“Setelah pelajaran dientot, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngentotin Bapak…. He he he…..” Pak Dion menarik Veily dan Anita ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.
Tubuh Pak Dion duduk santai di atas kursi sofa, Veily dan Anita saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Dion.
“Nah, Anita…, Coba kamu naik kemari,”
Anita menaiki tubuh Pak Dion, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Dion untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Anita Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.
“Oke, sekarang kamu dudukin kepala kontol Bapak Pakai memek Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Dion membantu dengan menarik pinggang Anita untuk turun.
“Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Dion kembali membelah vagina Anita. “Aaakkhhh….” kepala Anita terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali tertancap di lubang vaginanya, Anita berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.
“Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Dion menanti aksi Anita selanjutnya, sambil menggigit bibir Anita mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.
“Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Dion menyemangati Anita agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.
“Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Anita…,!!” Pak Dion membantu Anita dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.
“Pakkk… Dionnnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Anita menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.
Payudara Anita yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Dion Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.
“Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Anita tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Anita merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Dion.
Pak Dion mendorong tubuh Anita kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang.
“Ayo.., Veily sekarang kamu yang berlatih….”
Pak Dion terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Veily yang berusaha menaiki tubuh Pak Dion yang gembrot.
Nafas Veily memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.
“Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Veily mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Dion justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Veily yang segar sampai itu sepuas-puasnya.
“Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Dion sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Veily.
“Susah Pakkk, susahhhhh…..” Veily tampak kesulitan
“Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “
“Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Veily mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Anita karena Veily tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.
“Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Dion tersenyum sambil meremas buah dada Veily.
“Ahh Ahhh Ahhh….” Veily mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja
“Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Veily menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.
“Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Veily sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Dion.
“AHHHHH……!! Crrr Crrrr” Veily mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion sambil menghempaskan vaginanya kebawah kuat-kuat, nafasnya tersendat-sendat ketika cairan-cairan kenikmatan itu berdenyut keluar.
Veily menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan pinggulnya di dorong ke samping oleh seseorang, rupanya Anita ingin melanjutkan permainan barunya. Veily sedang asik-asiknya menonton Anita yang sedang menghempas-hempaskan pinggulnya dengan liar ketika terdengar bunyi “Cklekkk…..!!”
“Owww….!! ” Veily dan Anita berseru terkejut ketika seseorang menerobos masuk diikuti beberapa orang guru di sekolah itu.
“Ohhhh…, Pak Agunggg….!! Silahkan….” Pak Dion mempersilahkan Pak Agung untuk masuk.
“Wahhhh…, lagi asik rupanya, Maaf nih saya jadi menggangu Pak Dion ” Pak Agung menutup kembali pintu ruangan itu.
“Ohhh, Tidak apa…, saya justru senang Pak Agung mau ikut bergabung, dan memberikan informasi penting tentang korban kita berikutnya… he he he” Pak Dion terkekeh-kekeh sambil meremas-remas buah pantat Anita.
Tampaknya akan segera terjadi pertempuran tidak seimbang, antara Anita dan Veily melawan Pak Dion cs. Setelah mengunci pintu Pak Dede, Pak Ahmad, Pak Djono dan Pak Agung mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing, Empat batang kemaluan teracung-acung mendekati mangsa mereka.
Pak Djono menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan pantat Anita yang halus lembut. Pak Dion terkekeh – kekeh sambil mendekap punggung Anita kuat-kuat agar posisi Anita lebih menungging.
Pak Djono menekankan kepala kemaluannya kuat-kuat pada lubang anus Anita. Gadis itu mengerang, lubang anusnya mengkerut ketakutan sehingga kepala kemaluan Pak Djono sulit melakukan penetrasi.
“Hemmmm,masih susah…He he” ujung jempol kanan Pak Djono menekan kuat-kuat pinggiran anus Anita berusaha agar lingkaran anus gadis itu sedikit melar dan merekah, kemudian tangan kiri Pak Dion mengarahkan ujung kemaluannya pada lubang anus Anita dan menekan lubang yang sedikit merekah itu kuat-kuat.
“AWWWWWW….!” Anita menjerit keras kesakitan ketika dengan satu sentakan yang kuat kepala kemaluan Pak Djono menjebol lubang duburnya,
“Arrrhhhhh… Arhhhhhhh…. Errrrhhhhhh” Anita berulangkali ketika Pak Djono menekankan batang kemaluannya lebih dalam menyodomi lubang anus Anita.
“Hegghhhhh…..” Mata Anita membeliak kemudian terpejam rapat disertai rintihan-rintihan kecil ketika merasakan batang kemaluan Pak Djono memasuki lubang anusnya lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai akhirnya pantat Anita bergesekan dengan perut Pak Djono.
“Ahhh Ahhh Ahhhh Ahhhh….” Terdengar suara-suara menggairahkan dari bibir Anita ketika dua batang kemaluan itu berlomba menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anusnya.
“Creppp Creppp Crepppp….”
“Plokkk… plokkkk… Plokkkk” Suara lubang vagina dan lubang anus Anita yang sedang dikocok habis-habisan oleh batang kemaluan Pak Dion dan Pak Djono.
Pak Agung mencekal pergelangan tangan Veily dan menarik gadis itu untuk berdiri, kedua tangan Pak Agung membelit pinggangnya kemudian dengan nafsu yang menggelegak bibir Pak Agung mencaplok bibir gadis itu, tubuh Veily melenting-lenting ke belakang ketika Pak Agung melumat dan mengulum-ngulum bibirnya, Veily mendorongkan kedua tangannya pada bahu Pak Agung, murid cantik itu berusaha melepaskan lumatan Pak Agung dari bibirnya, setelah berusaha beberapa saat…..
“Auhhhh… Ohhhh… Hmmmm Hmmmmm” bibir Veily akhirnya terlepas dari lumatan Pak Agung yang ganas dan liar, namun hanya sesaat sebelum akhirnya bibir Veily kembali menjadi bulan-bulanan Pak Agung.
“Hemmm… Mhhh… Mmmmmhhhhh” kali ini Veily lebih sulit untuk melepaskan bibirnya karena tangan kiri Pak Agung menekan belakang kepala gadis itu kuat-kuat, Pak Agung yang atletis, berotot, dengan kulitnya yang kecoklatan mendekap erat-erat tubuh Veily, sambil terus melakukan lumatan-lumatan dan kuluman kuluman mautnya, sampai hati Pak Agung puas.
“Uhhhh….” Veily pasrah ketika tangan Pak Agung yang kekar mendekap pinggulnya kemudian mengangkatnya keatas, Pak Agung yang berotot mirip Ade Rai mendesakkan tubuh Veily kesudut ruangan. Tubuh Veily tergantung di udara, posisi buah dada Veily pas banget di hadapan wajahnya.
Perlahan-lahan Pak Agung menjulurkan lidahnya dan menjilat lembut putting susu Veily yang berwarna pink kecoklatan. Nafas Veily semakin tidak beraturan ketika merasakan jilatan-jilatan Pak Agung yang lembut bergantian di kedua puncak payudaranya, mengulas-ngulas putting susunya dan sesekali memutarinya
“Ohhh, Pakkk… Ahhhh!!” Veily mendesah ketika merasakan mulut Pak Agung mencaplok kemudian menghisap lembut puncak payudaranya sebelah kanan mulut, gerakan mulut Pak Agung tampak seperti sedang mengunyah payudara Veily bergantian dari yang kanan ke yang kiri.
Sambil tersenyum pak Agung merebahkan tubuh Veily di meja, disibakkannya kedua kaki gadis itu agar mengangkang.
“OHHHHH…!!!….” Veily bergidik ngeri menatap kemaluan Pak Agung, kalau soal panjang sih kurang lebih sama dengan panjang kemaluan Pak Dion namun yang mebuat Veily bergidik ngeri adalah bulatan batang kemaluan Pak Agung yang hampir dua kali lipat bulatan kemaluan Pak Dion,
“Ahhhh….” punggung Veily sampai terangkat kemudian terhempas kembali ketika merasakan kepala penis Pak Agung mulai menekan berusaha membongkar jepitan vaginanya, agak lama juga Pak Agung berusaha
“EENNNNHHHHH… AWWWWW….!! ” nafas Veily tertahan-tahan ketika kepala kemaluan Pak Agung tiba-tiba mencelat masuk.
“Ha HA Ha, Akhirnya masuk juga, hajar langsung..!! “
“Ayo Pak Agung sodok yang kuat…!!”
Pak Dede dan Pak Ahmad menyemangati Pak Agung. Pak Agung menatap Veily yang tergolek tanpa daya sambil menatap padanya dengan pandangan mata yang memelas.
“Aduhh….Awwwww, Essshhhhhhhh, Owwwww.” Veily mengaduh ketika Pak Dede dan Pak Ahmad meremas-remas buah dadanya dengan kasar, kemudian mencubit kuat-kuat putting Veily sampai ia merintih-rintih kesakitan.
“Hmmmmm… ” kening pak Agung berkerut setelah mencabut batang kemaluannya, Pak Agung meraih tubuh gadis itu kemudian diangkatnya tubuh Veily dengan hati-hati sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
“Yahhh, koq dibawa sihh…!!”
“Lohhh mau ke mana Pak Agung…!!”
“Mau keluar” Pak Agung menjawab singkat kemudian melangkahkan kakinya menjauhi ruangan kantor Pak Dion,
“Nahhh…” Pak Agung mendudukkan Veily disalah satu bangku panjang yang terbuat dari kayu, gadis itu menundukkan kepalanya ketika Pak Agung duduk di sebelahnya.
“Cuphhhh….” dengan lembut Pak Agung mengecup pipi Veily, tangannya merayap ke arah selangkangan Veily kemudian berbisik di telinga gadis itu “Masih sakit ya ??”
“Atau kamu cape?? ” dengan mesra Pak Agung memeluk tubuh Veily, entah kenapa Veily merasa mendapat perlindungan dari Pak Agung, kalau tidak dirinya pasti sudah dikerjai habis-habisan oleh Pak Dede dan Pak Ahmad, Veily terisak menangis dalam pelukan Pak Agung.
“Sudah.. , sudahh, cupphh, cuphhh…” Pak Agung menciumi kening Veily sambil membelai-belai punggung gadis itu dengan penuh perasaan, Veily memasrahkan dirinya dalam pelukan Pak Agung, ada rasa aman ketika Pak Agung yang tinggi dan berotot seperti Ade Rai itu memeluk mesra dirinya, tanpa terasa Veily tertidur dalam pelukan mesra Pak Agung, dengan lembut Pak Agung mengusap-ngusap rambut gadis itu.
Berbeda dengan Veily nasib Anita lebih mengenaskan, dua batang penis berkali-kali ditancapkan dengan kasar oleh pemiliknya ke dalam lubang vagina dan lubang anus gadis itu, sementara buah dadanya menjadi mainan Pak Dede dan Pak Ahmad.
“Ahhhh…, Ohhhhh, ampun Pak Aduhh Awwww…., jangan…!!” Anita meringis-ringis sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dede dan Pak Ahmad yang menggerayangi payudaranya.
“Ennnngghhh… Aduhhh…!! Crrrtt.. Crrrttttt….!! ” Anita merintih lirih.
Tubuh gadis itu berkelojotan beberapa saat.
“HA HA HA, Aduh !!! enak katanya …..” Pak Dede mengolok-olok Anita.
“Iya…, pengen terus dirojok…!! “Pak Ahmad ikut meledek sambil meremas induk payudara Anita kuat-kuat.
“Ooo, begitu ya…, kayak gini? Hihhh….!! ” Pak Dion berkali-kali menyodokkan batang kemaluannya ke atas.
“Bukan seperti itu Pak Dion, kayak gini baru benar…!! ” Pak Djono tidak mau kalah menggenjot kuat-kuat lubang anus Anita.
Dua batang kemaluan milik Pak Dion dan Pak Djono berlomba-lomba menusuk, menyodok dan menghajar lubang anus dan vagina gadis itu tanpa mempedulikan Anita yang mengerang-ngerang kesakitan, kedua lubangnya terasa panas akibat dikocok-kocok dengan kasar.
“Aowwwhhhh… Hekkkk….!!” kepala Anita terangkat ke atas ketika Pak Dion dan Pak Dede bersama-sama membenamkan batang kemaluannya,
“Croooorrrrrttt….!! “
“Kecroooottttt……”
Gerakan-gerakan brutal itu mendadak berhenti,
“Wahhh, sepertinya giliran kita nih…! ” Pak Dede menarik Anita, Pak Ahmad cuma tersenyum kemudian langsung bergabung dengan Pak Dede.
Anita dipaksa menungging di atas lantai,
“Emmmmm, Hemmmmhhh….” mulut Anita terisi penuh oleh batang kemaluan Pak Ahmad sementara Pak Dede tersenyum sambil menimbang-nimbang, lubang manakah yang sebaiknya disodok, anus atau vagina.
“Lohhh, Pak Dede koq malah diam?? hemmp, Ahhhh, sedappnya…!!” tangan Pak Ahmad mendekap kepala Anita sambil memaju mundurkan batang penisnya keluar masuk kedalam mulut gadis itu.
“Ha Ha Ha, habis saya bingung mau yang mana?? soalnya dua-duanya tampak menggiurkan….tapi ya sudah saya pilih yang ini aja dechhh buat pemanasan” Pak Dede menggesekkan kepala kemaluannya pada belahan lubang vagina Anita kemudian dengan gerakan-gerakan menyentak ia membenamkan batang kemaluannya, kedua tangannya mencekal kedua pergelangan tangan Anita kemudian menarik tangan Anita kebelakang “Ayo, Pak Ahmad, biar saya bantu… biar Pak Ahmad lebih enak…”
“Hemmmppphh Hemmmmhhh, Emmmmmm” Anita mendelikkan matanya ketika lubang vaginanya disodok kuat-kuat oleh batang kemaluan Pak Dede, sedangkan kerongkongannya dirojok oleh batang kemaluan Pak Ahmad.
Wajah Anita mengernyit-ngernyit, tampaknya ia sangat menderita, sementara kedua guru bejat itu malah terkekeh-kekeh keenakan.
“Anjinggg…!! Whuaduhhhhh….!! ” Pak Ahmad memaki sambil menarik batang kemaluannya darid alam mulut Anita, kemudian
“Plakkkkkk…..” Pak Ahmad menampar wajah Anita kemudian menjambak rambutnya, Anita hanya mengerang tak berdaya,
“Lohhh ?? ada Apa Pak Ahmad ?? ” Pak Dede bertanya keheranan.
“Dia ngigit kontol saya…!! Sialan.. Plakkkk…!!!” Pak Ahmad kembali menampar wajah gadis itu kemudian menjambak-jambak rambut Anita.
“Kurang ajar..!! Berdiri..!! ” Pak Dede mencabut batang kemaluannya kemudian memaksa Anita untuk berdiri.
Pak Ahmad mencekal dan mengangkat tungkai lutut kanan Anita sebelah bawah, kemudian “Jrebbbb Jrebbbb.. Jrebbbbbb…, berani kamu ya, Hihhh!! “
Disodok-sodoknya lubang vagina Anita sekuat tenaga..
“AWWWW….. AWWWWW…..” Anita menjerit panjang ketika merasakan lubang anusnya dipaksa menerima kehadiran batang kemaluan Pak Dede. Setelah membantu menopang tungkai lutut kanan Anita, pak Dede dan Pak Ahmad berlomba marathon merojok-rojokkan batang kemaluan mereka dengan kasar.
“Murid seperti ini yang harus diajar adat, tidak menuruti nasehat gurunya !!”
Sesekali Pak Dede menjambak rambut Anita sambil menggecakkan batang kemaluannya kuat-kuat.
“Betul Pak Dede.., Ayo kita kasih pelajaran murid sialan ini !! “Pak Ahmad menghantamkan batang kemaluannya kuat-kuat.
“Ayo Pak Ahmad kita kocok yang kuat…” Pak Dede tambah liar.
“Aduhhh… Ahhhhh… Awwwww, ampun Pakkk ampunnnnn….” Anita mejerit-jerit kewalahan, tubuhnya terjepit tanpa daya di antara tubuh Pak Dede dan Pak Ahmad, Anita mengerang panjang kemudian terkulai jatuh tidak sadarkan diri.
Sementara di sebuah bangku kayu panjang, Veily membuka matanya ketika merasakan rasa geli di bibir vaginanya,
“Emmmm…….” Tubuh gadis itu menggeliat lemah, setelah terbangun dari tidurnya tubuhnya terasa segar. Tangan Veily terjulur membelai lembut kepala Pak Agung yang sedang menjilati bibir vaginanya
“Ehhh…, Maaf .., tidur kamu jadi terganggu ya ?? ” Pak Agung menengadahkan kepalanya ketika merasakan belaian Veily.
Veily menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar
“Ceglukk..! “Pak Agung menelan ludah, matanya menatap tajam pada belahan vagina Veily yang sedikit merekah, perlahan-lahan Pak Agung kembali menundukkan kepalanya dan mengencup belahan vagina Veily yang merekah.
“Ahhhhhh……… Pakkk, “Veily mendesah panjang ketika merasakan bibir vaginanya diemut oleh Pak Agung, berkali-kali tubuhnya menggelepar ketika mulut Pak Agung mencaploki vaginanya dengan lembut.
Tangan Pak Agung menarik bibir vagina Veily kemudian melumat isinya. Cairan kewanitaan Veily semakin banyak meleleh membasahi lubang vaginanya, pak Agung mulai mengambil posisi sambil mengarahkan batang kemaluannya dan menggesek – gesek lubang vagina Veily yang sudah basah.
Veily menahan nafas ketika merasakan kepala kemaluan Pak Agung mulai menekan dan berusaha membelah jepitan lubang vaginanya.
Kepala Veily terangkat keatas, matanya mengerjap-ngerjap, bibir gadis itu sedikit terbuka merekah ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Agung mulai membelah dan menancap di vaginanya. “Haa, Emmmfffhhhh….” Tiba-tiba tubuh Veily mengejang dan terkulai dengan nafasnya yang tersendat-sendat.
“Sakit ?? ” Pak Agung bertanya, ia membelai rambut Veily
Sambil tersenyum Veily menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Agung, Veily ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Agung.
Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Agung membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Agung menahan batang kemaluannya ketika Veily meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Agung mengaduk-ngaduk vagina Veily dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Veily yang sempit.
Perlahan-lahan Pak Agung mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Veily terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Agung mulai menaikkan tempo genjotannya.
“Aaaahhhh….!! ” Veily menjerit keras kemudian
“Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”
Pak Agung menghentikan gerakannya membiarkan Veily meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Agung kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.
“Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Veily berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Agung yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.
“Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Veily kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Agung.
“AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Agunggggg….. Ohhhhhh” Veily menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.
“Wahh…!? Veilyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Agung memanas-manasi Veily agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.
Pak Agung mendekap pinggul Veily sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Veilylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Agung terasa sesak ketika Veily mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu.
Pak Agung tambah sesak nafas ketika Veily menundukkan wajahnya, tangan Pak Agung mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Veily sambil membalas lumatan Veily dengan lembut. Veily menumpukan tangannya pada dada Pak Agung yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.
“Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Veily terkadang terdengar keras ketika Pak Agung sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.
Mata Pak Agung menatap payudara Veily yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.
“Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Veily kini berpegangan pada tangan Pak Agung yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Veily menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.
“Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Veily tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Veily tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.
Pak Agung berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”
Veily mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Agung. Pak Agung memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Agung mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya.
Veily membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Agung ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.
“Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Agung menggerayangi buah dada Veily sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Agung. Dijepitnya putting Veily kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Veily.
“Veily, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Agung meminta dengan sopan
Veily terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.
“Nungging sayang, nahhhh….” Pak Agung meminta agar Veily bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Agung menekan buah pantat Veily sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.
“Haaaaaaaa…..” Veily menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Agung menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.
“ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Agung menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.
Pak Agung menahan pinggul Veily yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Veily yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Agung.
Lutut Veily goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Agung ikut turun bersujud di belakang tubuhnya.
Tangan Pak Agung yang kekar dan berotot membelit tubuh Veily dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Agung mendesakkan batang kemaluannya, sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Veily yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Agung yang berotot.
Veily menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Agung yang melumat bibirnya. “Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Agung melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Agung merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya.
Pada saat yang bersamaan Pak Agung memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.
“Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ” berulang kali Veily mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Agung yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.
“Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”
Suara hantaman selangkangan Pak Agung ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Veily malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Agung, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Veily mengalungkan kedua tangannya ke belakang.
“Hemmmm, He he he he….” Pak Agung semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Agung mencium gemas pipi Veily kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.
“Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”
“WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”
Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Veily tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Agung. Mungkin karena Pak Agung begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Agung yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Agung yang lembut.
Pak Dion mengangkat Hpnya
“Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”
“Ha Ha Ha…bagus-bagus…., rencana yang bagus ” Pak Dion terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.
******************************
Setelah selesai merangkaikan kata-kata di dalam buku harianku
Aku termenung,
aku tidak sabar menanti datangnya hari esok.
Empat orang gadis cantik
akan mengadakan rapat penting,
di markas besar mereka.
=====================================================
“Hoammmm…..!! ” Aku menguap sambil menggeliatkan tubuhku kesana kemari, hari Minggu yang indah…,Oppppsss!!!! tiba-tiba aku tersadar ketika memandang jam, wah jam 10 nehh….!!, aku langsung melompat dari atas ranjang, baru saja aku hendak masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamar, tiba-tiba Hpku berbunyi, aku segera menyambarnya dengan sigap, begitu diangkat, terdengar teriakan keras…..
“MAYAAAAA….., UDAH JAM BERAPA INI…, ????UDAH BERJUTA-JUTA KALI AKU TELEPON, Nggak DIANGKAT!!! , PASTI MASIH TIDUR YA!!!!!” terdengar suara Vivi menggelegar sampai kupingku terasa sakit.
“Iy..Iya..Vi, aku segera datang….” aku langsung menutup dan melemparkan Hp jadulku, Hp tahan banting yang selalu setia melayani diriku, aku bergerak secepat kilat masuk kekamar mandi “Byurrrr… Byurrrr…..”, setelah memakai baju,aku berlari-lari kecil, ngejar-ngejar angkot dan akhirnyaaaa….!! Mampus aku !! Macetttt…..!!! Hasilnya…, jam 12 lebih dikit aku baru sampai divdepan pintu rumah Vivi,
“Ting…, Tonggg, Ting Tongggg…..” dengan was-was aku menekan bel
“Cklekkk…..” pintu itu langsung dibuka, Reinalah yang membukakan pintu untukku, menyambut tamu pentingnya yang datang sedikit terlambat.
“Hai, Reiii…” Aku mencoba memasang senyuman manis, aduhh!!, Reina malah cemberut, membuang muka, kemudian melangkah menjauhiku, setelah menutup pintu Aku menghampiri teman-temanku, Ihhh….!!, Pandangan mereka dingin banget.
“Maya.., kamu tahu nggak, sudah jam berapa ini ?? ” Reina menegurku.
“Jam 12 lebih dikit Reiiii….” Aku menjawab pelan, sambil menundukkan kepalaku.
“Coba liat baik-baik ke jam dinding…., jamnya bukan di lantai !! di atas!!” Farida yang biasanya memanjakanku kini menatapku dengan tatapan juteknya, aku menengokkan kepalaku ke arah jam dinding yang cengar-cengir menertawakanku.
“Sekarang bilang jam berapa…?? kamu kan tahu, kalau hari ini kita kumpul jam 9.30 , Ayo jawab! jam berapa???!!! ” mulut Vivi meruncing seperti nyamuk raksaksa, ngunngggggg,,,! nguuuunnggggg….!
“Jam 12 lebih….dikit….,”Aku menjawab sambil kembali menundukkan wajahku..
“JAM SATU KURANGGGGGGGG SEMENIT!!!” hampir bersamaan Vivi, Farida dan Reina berteriak keras, wajah mereka merah padam menahan nafsu birahi yang memuncak sampai keubun-ubun, ehhhhh, menahan emosi maksud-ku T_T. Aku langsung mengambil posisi duduk di kursiku menyusul teman-temanku yang sudah mengambil posisi duduk di kursi masing-masing.
“KITA NGGAK BISA TERUS SEPERTI INI, MENUNGGU NASIB…,PASRAH TANPA DAYA, KITA HARUS MELAWAN, DLL, DSB… DST……….” Vivi langsung membuka rapat penting dengan pidatonya yang berkobar-kobar.
“Gimana kalau kita laporkan saja peristiwa ini…??” aku mulai antusias mengikuti jalannya konfrensi penting ini.
“Hmmmm, kurasa bukan langkah yang tepat, kalau nggak salah Pak Dion itu banyak koneksinya…loh” Reina mengerlingkan matanya padaku.
“Betul” kata Reina, “kita nggak bisa sembarangan, jangan terpancing emosi, pikirkan dulu baik-baik sebelum mengambil tindakan lebih lanjut” Farida berkata bijak sambil mulai menggeserkan kursinya ke sebelahku.
“Tapi yang pertama sich kita harus mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu….” aku mengepalkan tanganku karena gemas pada Pak Dion?? Yap… betul..!! tapi aku juga gemas menatap pisang goreng gratis di atas meja, tanganku bergerak menyambar pisang goreng di atas meja dan happpppp…., langsung kucaplok pisang goreng gratisan itu ^^, Reina , Farida dan Vivi tidak mau kalah, Nyam, Nyam, Nyammmm….
“Ntar kalau sudah terkumpul bukti-bukti itu kita pakai untuk menekan mereka” aku berceloteh panjang lebar.
“Hemmmmm, ” Vivi menganguk-anggukkan kepalanya, demikian juga halnya Reina dan Farida,
“Plakkkkk…..!! “, Vivi menggampar tanganku yang hendak menyambar pisang goreng terakhir, aku hanya dapat menatap lemas, pisang goreng terakhir itu masuk ke dalam mulut Vivi.
“Tapiii…., gimana caranya kita mengumpulkan dan menggunakan bukti-bukti itu untuk menekan mereka ?? ” Farida bertanya sambil memandang padaku, maklum biasanya aku ini memang paling encer, mungkin karena aku ini reinkarnasi detektif terhebat di dunia.
“Gimana kalau kita foto, kalau perlu kita rekam…., terus kita pakai itu semua untuk mengancam mereka…”Wah….aku memang hebat, nggak percuma kan, teman-temanku menunggu kedatangan detektif cantik Maya, yang sudah terkenal sampai ke seluruh pelosok negri ini, cantik, baik hati, pintar, gesit, selalu tepat waktu nggak pernah telat sedikitpun (Karena telatnya banyak dan sering banget…..Ho Ho Ho)
Vivi mengeluarkan HP-nya dengan kamera 1.3 mega pixel, Farida, Reina juga mengeluarkan Hp terbaru mereka, Hp3.5 G dengan kamera 3.2 mega pixel, kabarnya mereka menguras hasil tabungan mereka demi HP baru merk Sony Ericson dengan cybershoot, kemudian mereka menatap Hp di genggaman tanganku.
Kali ini detektif cantik Maya tertunduk lesu, maklum kekurangan modal, sisa uang bulanan habis buat beli baju baru dan koleksi buku komik dan menabung tentunya (70 % Shoping beli baju & 25 % Dana untuk mengoleksi buku komik, 5%-nya nabung…waduhhh…!!) Sambil mencoba tersenyum, aku menyembunyikan Hp kesayanganku yang “menangis” karena kalah telak oleh Hp di tangan teman-temanku.
Langsung deh topik pembicaraan segera beralih, Vivi, Farida dan Reina sibuk membahas tentang fitur Hp di tangan Reina dan Farida, maklum baru beli, belum bisa menggunakan fungsi-fungsi yang terlalu tinggi, aku menggeleng-gelengkan kepala, punya Hp mahal tapi nggak tau menggunakan kelebihan fiturnya, lebih baik Hp kesayanganku yang sudah kuketahui dengan baik kegunaannya misalnya untuk SMS dan untuk nelepon. Itulah sepenggalan rapat penting empat gadis cantik di rumah Vivi.
*******************************
Pagi hari…tepatnya Hari Senin pagi.
Aku berlari-lari kecil dengan sekantung buah-buahan, mangga, kedongdong, jambu, bangkoang lengkap dengan garam dan serbuk cabe, cemilan favourit empat gadis cantik, bayangkan betapa baiknya aku, di pagi hari berlari-lari membawakan buah-buahan untuk teman-temanku. Sebelumnya (T_T), tiga Sms masuk hampir berbarengan keHP-ku, isinya sbb
– Maya kamu kan datengnya paling telat, titippp…Mangga
– Aku juga mayyy,,,, Tolong Ya…Kedongdongnya
– Maya jangan telat lagi loh, jambunya jangan lupa.
Tiba-tiba seseorang melompat dari tempat tersembunyi
“Awwwww….!! ” Aku berteriak kaget….
“Vivi…, jangan bikin kaget gitu Ahhhh….!!”
Sementara murid laki-laki yang sedang nongkrong tersenyum-senyum memandang kami dengan penuh arti, hemm, kalau nggak salah gengnya Si Doni deh, murid kelas 2-A yang terkenal bengal, kakak kelas yang nyebelin.
Sekilas Aku dan Vivi memandang mereka kemudian berlalu entah apa yang sedang dibisikkan Doni ditelinga salah seorang temannya itu. Sementara para murid sibuk belajar di kelas mereka masing-masing, Pak Dion juga sibuk di dalam mobilnya.
Hujan deras seakan-akan berpihak dan membantu menyembunyikan kebejatannya di dalam mobilnya. Seorang murid cantik kembali menjadi korban kebuasan Pak Dion.
Dengan kesal siswi cantik itu menepiskan tangan Pak Dion yang merayap-rayap di dadanya, matanya menatap tajam pada pria itu, ada rasa benci, sebel, dan juga ada rasa tidak berdaya dalam sorot sinar matanya.
Murid cantik itu berontak ketika Pak Dion menariknya ke bangku belakang. Dengan kasar Pak Dion menekan bahu muridnya yang cantik agar berbaring terlentang. Nia Andini, murid cantik kelas 1-A, ia kini terlentang tanpa daya, sementara tangan Pak Dion kembali merayap ke arah dadanya yang cantik.
Nia mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya, ia tidak sudi menatap wajah mesum Pak Dion yang tersenyum-senyum senang, kedua tangannya terkepal rapat ketika merasakan remasan-remasan tangan Pak Dion.
Pak Dion hanya tersenyum ia memaklumi, Nia memang masih kekanak-kanakan, masih polos, belum mengenal arti dari kenikmatan. Tangan Pak Dion mulai melepaskan kancing baju seragam Nia, satu demi satu, tanpa mempedulikan Nia yang terisak menangis, Pak Dion berbisik di telinga muridnya
“Nia, sebenarnya nilai kamu itu jauh dari cukup untuk dapat masuk ke SMA ini, sangat kurang malah!!!, tapi kecantikan kamulah yang membuat kamu dapat lolos diterima disini he he he”
Pak Dion mencumbui leher Nia Andini, isakan gadis itu terdengar semakin keras ketika cumbuan Pak Dion semakin turun ke arah dadanya.
“Jangan Pakkkk….., ” Nia memohon terisak sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dion yang hendak menyusup kebalik branya.
Pak Dion menggeram kemudian menyusupkan tangannya dengan paksa kebalik bra Nia, tubuh Nia tersentak merasakan telapak tangan Pak Dion yang kasar bergesekan dengan permukaan payudaranya yang lembut dan halus.
“He he he, Ayolah Nia nggak usah nangis gitu dong, bapak cuma ingin memberikan kenikmatan untuk kamu, apa itu salah ?? ” Pak Dion semakin aktif meremas-remas payudara Nia, Nia berusaha bertahan dengan sekuat tenaga, ia mengenyahkan jauh-jauh rangsangan yang semakin kuat berusaha menyeretnya menerima perlakuan Pak Dion,
Tidak….!!
“Enakkkk…, Ahhh, Enakkkk!!
Bandot tua sialan…..!!
“Terusin Pakk , Nikmatt, Hssshhh…”
Seperti itulah isi pikiran Nia yang sedang berkecamuk, berbagai perasaan saling bertabrakan, ia menghela nafas lega ketika Pak Dion menarik kedua tangannya, untuk sesaat ia berusaha menguasai diri.
“Haaaahhhhh……,” Nia terperanjat ketika tangan Pak Dion menyusup masuk ke dalam rok seragamnya dan membelai pahanya sebelah dalam, baru kali ini Nia merasakan tangan laki-laki mengelus – ngelus pahanya, permukaan telapak tangan itu begitu kasar tapi enak sekali rasanya ketika mengelus-ngelus permukaan pahanya, nafas Nia tertahan di dadanya ketika merasakan telapak tangan Pak Dion tiba-tiba meremas selangkangannya.
Tangan Pak Dion yang satunya lagi menyibakkan rok seragamnya ke atas, jari tangan Pak Dion menekan-nekan permukaan celana dalamnya di bagian bibir vaginanya , terkadang jari Pak Dion bergerak menggesek-gesek belahan vagina Nia yang semakin basah.
Tangan Nia bergerak secara reflek mencekal tangan Pak Dion yang hendak menarik celana dalamnya turun, terjadilah pertarungan kecil, Nia berusaha mempertahankan celana dalamnya sedangkan Pak Dion si kepala sekolah bejat itu berusaha melepaskan celana dalam Nia muridnya yang cantik, dengan sekali sentak Pak Dion menarik lepas celana dalam Nia.
“OWwww…!! ” Nia menarik tubuhnya , punggungnya bersandar pada kaca mobil sedangkan kedua kakinya tertekuk merapat berusaha menyembunyikan daerah intimnya, nafasnya terengah ketakutan.
“Ahhhh…, Jangannnn…., Lepasssskannnn….” Nia berontak ketika Pak Dion yang besar dan gemuk itu berusaha memeluknya, Nia berusaha sekuat tenaga untuk mendorong bahu Pak Dion yang menghimpit tubuhnya.
” OwwwwwhhhHemmmm… Mmmmmmhhhh…..” jeritan Nia lenyap ketika mulut Pak Dion mencaplok bibirnya, tubuh murid cantik itu menggeliut-geliut berusaha melepaskan diri ketika tangan Pak Dion membelit tubuhnya.
“Haaa.. Uhhh..hhhmmmhh…”Sambil terus mengulum bibir Nia, tangan Pak Dion merayapi pangkal pahanya yang tertekuk, berkali-kali tangan Nia berusaha menepiskan tangan Pak Dion yang bermain-main merayapi pangkal pahanya.
“Ehhhh!!!!, Shaaahhhhh,,, Hhhhhaaaaa……”gadis itu terkejut ketika tiba-tiba tangan Pak Dion mencekal kedua pergelangan kakiya dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas hampir sejajar dengan mulutnya, dengan paksa pria itu mereggangkan kaki Nia.
“OUHHHH…!! ” tubuh Nia kelojotan ketika mulut Pak Dion mencium bibir vaginanya, seumur hidup belum pernah ada seorang laki-lakipun yang menjamah wilayah intimnya, namun kini dengan bebas, mulut Pak Dion berkeliaran menciumi bibir vaginanya.
Tubuh Nia tersentak-sentak, murid cantik itu berkali-kali menggeliat-geliat, mulutnya terbuka membentuk huruf “O” disertai erangan dan rengekannya yang merdu.
“Hsssshhh… Hhhssshhhhh…..” berkali-kali Nia mendesis keras ketika merasakan mulut Pak Dion mencaploki bibir vaginanya.
“AHHHHHH….! AHHHHHHHHHH……! ” suara Nia tertelan oleh suara hujan yang semakin lebat, lidah Pak Dion terjulur keluar kemudian menjilat belahan vagina Nia, satu jilatan lembut dan pelan itu membuatnya menggeliat resah.
“OWWWW…,, Ahhhhhh…., Pakkk…..” tubuh Nia menggelepar ketika merasakan lidah Pak Dion memijit-mijit tonjolan klitorisnya, mendengar desahan-desahan muridnya yang cantik Pak Dion semakin bersemangat memainkan lidahnya, mengorek, menjilat, memijit dan mencokel daging klitoris Nia.
Nia memejamkan matanya ketika Pak Dion mulai membuka sabuknya, menarik turun resleting celana itu dan mengeluarkan sebuah benda panjang besar yang sudah ereksi, murid cantik itu tidak kuasa menatap wajah mesum Pak Dion yang akan menggagahi dirinya.
Berkali-kali tubuhnya mengejang menahan desakan kepala kemaluan Pak Dion yang siap untuk menyantap selaput keperawanannya. Tubuh Nia menggigil merasakan gesekan-gesekan yang diiringi oleh desakan-desakan kuat pada belahan bibir vaginanya yang mulai terasa dipaksa merekah sedikit demi sedikit oleh kepala kemaluan Pak Dion.
“Arrrhhhhhh….., Hennnggghhhh Ahhhhhhhh…..” sentakan-sentakan kuat itu datang bertubi-tubi, Nia mulai merasakan pedih, panas dan sakit mendera lubang vaginanya yang disesaki oleh batang kemaluan Pak Dion yang kini tertancap dengan kuat dan menekan semakin dalam. Sesuatu di dalam vaginanya terobek-robek oleh batang kemaluan kepala sekolah bejat itu.
“Ouhhhhh…., Ennnnggghhhh…..AAAAFHHH…!” ada rasa nikmat yang mulai menyelingi rasa sakit, jantungnya terasa berdetak dengan lebih cepat ketika merasakan kedutan-kedutan aneh yang baru pertama kali ini dirasakannya. Pandangan matanya terasa lebih jernih, nafasnya memburu dengan lebih kencang, begitu lepas, dan liar berdengusan.
Entah apa yang berkedut-kedut dengan nikmat diselangkangannya, kontraksi dinding kemaluannyakah ?? ataukah kedutan batang kemaluan Pak Dion ??
Sulit sekali untuk dibedakan. Yang jelas Nia merasakan nafasnya berkali-kali terhembus keras ketika Pak Dion menjejalkan batang kemaluannya kuat-kuat. Tubuhnya terguncang dengan hebat ketika Pak Dion semakin cepat memacu batang kemaluannya keluar masuk mengocok-ngocok jepitan lubang vagina muridnya yang cantik itu.
“ARHHHHH… Crrrr Crrrrrr……..” Nia merasakan seluruh tenaganya serasa meleleh terbawa cucuran air keringat yang mendadak mengucur deras.
Pak Dion terkekeh sambil menggecakkan batang kemaluannya, ia menggerakkan batang kemaluannya mirip seperti sedang mendongkrak ke atas ke bawah, kemudian bergerak memutar seperti sedang mengocek-ngocek sesuatu.
“Heeennnnnhhh,,, Ennnnnnhhhhhh, Unnnnhhhhh….” Nia merengek-rengek , matanya terpejam-pejam, meresapi gerakan liar batang kemaluan Pak Dion di dalam jepitan lubang vaginanya.
Pak Dion duduk dengan santai, tangannya menarik tubuh Nia agar menduduki batang kemaluannya yang terhunus siap untuk kembali menusuk lubang vagina Nia.
“Ahhkkkkkkkssshhhh……” kedua kaki Nia melejang-lejang ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali memasuki lubang vaginanya.
Sambil menyodokkan batang kemaluannya tangan Pak Dion kembali menyusup masuk kedalam bra Nia kemudian meremas-remas buah dadanya. Nia melenguh panjang merasakan sodokan-sodokan kuat Pak Dion, si kepala sekolah bejat yang keenakan menyodok-nyodok lubang vagina muridnya yang cantik sambil meremas-remas payudaranya yang mengenyal semakin padat.
“Ingat Nia, ini hanyalah permulaan, Bapak akan mengajari kamu agar lebih pandai dalam bercinta, seperti juga halnya dengan Feby, Ira, Anita dan Veily, HA HA HA HA…..” Pak Dion menyebutkan nama-nama korbannya.
Tubuh Nia semakin sering tersentak-sentak keatas, malang sekali nasib murid cantik yang sedang disodok oleh kepala sekolahnya, Nia hanya dapat mendesah-desah dan mendesis, terkadang mengerang lemah..
“OHHHHH,, AHHHHHHHH, Amphunn Pakkk aduhhhh…, akkssshh” Nia menggigit bibirnya ketika Pak Dion semakin kasar dan brutal menyodok-nyodok lubang vaginanya.
“Wahhhh saya tidak mengerti !!! Ampun gimana ?? Ampun enak banget maksudnya?? ” Pak Dion semakin hebat menghantamkan batang kemaluannya
“Awwww.., “Nia memekik kecil, lubang vaginanya berdenyut kuat “Crrrrrr….. Crrrrrrr……” nafasnya terasa putus, angannya melayang ke sebuah dunia khayalan yang dipenuhi oleh bisikan-bisikan kenikmatan.
Kini Pak Dion menghempaskan tubuh muridnya agar kembali terlentang di atas kursi jok, sebelah kaki Nia tertekuk bersandar pada sandaran kursi jok sedangkan yang satunya lagi terjuntai ke bawah.
“Unnnhhhh…..! ” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Nia ketika Pak Dion menerkamnya dan menggeluti tubuhnya, dengan kasar tangan Pak Dion menarik cup branya dan mengecupi buntalan buah dada muridnya yang putih, kenyal dan halus itu.
“Ohhhh….! Ahhhh….! awwwhhhhssshh” Nia meringis-ringis merasakan kenyotan-kenyotan mulut Pak Dion di puncak payudaranya, liar dan buas sekali pria itu menggeluti payudaranya, dijilat, dihisap, dikenyot-kenyot, diremas-remasnya bukit payudara Nia sambil menciumi buntalannya dengan kasar.
“Heeennnggg,, Emmh,, eennngggghhhhhhh….” Nia merengek-rengek ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali menyentak-nyentak memasuki jepitan lubang vaginanya, Pak Dion menghempas-hempas batang kemaluannya dengan semakin kuat dan kencang “Cleppp.., Clepppp, Cleppppp, Clepppppp!! “
Tubuh Nia yang putih mulus hampir tidak kelihatan karena ditindih oleh Pak Dion yang besar dan gemuk, kepala sekolah bejat itu tampaknya tidak peduli pada muridnya yang cantik, Nia mengerang lemah, terkadang meringis pelan ketika kepala sekolahnya menggenjot-genjot lubang vaginanya dengan kasar.
“Awwwhhhh, ssshhhhhh……Crrr Crrrr… Crrrrr…” Nia kembali terkulai, sesekali tubuhnya tersentak ketika Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion menjilat pipi gadis itu sambil menjebloskan batang kemaluannya dalam-dalam.
Pak Dion tersenyum lebar, benar-benar sebuah pemandangan yang mengasikkan ketika menyaksikan wajah muridnya yang cantik itu mengernyit antara sakit dan nikmat ketika lubang vaginanya disodok dengan kuat dan kasar. Ia pun melumat bibir Nia yang merekah, mendesah-desah dengan penuh nafsu
“Emmmmhh, Ckkk.., Ckkkk, Mmmmmmhh, Mmmmmm…Ckk”berkali-kali lidah Pak Dion terjulur keluar masuk ke dalam mulut muridnya yang cantik, mengajak lidah Nia untuk berperang, tapi tidak digubris olehnya.
“Hemmm, Keluarin lidah kamu..cepat..!! “dengan tegas Pak Dion memerintahkan Nia untuk menjulurkan lidahnya keluar, dengan ragu Nia menjulurkan lidahnya keluar.
“Ihhhh…,” Nia buru-buru menarik lidahnya masuk ketika lidah Pak Dion terjulur membelai lidahnya.
“ADUHHHH…, Gimana sihh, julurin nggak !!! ” Pak Dion meremas kuat-kuat induk payudara Nia.
“Ammpunn, Pakkk, Ampunn, “Nia kesakitan, ketika Pak Dion meremas Susunya kuat-kuat, dengan terpaksa ia menuruti keinginan Pak Dion, lidahnya terjulur keluar, setelah lidah muridnya yang cantik terjulur keluar barulah pak Dion melepaskan remasannya.
Dengan nafsu memuncak Pak Dion mencapluk dan mengenyot-ngenyot lidah Nia, rasanya manis seperti madu, sambil melakukan perang lidah Pak Dion kembali menarik dan menyodokkan Batang kemaluannya, kali ini lebih lembut dan mesra, kepala sekolah bejat itu tampak sangat meresapi jepitan lubang vagina Nia yang mencekik batang kemaluannya yang besar dan panjang itu.
“Aduhhh, Pak Aduhhhh… Hsshhh Hssshhhhhh Ahhhh” Nia mendesah, genjotan Pak Dion membuat tubuhnya berkali-kali menggelepar, desisan-desisan kecil berulang kali terdengar dari mulutnya.
“AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……. Crrrr… Crrrrr……” Nia mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion, kini ia mulai membalas lumatan-lumatan Pak Dion,
“Nah, gitu dong, beri respon yang positif, Bapak-kan cuma ingin mengajari kamu seperti gimana rasanya berhubungan intim, masak murid perempuan Pak Dion nggak tau yang namanya ngentot…., malu-maluin aja HE HE HE” Pak Dion terkekeh sambil melumat-lumat bibir Nia.
Nia tidak menjawab, ia sibuk membalas lumatan Pak Dion, tubuhnya kembali terguncang dengan hebat ketika Pak Dion menusuk-nusukkan batang kemaluannya sedalam dan sekuat mungkin. Bibir vagina Nia terdesak dan terlipat keluar mengikuti gerakan batang kemaluan Pak Dion yang berkali-kali menghantam lubang vaginanya, semakin lama semakin kuat dan kencang Pak Dion menghentakkan batang kemaluannya, dann
“Awwww…. Essshhh Pakkkk… Crrr Crrrr….” tubuh Nia kelojotan menahan kenikmatan yang berdenyut di lubang vaginanya.
“Ehhh!! Oufffhhh!!! Crrottt Crotttt…….” Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam
Hujan yang lebat itu kini berubah menjadi hujan gerimis kecil, Pak Dion duduk santai sambil memangku tubuh Nia dalam posisi saling berhadapan, berkali-kali Tangan Pak Dion merayapi tubuh muridnya yang cantik, hidungnya sengaja dibenamkan pada belahan dada Nia sambil mengendus-ngendus harum tubuh gadis itu, Pak Dion tersenyum lebar sambil menatap wajah Nia yang sedang melamun, kedua kaki Nia tertekuk mengangkang dengan sebatang penis yang masih tertancap di lubang vaginanya. Beberapa saat kemudian Pak Dion mengecup pipi Nia kemudian berkata
“Sudah, sekarang kamu masuk kembali kekelas belajar yang baik dan benar, kalau ditanya bilang saja kamu habis menghadap saya… He he he”
***********************
Pada jam istirahat
Vivi tersenyum ,ia menarik dan menuntun tanganku, Wah…!! Masuk toilet nih…!! Aku tertunduk malu sambil tersenyum kecil, pasti Vivi mau minta sesuatu, aku hanya dapat memandangi punggung Reina dan Farida yang menjauh,
“Ohh.., Tolong aku….Faa, Rei, jangan tinggalkan Aku T_T”Aku berteriak dalam hati,Vivi Pasti akan melahapku habis-habisan. “Clikk…” Setelah mengunci pintu Vivi menghampiri-ku yang tersudut tanpa daya, jari telunjuk Vivi menekan puncak payudaraku yang masih terbungkus rapi oleh bra dan baju seragamku, kemudian kurasakan tangan Vivi meremas buah dadaku.
Bibirnya mengejar bibirku, melumatnya sebelah bawah kemudian melumat yang sebelah atas, aku membalas memangut bibir Vivi,
“Emmmhhh…, Mayyy… Ckkk.. Emmm”
“Viii…. Ahhhhhhhh….Ckkk Ckk Mmmmmhh”
Ciuman dan lumatan Vivi merambat turun kearah leherku. Kedua tanganku memeluk pinggang Vivi sambil menengadahkan kepalaku keatas, memberikan ruang agar ia dapat lebih leluasa untuk mencumbui leherku. Aku pasrah ketika tangan Vivi mulai melepaskan kancing baju seragamku satu-demi satu sampai kancing baju terakhir. Aku menelan ludah ketika merasakan cup bra-ku ditarik turun, yang kiri dan yang kanan.
“HUUHHH….!! ” Tubuhku melenting-lenting ketika Vivi mencaplok puncak buah dadaku dan mengenyotnya kuat-kuat, nafasku terengah, Vivi memang paling liar di antara kami berempat, aku meringis-ringis merasakan serangan Vivi yang liar dan kasar menggeluti buah dadaku.
“Aduhhh…, sabar Viiii, sabarrrr…..!!”
“Auhhhh….!! ” Aku menepuk-nepuk punggung Vivi, berusaha meredakan nafsu birahinya, Aduh, geli amat!!, Yeowwww….!!. Ampun, Nikmatnya!!, aku hanya dapat mendesah-desah pelan, Aww, Ohhhh, sedotan-sedotan itu terasa sangat nikmat.
Secara tidak sengaja mataku terarah ke sudut atas ruangan toilet
“Ehhh, Vii, Itu apa yahhh ?? “
“Vivi menolehkan kepalanya ke belakang atas dan “Hahhh…??”
Aku dan Vivi berpandangan kemudian melangkah ke arah dinding dan menatap ke atas tepat kesudut ruangan toilet. Vivi mengambil gantar panjang dengan kemoceng di ujungnya yang biasa dipakai untuk membersihkan sudut-sudut ruangan bagian atas, Vivi garuk-garuk kepala, kemudian mengeluarkan Hp-nya dari saku seragamnya, rupanya sang Hp membuat Vivi tidak leluasa bergerak, atau lebih tepatnya sich ketidak leluasaan memiliki buah dada yang besar Ho Ho ho ^^
“Mayyy, pegang ini….!!” Vivi menyerahkan Hp kesayangannya.
“Pegang Mayy!! itunya….” Vivi menggerakkan ujung gantar untuk menjatuhkan handycam mungil merek Jvc.
Itunya ?? Maksudnya ?? Apa yang ini kali ya ??
Aku yang panik langsung menjulurkan kedua tanganku dan memegangi buah dada Vivi yang besar, khawatir kalau Vivi keberatan membawa buah dadanya yang membusung ketika mengarahkan ujung gantar di tangannya.
“Maya…!! Ngapain Sihh!! Handycamnya…. !!Awasssss!! “Vivi berseru kaget.aku dengan sigap menangkap handycam yang terjatuh dari tempatnya dan…”Heuuuuppppp….!! Prakkkkk…..”
“Dapet Viiiii…….!!” Aku tersenyum sambil menolehkan kepalaku ke arah Vivi, lohhhh?? Hemmm, Aku mendadak tersadar bunyi apa itu ya ?? Ada bunyi Prakkk!!, handycam itu sih aman di tanganku, Owwww, Celaka…, Hp Vivi!!!
“Maya…., mana Hp-ku ?? ” Vivi bertanya sambil memandangku dengan tatapan matanya yang tajam. Aku menekuk kepalaku dan menatap ke bawah, kugeserkan kakiku dengan ujungnya yang berjingjit berusaha menyembunyikan Hp Vivi yang “mengerang kesakitan” dari tatapan pemiliknya, waduh kayanya sich HP Vivi harus masuk ICU, luka berat.
“Nggakkk ada Viiii….! kemana ya ????” Aku menelan ludah sambil buru – buru menekuk kepalaku ketika Vivi tambah melotot mendengar jawabanku. Ngocoks.com
Setelah menyembunyikan handycam kecil merek JVC kedalam tas Vivi, kami segera menyusul Reina dan Farida ke kantin sekolah, sambil berbisik-bisik kami menyantap nasi bungkus itu dengan lahap,
“Kali ini kita punya bukti kuat, Pak Dion Cs pasti bakal kelabakan..” Vivi tersenyum, rasa pedenya meningkat 1001 %
tanpa terasa bel tanda Istirahat sudah usai berteriak-teriak dengan nyaring, waktunya belajar lagi T_T, apalagi ketika menginjak mata pelajaran matematikanya Pak Djono, mata pelajaran terakhir yang menyebalkan.
************************
Siang hari di kantor Pak Dion
Pak Dion tersenyum lebar ketika sebuah SMS masuk dari muridnya Doni
Isi SMS itu “Pak dion, ada makanan lezat lagi tuh…., Vivi dan Maya, tampaknya mereka sudah menggigit umpan kita, nanti saya pinjem ya Pak, biasa buat dipake, He he he, mereka cantik-cantik loh, Wah makan besar kita hari ini……”
——–
Kami berempat siap-siap menutup buku ketika tiba-tiba….
“Perhatian….!! Semua murid harap berdiri didepan kelas…!!” Pak Dion memimpin langsung pemeriksaan hari ini, ia tersenyum kemudian mengedipkan matanya pada Pa Djono.
Koq Pak Djono dan Pak Dion saling tersenyum-senyum ya ?
Dheggggg…..!! Aku dan Vivi saling berpandangan….,
Ya Ampunnnn…., Kamera itu…..!!
Ohhhh Tidakkkkkkk…!!!! Jangan-jangannn…!!
Kami berdua masuk kedalam perangkap mereka..!!
Setelah memeriksa tas para murid Pak Dion melangkah dengan Pasti kearah mejaku dan Vivi, kemudian memeriksa tas-ku dengan teliti, Pak Dion tampak kecewa karena tidak menemukan apa yang diinginkannya didalam tas-ku kemudian ia mulai beralih hendak memeriksa tas Vivi…
Tamat sudah riwayatku dan Vivi, aku bergidik ngeri membayangkan nasib yang menanti kami berdua. Sementara Pak Djono menatapku dan Vivi, pandangan matanya terlihat liar dan buas, bibirnya menyerigai mengerikan, tersenyum penuh dengan kemenangan.
Reina memegang erat-erat tangan-ku, sedangkan Farida memegang erat-erat tangan Vivi, mereka menatap Pak Dion dengan geram. Pak Dion membuka tas Vivi dannnn……!!
Bersambung…