya terpeleset, aku melenguh dan meringis saat benda besar itu berhasil memaksa dan menguakkan belahan bibir vaginaku untuk menerima kehadiran benda panjang dan keras kebanggan pak Agung.
“Akkkhhhhhh…..!!blusssssshhhh.!! “
Tubuhku yang terasa panas mengejang hebat saat ujung benda panjang itu kembali berhasil menyumbat vaginaku. Lingkaran otot vaginaku mengkerut mengigit-gigit leher penis pak Agung. Dapat kurasakan butiran keringat kembali membalutku.
“aduh-awwww…, Pakk, Owwww…”
Pak Agung tidak mengindahkan keluh-kesahku, kedua tangannya menarik-narik pinggulku, sementara batangnya merayap semakin dalam. Centi demi centi batang panjang itu menggelusur memasuki liang vaginaku dalam sentakan-sentakan lembut yang membuat tubuhku terdesak-desak ke atas.
Bersambung…