Rupanya soal usia hanya sekadar alasan. Sebab ternyata CD warna hitam berharga murahan yang dipakai Bu Mumun, bentuknya sudah mengenaskan. Warnanya kusam, kendor dan berlubang di jahitannya yang terlepas. Kasihan, mungkin ia tak cukup punya uang untuk sekadar membeli CD karena penghasilan suaminya yang pas-pasan ditambah suka judi dan mabuk. Mungkin karena bentuk CD nya yang sudah tidak layak pakai itulah ia jadi malu dan sempat berusaha menolak ketika kuraba memeknya.
Bagiku CD kendor yang dipakainya membuatku makin terangsang. Sebab membuat rambut-rambut hitam jembut memeknya mencuat keluar dari bagian yang berlubang. Sambil menikmati kocokan yang dilakukan Bu Mumun pada penisku, cukup lama kuusap-usap memeknya yang membusung. Bahkan sesekali, masih dari luar CD yang dipakainya, kumasukkan jariku untuk masuk ke lubang nikmatnya melalui lubang pada CD yang dipakainya.
Bu Mumun rupanya juga mulai terangsang. Aku tahu karena CD nya mulai basah akibat cairan yang keluar dari vaginanya. Nampaknya wanita yang usianya sudah memasuki kepala lima itu belum kehilangan gairahnya. Karena sudah sangat ingin melihat bentuk lubang nikmatnya, kucoba melepaskan CD yang dipakainya.
Tetapi melepaskan CD nya dalam posisi tiduran ternyata tidak mudah. Mungkin takut CD yang dipakainya robek karena sudah usang, Bu Mumun langsung berdiri dan membantu membukai sendiri CD yang dipakai. “Saya malu Pak Anto. Celana dalam saya jelek dan sudah robek,” ujarnya sambil tersenyum. Ngocoks.com
Aku tersenyum. “Tetapi yang penting kan isinya Bu. Sungguh saya suka banget tubuh ibu yang merangsang. Ayolah buka semua, saya ingin melihatnya lagi,” kataku meyakinkannya.Memek wanita bertubuh tinggi besar itu benar-benar wah. Besar dan membusung dengan bulu-bulu jembut tipis menghiasi permukannya. Terlihat sangat merangsang terjepit di antara pangkal pahanya yang membulat kekar. Saat ia melepas BH, satu-satunya penutup tubuh yang masih tersisa, aku makin tak tahan oleh gairan yang kian membakar.
Sebab meskipun sudah agak kendur, ukuran payudaranya tergolong maxi. Besar menggantung mirip buah pepaya ranum dengan hiasan warna coklat kehitaman pada putingnya yang terlihat mencuat. Tanpa membuang kesempatan dan juga karena sudah sangat ingin menikmati tubuh montoknya aku langsung menariknya dan menelentangkannya di ranjangku. Ranjang yang biasa kupakai tidur bersama istriku.
Tanpa melakukan pemanasan lebih dulu, tubuh Bu Mumun yang mengangkang langsung kutindih. Langsung berusaha memasukkan kontoku ke lubang memeknya. Namun karena tergesa-gesa, berkali-kali tidak berhasil menembus lubang nikmatnya. Untung Bu Mumun segera membantunya. Dengan tangannya, ia mengarahkan rudalku ke liang memeknya. Hingga akhirnya, bless… batang kontolku melesak ke kehangatan lubang kemaluannya.
“Ma.. maaf Bu saya sudah pengen banget merasakan memek ibu,” kataku berbisik dekat telinganya.
Ia tersenyum. “Nggak apa-apa Pak Anto,” ujarnya.
Ternyata Bu Mumun juga sudah horny. Bagian dalam liang senggamanya sudah basah. Juga sudah longgar, mungkin karena sering disetubuhi Pak Rasjo atau karena sudah ada tiga bayi yang penah melewatinya. Namun, meskipun liang senggamanya sudah longgar tetap tidak mengurangi rasa nikmat.
Benar juga yang disampaikan para pakar seks dalam sebuah majalah yang pernah kubaca. Bahwa besar pendeknya penis atau sempit lebarnya memek tidak terlalu memberi pengaruh terhadap kenikmatan seks. Bahkan bagiku, banyaknya cairan yang melumuri batang kontolku di memek Bu Mumun serasa memberi sensasi tersendiri. Hangat dan serasa berenang di surga kenikmatan.
Sambil meremasi tetek besarnya dan memilin gemas puting-putingnya, kuayun perlahan bagian bawah tubuhku. Bu Mumun mendesah. Rupanya ia mulai merasakan nikmatannya tusukan batang kontolku di lubang memeknya. “Sshh… aaahh… sshh… aakkhh … enak bangat Pak Anto,”
“Iya Bu… saya juga enak. Memek tembem ibu enak banget. Akkhhh…. ahh… ssshhh …. sa.. saya suka memek ibu,”
“Bener Pak Anto? Aaahhhh… sshhh… aaahhhh. … aauww… kontol bapak juga marem banget. Besar dan panjang,”
Dari tempo permainan yang semula perlahan, seiring dengan kenikmatan dan gairah yang kian meninggi aku mulai meningkatkan irama. Sodokan dan tusukan batang zakarku meningkat cepat temponya. Membuat tubuh Bu Mumun menggelinjang dan mulai mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan pinggul dan pantat besarnya. Ia menjambak dan meremas gemas kepalaku yang juga tiada henti menghisapi puting susunya.
Bahkan tidak sekadar mendesah, sesekali Bu Mumun memekik dan mengeluarkan kata-kata jorok. “Ssshhh.,,, aaakhhhh…. sshhh… enak bangat .. aahhh … aaauuuuwww … terus entot memek saya Pak Anto.. aaahhhh, … enak banget… sshhh…. aakkkhhh,”
Wajah wanita paruh baya yang mulutnya tak berhenti mendesah dan mendesis itu makin cantik di mataku. Kata-kata jorok dan desahannya bahkan seolah menyemangatiku untuk lebih memacu hunjaman kontolku di lubang memeknya. “Ssshhhh aahhh ,,,, ahhh, saya juga suka memek ibu. Memek ibu legit banget…. aahhh … saya akan jebolkan memek ibu… sshhhh … sshh,”
Karena sama-sama bernafsu dan tak mampu mengontrol tempo permainan, tak lebih dari sepuluh menit kami telah sama-sama mendekati puncak. Goyangan pantat Bu Mumun semakin kencang. Ia berkali-kali mengangkat pinggulnya dan desahan yang keluar dari mulutnya makin menjadi.
Saat itu, sesuatu yang tidak pernah kurasakan kudapatkan dari Bu Mumun. Tidak hanya mengedut-edut, otot-otot yang berada di sekitar lubang memeknya juga seolah mampu bergerak. Meremas dan menghisap batang kontolku hingga mengantarkanku kepada kenikmatan yang tidak pernah kurasakan. Aahh ternyata ada memek wanita yang seenak ini, pikirku membatin.Saat kedua kaki Bu Mumun melingkar dan membelit pinggangku. Menekan pantatku dan menghunjamkan batang kontolku ke kedalaman memeknya sampai ke dasarnya. Aku tahu ia telah hampir sampai dan mendapatkan orgasmenya.
Tanpa membuang kesempatan, karena aku pun sudah tidak mampu membendung gairah yang telah cukup lama kutahan, aku pun mulai mengimbanginya. Berkali-kali kugenjot dan kusentakkan sekeras-kerasnya batang kontolku di lubang nikmatnya. Akibatnya Bu Mumun mengerang-erang dan mendekap erat tubuhku.
Puncaknya Bu Mumun mengelojot dan ambruk terkapar setelah sebelumnya kurasakan semburan hangat memancar di dalam vaginanya. Dalam tempo yang hampir bersamaan, aku pun mendapatkan puncak kenikmatan dari persetubuhan yang kulakukan bersamanya. Setelah menyemprotkan cukup banyak air mani ke rahimnya, tubuhku ambruk di atas tubuh montok wanita tetanggaku.
Rupanya cukup lama aku tertidur setelah meniku tertumpah. Bu Mumun juga sudah tidak ada di ranjangku hingga aku keluar mencarinya. Di dapur kutemui wanita tengah menjerang air. Nampaknya dia habis mandi dan hanya melilit tubuhnya dengan handuk. “Eeh Pak Anto maaf saya pakai handuk ini. Bapak mau minum teh apa kopi, airnya hampir mendidih,” ujarnya.
Aku tidak menjawab tapi langsung mendekap dan memeluknya dari belakang. Bau wangi sabun mandi meruap dari tubuhnya. Susunya kuremas dan tanganku yang lain menyelinap ke pahanya, merambat dan mengusap-usap memeknya yang masih basah. “Saya hanya pengin memek ibu yang nikmat ini,’ ujarku sambil menekan-nekan memek tembemnya.
“Ih Pak Anto doyanan ya,” kata Bu Mumun tanpa mencoba menepis tangan nakalku.
“Soalnya memek ibu enak banget. Saya suka memek ibu,”
“Kan sudah ada Bu Ning,”
“Punya istri saya tipis dan bulu jembutnya kasar jadi tidak merangsang. Teteknya juga kecil. Tidak seperti punya ibu, mantep,” kataku lagi sambil meremas dan merabai pantatnya yang membusung.
“Punya Pak Anto juga marem lho. Sampai mentok. Saya tadi keluar banyak Pak,”
Bu Mumun agaknya terpancing oleh tangan nakalku. Ia hendak meraih kontolku yang mulai agak menegang. Namun karena merasa masih kotor dan lengket oleh keringat, kulepaskan pelukanku dan melangkah ke kamar mandi. “Saya mandi dulu ya Bu. Nanti kita lanjutkan. Oh ya saya minta dibuatkan teh manis saja,” ujarku sebelum masuk ke kamar mandi.
Usai mandi, teh panas buatan Bu Mumun yang terhidang kureguk. Wanita itu kulihat duduk di sofa, di ruang tengah tempat keluargaku menonton televisi. Seperti semula, ia hanya membalut tubuhnya dengan handuk warna krem yang sebenarnya milik istriku. Aku menghampiri dan duduk menjejerinya.Ia melirik ke arahku yang tetap telanjang bulat dan menatap ke selangkanganku. Melihat kontolku yang mengecil akibat kedinginan saat mandi.
Dengan menggelung rambutnya, wanita sederhana itu terlihat cukup cantik. Kulitnya benar-benar bersih dan tampak anggun. Di wajahnya, ketuaan hanya terlihat pada beberapa kerutan yang ada di kelopak matanya. Kalau ekonominya menunjang, aku yakin ia pantas menjadi istri pejabat. Bahkan Bu Marmo. istri atasanku yang sudah berusia 53 tahun tapi masih suka dandan kalah penampilan.
Kulingkarkan tanganku ke pundak Bu Mumun yang terbuka lalu kucium pipinya. Ada bau sabun mandi yang biasa dipakai istriku. “Pak Anto nggak malu?”
“Kok ibu nanya begitu,”
“Saya kan sudah tua dan cuma istri seorang tukang becak. Malah sebelumnya saya cuma babu,” ujarnya. Agaknya dia masih tidak percaya diri.
“Ibu nggak percaya ya. Ibu benar-benar sangat cantik dan saya sangat suka. Tubuh indah dan membuat saya sangat terangsang,” kataku.
Untuk lebih meyakinkan, aku mendaratkan ciuman di bibirnya. Kulumat dan kujulurkan lidahku ke rongga mulutnya. Mulanya tidak bereaksi. Baru setelah lidahnya berkali-kali kugelitik menggunakan lidahku dan menghisapnya, ia mulai memberikan perlawanan. Ia merapatkan tubuhnya dan memelukukku. Ia juga mulai melumat dan menghisap bibirku. Kami saling hisap dan saling lumat dan baru berhenti setelah sama-sama sulit bernafas.
Bu Mumun menjadi lebih santai setelah sempat saling lumat bibir. Mungkin ia menjadi makin percaya kalau aku benar-benar menyukainya. Buktinya, saat kuminta melepas handuk yang masih membalut tubuhnya karena aku ingin melihat seluruh tubuhnya, tanpa sungkan ia segera melepasnya. Bahkan ia langsung menyandar di sofa dan membuka kakinya. Memamerkan semua miliknya layaknya istri setia yang hendak melayani suaminya.
Kini aku bisa benar-benar puas melihat semua perangkat kewanitaan Bu Mumun. Seperti kebanyakan wanita seusia dirinya, perut wanita tetanggaku itu sudah tidak rata. Bahkan ada lipatan-lipatan daging yang bagi sementara pria dianggap mengganggu dan kurang menarik. Sepasang buah dadanya yang besar mirip buah pepaya, juga tampak kendur.
Namun puting-puting susunya yang nyaris sebesar ujung kelingking jariku benar-benar menggodaku. Warnaya coklat kehitaman dan bentuknya mencuat, kontras dengan bagian tubuh lainnya yang langsat.Kalau kubilang memek istriku kurang menarik, karena begitulah memang adanya. Memek istriku kecil dan tipis, dengan rambut-rambut keriting yang kasar mendekati lubangnya. Karenanya aku hanya beberapa kali mengoral dan menjilatnya sepanjang 8 tahun perkawinanku. Itu pun di saat masih pengantin baru.
Namun melihat memek Bu Mumun, sungguh jauh berbeda. Memek yang lebar dan besar itu, busungannya sudah terbangun sejak di bawah pusar dan makin ke bawah makin menggunung dan tebal. Rambut-rambut yang tumbuh di atasnya juga sangat halus. Terdorong keinginan untuk melihat lebih dekat bentuk vaginanya, aku turun dari sofa dan jongkok persis di antara kedua paha mulusnya yang mengangkang.
Saat kuraba, memek Bu Mumun benar-benar tebal. Pantas enak banget saat kuentot. Bulu-bulu jembutnya juga lembut, beda benar dengan jembut istriku yang kasar. Hanya, celah di lubang vaginanya tidak semulus gundukkannya. Bibir luar memeknya yang juga tebal, nyaris sudah tidak berbentuk. Agak kehitaman dan banyak sekali kerutan. Membuatku penasaran untuk merabanya.
Mungkin karena Pak Rasjo suka main kasar kalau sedang menyetubuhi. Atau bisa jadi begitulah memek wanita kalau usianya sudah kepala lima dan sering disodok penis pria. Bu Mumun berusaha menepis dan menarik tanganku saat telapak tanganku berkali-kali mengusap bibir memeknya yang sudah kapalan itu. “Malu ah Pak Anto, punya ibu sudah jelek. Makanya, ibu kan sudah tua,” ujarnya.
Bu Mumun salah duga. Padahal, entah kenapa, melihat memeknya yang sudah kapalan, aku makin terangsang. Tonggak daging di selangkanganku jadi menggeliat dan mulai bangkit. Apalagi melihat itilnya yang mecuat diujung bagian atas belahan memeknya. Ah benar-benar menggoda untuk dijilat.Tak puas hanya sekedar mengusap, aku mulai menggunakan mulutku.
Memek Bu Mumun benar-benar tidak berbau. Kujilat dan kusapu-sapukan lidahku pada kerut-kerut di bibir memeknya. Juga di itilnya yang kemerahan. Bahkan, akhirnya seluruh mulutku kubenamkan ke lubang vaginanya sambil kuhisap-hisap itilnya.
Bu Mumun tersentak. Mungkin ia tidak mengira aku akan mengoralnya. Kepalaku dipegangnya dan ditariknya agar menjauhi memeknya. “Ja… jangan Pak Anto. Kotor.. ah.. ja.. jangan,”
Tetapi aku tidak peduli. Bahkan, sambil menjulur-julurkan lidahku ke lubang nikmatnya, tanganku menggerayang ke perutnya dan berhenti di payudaranya. Susunya yang bak buah pepaya menggelantung itu, tak luput dari remasan tanganku. Aku seperti bocah yang tengah asyik dengan mainan baru dan sulit diminta berhenti.
Rupanya, Bu Mumun akhirnya mendapatkan kenikmatan dari yang kulakukan. Akhirnya ia pun menyerah. Membiarkan segala yang ingin kulakukan pada tubuhnya. Bahkan ia makin mengangkang, membuka lebar pahanya agar lidahku bisa menjangkau sudut terdalam lubang nikmatnya. Ia juga mulai merintih dan mendesah.
Jilatan dan sogokan lidahku pada kelentit dan lubang memeknya, membuat tubuh Bu Mumun menggelinjang. Cairan vaginanya juga mulai keluar, terasa asin di mulut dan lidahku. Aku tak peduli. Bahkan makin bersemangat karena membuat wanita istri tetanggaku itu terangsang berat. “SShhhh… aahhh…. sshhh ….. aahhh… ooohhh…. oooohhhh…. ssshhh … enak banget …. aaahhh. Saya diapakan Paakkk…. aahhh enak banget..,” erangnya.
Erangan kenikmatan Bu Mumun cukup keras. Sebenarnya takut juga kalau ada tetangga yang mendengar dan mengintip. Namun rumahku dan rumah Bu Mumun lumayan terpencil, terpisah agak jauh dari rumah warga lainnya. Jadi tidak bakalan ada yang mendengar dan menjadi curiga.
“Sekarang ibu berdiri dan nungging ya. Saya pengin lihat pantat ibu. Juga memek ibu dari belakang,” kataku setelah puas mengobok-obok memeknya dengan mulutku dan menjadian lubang kewanitannya dibanjiri cairan yang bercampur ludahku.
“Pak Anto ada-ada saja ih. Wong bokong wanita tuwek saja mau dilihat,” katanya merajuk.
Tetapi ucapannya itu bukan untuk membantah. Seperti yang kuminta ia langsung nungging di depanku. Kedua tangannya bertumpu pada kursi sofa. Melihat sosoknya dari belakang, aku jadi berpikir bahwa Pak Rasjo suaminya benar-benar pria tak tahu diuntung. Profesinya yang hanya sebagai penarik becak menyia-nyiakan istrinya yang masih merangsang di usianya yang sudah tidak muda.
Ditopang dua kakinya yang kekar dan panjang, bentuk pantat Bu Mumun benar-benar serasi. Besar, lebar dan membusung. Lubang duburnya berwarna coklat kehitaman tetapi terlihat bersih. Kukira saat mandi tadi ia tak lupa menyabuni sampai pada anusnya itu. Dan kuyakin dari bentuk lubangnya yang masih sangat rapat, ia belum pernah melakukan hubungan seks melalui duburnya.
Setelah mengusap dan meremasi pantatnya yang menggemaskan, kembali memeknya kucerucupi dan kujilati. Bahkan sesekali tanganku meraih susunya yang berayun-ayun untuk meremas-remasnya. Tindakanku membuat Bu Mumun kembali merintih dan mengerang.Hanya, ketika jilatan lidahku merambat makin ke atas mendekati lubang duburnya, ia menjadi tersentak dan berdiri. “Jangan ah Pak Anto. Bapak nggak jijik?,” ujarnya memekik.
Tetapi aku tak peduli. Ia kembali kupaksa untuk nungging seperti semula. Hingga tanpa bisa menolak, ia kembali menyodorkan pantatnya ke wajahku dan kembali aku menjilatinya. Kali ini di lubang duburnya. Ujung lidangku kusapukan di sekitar lubang anusnya.Reaksinya benar-benar dahsyat. Bu Mumun mengerang dan merintih perlahan. Mungkin ia merasakan perpaduan antara nikmat dan risi karena bagian tubuh yang oleh banyak orang dianggap kotor malah dijilati olehku. Aku juga makin yakin Bu Mumun belum pernah mendapat jilatan di bagian anusnya itu.
Sebenarnya aku belum pernah melakukan itu terhadap istriku maupun perempuan lain yang pernah tidur denganku. Tetapi dengan Bu Mumun, sepertinya aku ingin melakukan semuanya. Semua yang pernah kulihat dalam adegan film-film mesum. Entahlah, di mataku Bu Mumun memiliki pesona tersendiri.
Di samping erangannya yang kian keras takut didengar orang akibat kenikmatan jilatan yang kuberikan pada duburnya, aku juga kasihan ia menjadi terpanggang oleh nafsunya yang segera membutuhkan penuntasan. Maka sambil memeluknya dari belakang, kuarahkan kontolku d lubang memeknya. Dengan sentakan lumayan bertenaga, bleess kontolku langsung amblas. Masuk ke kehangatan liang vaginanya yang yang basah.
“Enak Bu,” kataku lirih berbisik di telinganya.
“Iya Pak Anto. Enak dan marem banget,”
Sambil mengayun keluar masuk kontolku di liang senggamanya, kucium punggung Bu Mumun yang terbuka. Merambat ke atas ke tengkuknya. Di tengkuknya, di anak-anak rambutnya karena rambut Bu Mumun disanggul, lidahku kembali menjalar terus menggelitik telinganya.Bu Mumun kembali menggelinjang. Wanita yang sudah dikaruniai dua orang cucu itu juga mengerang-erang. Nampaknya menahan kenikmatan dari yang kuberikan.
Suara rintihan dan erangannya membuatku makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Maka sambil meremasi susu-susunya, sodokan sodokan kontolku pada memeknya makin kupercepat. Bunyi bleep… bleep…. bleep yang timbul dari benturan pantat besarnya dengan bagian depan pinggangku saat aku menghujamkan zakarku, juga makin membangkitkan gairahku.
Namun baru saja aku hendak mempercepat sogokan kontolku, otot bagian dalam memek Bu Mumun berkontraksi. Berdenyut, menjepit dan meremas. Rupanya ia akan kembali mendapat orgasmenya. Maka sogokan batang kontolku di liang senggamanya kuubah menjadi sentakan-sentakan bertenaga. Pada tiap sentakan yang kulakukan kudengar ia melolong dan merintih panjang. Dan akhirnya semburan hangat kurasakan menyembur ke sekujur batang penisku setelah sebelumnya kulihat Bu Mumun mencengkeram sofa tempat kedua tangannya bertumpu.
“Sa.. saya dapat Pak Anto. Sshhh… ssshhhh…. aahh … aahhh… enak banget… ssshhh…. aaahhh… aakkkhhhhh,” ujarnya dengan nafas memburu.
Permainan kembali dilanjutkan setelah beristirahat sejenak dan sama-sama membersihkan diri di kamar mandi. “Pak Anto nggak apa-apa terlambat ke kantor,” ujarnya setelah kembali sama-sama duduk di kursi sofa.
“Ah beres Bu.Hari ini nggak ada yang terlalu penting untuk dikerjakan di kantor,”
“Kalau begitu saya juga ingin membuat Pak Anto puas,” ujarnya sambil turun dari sofa dan mengambil posisi berjongkok di hadapanku.
Sebagai istri Pak Rasjo, kurasa ia tidak banyak memiliki pengalaman melakukan hubungan seks yang aneh-aneh. Tetapi sebagai wanita yang telah matang dari segi usia, ternyata telah matang pula dalam urusan ranjang. Setelah diciumi sepenuh nikmat, Bu Mumun mengcok kontolku perlahan dengan gerakan seperti tengah mengurut.
Hasilnya, rudalku yang sebelumnya agak layu karena kedinginan di kamar mandi kembali tegak mengacung.Saat itulah, sambil mengelus-elus dan mempermainkan kedua bijinya, Bu Mumun mulai mengulum penisku. Kuluman dan hisapannya benar-benar mantap. Batang kontolku yang lumayan panjang seperti ditelannya sampai ke pangkalnya, lalu dihisap dan ditariknya dengan mulutnya. “Aaakkkkhhhh…. sshhh…. aaakkkhhhh… eennnakk banget,” aku mendesah.
Saat kontolku berada di rongga mulutnya, lidah Bu Mumun juga sepertinya tak mau diam. Kepala penisku diusap-usapnya dengan lidahnya hingga memberi sensasi kenikmatan tersendiri. Bu Mumun dengan tubuh montoknya yang telanjang, terlihat bersungguh-sungguh ingin memberikan kenikmatan padaku. Matanya terpejam dan ekspresinya sangat menggoda hingga aku berkali-kali mendesis menahan gairah yang kian membuncah.
Selain memberikan layanan oral pada penisku dengan sentuhan yang memabukkan, lidah Bu Mumun juga lincah merayap. Melata ke berbagai penjuru. Ke selangkanganku, perutku dan juga pusarku. Bahkan ke dadaku dan menghisap puting susuku. Saat ia melakukan itu, aku dengan gemas meremas-remas teteknya dan meraba memeknya yang juga kembali basah. “Ah.. ahhh… sshhhh enak banget Bu. Saya suka banget ngentot dengan ibu,”
“Bener Pak Anto?” ujarnya berbisik di telingaku.
“Ii.. iiya Bu. Aahhh … saya baru merasakan enaknya ngentot seperti ini,”
Aku sangat kaget ketika Bu Mumun memaksa agar aku menarik ke atas dan menekuk kedua kakiku. Ternyata ia memintaku melakukan itu karena hendak mengerjai lubang duburku. Dimulai dengan mencerucupi lubang anusku, lalu lidahnya yang lincah menyapu-nyapu di seputar anusku. Aku jadi terlonjak dan tubuhku menjadi merinding dibuai sensasi kenikmatan yang diberikan.
Untung aku telah membersihkan anusku dengan sabun saat mandi dan membersihkan badan. Hingga kuyakin tak ada lagi bau tak sedap di lubang duburku. Hanya, aku tak mampu menahannya lebih lama atas permainan balasannya itu. Akhirnya aku menarik tubuh Bu Mumun naik ke atas sofa dan memintanya untuk mengerjai kontolku dengan memeknya sambil berjongkok.
Blees… kontolko kembali melesak ke kehangatan lubang vaginanya saat pantat besar Bu Mumun diturunkan persis di selangkanganku. Lubang memeknya yang lebar tampak memerah dihiasi oleh kerut-kerut bibir kemaluannya.
Untuk urusan main di atas, Bu Mumun bahkan tak kalah handal. itu kubuktikan saat ia mulai melakukan goyangan. Pantatnya yang sedikit diangkat, digoyang-goyangkan dengan hebatnya dan dengan kontolku masih berada di jepitan lubang nikmatnya. Aku menjadi tersentak. Tak tahan oleh kenikmatan goyangan yang diberikan, dua tangaku mencengkeram gemas buah dadanya.
“Aauuww.. sshhh.. aahhhh … shhh… aahhh… enak.. enak .. banget memek ibu. Ya.. ya.. sshhh …sshhh enak anget. Memek ibuu eennnakkk banget,” kali aku yang tidak bisa mengontrol suaraku akibat sensasi dan kenikmatan yang disuguhkan wanita istri tetanggaku itu.Sebetulnya, pertahanku nyaris jebol oleh goyangannya yang tak kalah dengan Goyang Ngebor Inul Daratista itu.
Namun karena ingin menikmati sensasi kenikmatan yang diberikan olehnya, dengan kemampuan olah nafasku aku mencobanya bertahan. Bahkan akhirnya Bu Mumun yang menjadi kelabakan terpanggang oleh nafsu dan gairahnya sendiri.
Puncaknya, karena kuyakin Bu Mumun juga sudah dekat dengan orgasmenya, sambil memeluk tubuh montoknya aku berdiri sambil menggendongnya. Aku juga heran tubuh tinggi besarnya serasa ringan dalam gendonganku. Lalu perlahan kurebahkan di lantai berkarpet di ruang keluargaku. Saat itulah kami menuntaskan hasrat yang sama-sama menggelegak.
Tubuh Bu Mumun yang telentang mengangkang kembali kugenjot. Memeknya kusogok-sogok dengan batang kontolku yang tengah dalam posisi mengembang sempurna. Bahkan tak puas hanya dengan memasukkan kontol ke lubang nikmatnya, jari-jari tanganku ikut bermain disana. Menjentik-jentik dan mengusap itilnya.
Akhirnya kami sama-sama merintih dan setelah mengerang panjang, kontolku menyemprotkan mani cukup banyak membanjir di rahimnya. Bercampur dengan cairan hangat yang juga muncrat entah dari bagian mana di lubang nikmat wanita itu. Tubuhku ambruk dan hampir kehabisan nafas di atas tubuh montok Bu Mumun yang terangah-engah. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Seperti pasangan suami istri yang kelaparan sehabis bersetubuh, aku dan Bu Mumun makan di ruang dapur rumahku setelah sama-sama membersihkan diri. Telor ceplok, tahu goreng dan sambal yang dibuatnya memang menggugah selera. Saat itulah Bu Mumun mengingatkanku kalau-kalau ada teman di kantorku yang ingin dipijat. Menurutnya, saat ini ia hanya mengandalkan dari pekerjaan itu.
“Beres Bu. Tapiii….,” ujarku.
“Tapi apa Pak Anto?”
“Tapi ibu tidak memberikan layanan yang seperti tadi ke orang lain kan?” kataku cemburu.
“Ih.. ya tidaklah. Lagian yang doyan sama wanita tuwek seperti saya kan cuma Pak Anto,” ujarnya.
“Eh.. jangan salah. Tubuh ibu masih sangat merangsang lho. Bener kan ibu cuma memijat,”
“Pak Anto jadi seperti Kang Rasjo tuh. Percayalah Pak, saya akan nurut sama Pak Anto. Apalagi kalau…” ujarnya tanpa meneruskan kata-katanya. “Kalau apa bu?” “Kalau sesekali Pak Anto masih mau melakukan yang seperti tadi dengan saya,” katanya lirih. “Tentu bu tentu. Saya suka dan puas banget sama ibu,”
Selain akan membantunya berpromosi soal pijatannya kepada teman sekantor, aku juga berjanji akan membantunya dengan sejumlah uang setiap bulan bila Pak Rasjo sampai tidak kembali datang. Bahkan sebelum kembali ke kantor, aku dan dia sempat saling peluk dan raba hingga nyaris kembali telanjang dan terpancing untuk mengulang kembali persetubuhan.
Untung Bu Mumun mengingatkan bahwa aku harus menjemput Ratri, putriku dari sekolah hingga kubatalkan niatku untuk kembali menikmati kehangatan tubuhnya. Sejak itu kami terus mengulang dan mengulang persetubuhan nikmat bersamanya. Bu Mumun, benar-benar menjadi istri gelapku.