Cerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.
Diharapkan bagi anak kecil bijak dalam memilih cerita cerita yang ada di situs ini agar meninggalkan halaman ini jika umur dibawah 21 tahun kebawah, resiko ditanggung sendiri.
Novel Toxic Relationship – Olin adalah seorang remaja yang baru saja lulus dari pendidikannya. Usia Olin yang terbilang cukup muda kini sudah mulai memasuki dunia kerja. Olin berkerja sebagai waiters di salah satu cafe Bandung. Hidup nya selalu berjalan monoton sampai ia bertemu dengan lelaki tampan yang membangunkan hasrat cintanya.
Olin menghela nafas untuk kesekian kali sambil memegang lap kering di tangan kiri. Matanya tertutup lalu terbuka lagi beberapa kali menahan rasa kantuk yang menerjang di siang hari. Dirinya sudah diam begitu lama menunggu seorang pelanggan yang tak kunjung datang membuatnya bosan karena harus seperti ini setiap hari.
Jam dinding terus berdetak hingga menunjukan pukul 4 sore, sudah waktunya para remaja pulang sekolah. Olin menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa kantuk lalu meregangkan otot-otot nya yang hampir membeku karena duduk terlalu lama.
Kakinya berjalan kearah salah-satu meja sambil membawa lap untuk membersihkan meja tersebut, ia tahu bahwa cafe akan mulai ramai jika sore hari tiba. Tangannya sibuk mengelap beberapa meja sambil melantunkan melodi dari bibir kecilnya.
Ngocoks Gerakan terhenti ketika pintu cafe terbuka menandakan seorang pelanggan datang. Olin membeku melihat paras tampan seorang pelanggan pertamanya itu, dengan lengan baju terlipat sampai siku, rambut yang sudah sedikit berantakan menimbulkan kesan tampan darinya.
“cakep gini bininya seberuntung apa ya?” gumam Olin sambil terus memperhatikan lelaki yang berjalan melewati. Olin menggelengkan kepalanya lagi untuk kembali fokus pada pekerjaan. Kakinya berjalan kearah kasir untuk melayani pria tampan itu.
“Silahkan ka, boleh saya bantu. Mau pesan apa? ” ucap Olin sambil tersenyum ramah. pria itu tampak berpikir saat melihat menu. Olin yang memperhatikan pun sangat takjub melihat manusia sempurna di hadapannya.
“Ice americano saja satu, lalu saya ingin sweet cake juga. ” pria itu membaca salah satu menu sambil mengucapkan keinginan nya.
“Baik kak, untuk sweet cake nya mau yang mana ya? ”
“yang mana saja, anda yang memilih” ucap pria itu dengan sorot mata dingin.
‘eh’ Olin terdiam sejenak tidak mengerti Lalu dengan cepat menganggukan kepalanya menanggapi pria tersebut.
“Satu ice americano dengan sweet cake. Untuk total hanya tuju puluh ribu saja kak. Mau bayar tunai atau qris?” Olin menyebutkan kembali pesana pria tersebut sambil menyodorkan papan qris yang biasa dipakai orang-orang berbelanja pada jaman ini.
Pria tersebut mengeluarkan hp nya lalu menge-scan qris dan menunjukan bahwa ia telah selesai melakukan pembayaran virtual.
“Baik, pesanan saya Terima. Nanti saya antarkan pada meja kaka, Terimakasih telah datang! ” Olin tersenyum ramah yang dibalas anggukan oleh pria itu.
Pandangan Olin tidak bisa berhenti memperhatikan punggung lebar berjalan menjauhi kasir. Pria itu memilih salah satu meja dekat jendela menghadap jalan raya.
Tak memperdulikan sekitarnya, pria itu membuka laptop dan mulai menyibukan diri pada dunianya. Olin memukul kepalanya sendiri karena sangat tidak fokus, kakinya berjalan ke dapur memberitahukan pesanan kepada salah satu teman kitchen.
10 menit berlalu.
Olin tersenyum kecil sambil terus memperhatikan pria yang sedang berkutat dengan laptop sebelum seseorang menepuk pundaknya.
“Kesambet lu liatin suami orang begitu. ” Ucap rekan kerja nya sambil memberikan nampan berisikan pesanan pria tersebut.
Olin terkekeh kecil “Siapa tau masih lajang ka! ” Ucapnya membuat takjub dengan kelakuan waiters barunya ini.
Olin berjalan kearah pria tersebut dan menyimpan pesanannya dengan lembut.
“Di nikmati ya kak. Selamat berkerja. ” dengan bibir yang tak bisa tersenyum Olin kembali ke meja kasir untuk melayani pengunjung lain yang mulai berdatangan.
4 jam telah berlalu, kini sudah menunjukan pukul 8 malam. Para pelanggan satu-persatu pergi meninggalkan cafe, hanya saja tersisa beberapa anak muda dan pria tadi yang masih sibuk dengan laptopnya enggan untuk pergi. Olin melihat kearah jam yang ada di pergelangan tangannya sambil mendesah pelan.
Seharusnya cafe ditutup pukul 8 malam tapi karena masih ada yang sibuk dengan urusan nya, Olin putuskan untuk menunggu satu jam lebih lama.
1 jam telah berlalu namun pria itu masih diam tak berkutik fokus pada laptopnya. Karena malas menunggu lebih lama, Olin berjalan kearah pria tersebut dan tersenyum ramah.
“Hallo kak, ini waktunya cafe kami tutup.”
pria tersebut menoleh menatap wajah Manis Olin dan beralih menatap jam yang berada dipergelangan tangan nya.
“Duh, maaf mbak saya lupa waktu karena terlalu fokus pada pekerjaan saya. ” Pria tersebut merasa sungkan sambil sibuk membereskan barang-barang.
Olin menggeleng ramah “tidak apa-apa kak, silahkan datang kembali besok” Ucap Olin yang dibalas anggukan dari pria tersebut. Olin pergi mengambil tas nya dan segera bergegas untuk pulang.
***
Kruukkk
“akhh, lapar.. ” Olin memegang perut nya sambil mengaduh kecil, jam sudah menunjukan pukul 10 malam, dimana ia belum makan sama sekali sejak tadi sore. Sambil terus berjalan, Olin melihat sebuah Minimarket yang terletak tak jauh dari tempat ia berjalan. Dengan sigap Olin berjalan mendekati minimarket tersebut berencana membeli sesuatu untuk makan malam nya.
“silahkan kak. ”
Olin tersenyum ramah saat memasuki minimarket tersebut, kaki nya terus berjalan sambil terus berpikir apa yang harus ia makan malam ini. Setelah lama berputar, Olin memutuskan untuk membeli mie instan dan beberapa cemilan kecil untuk malam ini.
“total nya jadi enam puluh lima ribu kak. ” Ucap kasir tersebut saat sudah selesai menghitung belanjaan. Olin membuka hp nya dan siap untuk men-scan qris yang tersedia. Namun aktifitasnya terhentikan saat ia melihat saldo yang tersisa hanya lima puluh ribu saja.
“duh!” Ia memukul kening sendiri menyadari bahwa kemarin sudah membeli beberapa makanan dan belum sempat mengisi ulang saldonya. Olin memeriksa kedua saku celananya berharap ada uang cash yang lupa ia simpan. Tetapi nihil, Ia jarang sekali membawa uang cash karena alasan tertentu.
“Mba saya ga bawa uang cash, saldo saya pun sisa lima puluh ribu saja, ini boleh di simpan beberapa kan ya makan-”
“Masukan ke tagihan saya saja. ” Seorang pria tiba-tiba memotong perkataan Olin sambil menyodorkan satu buah air putih. Olin membalikan tubuh melihat siapa yang berada di belakang dia. Matanya melotot menatap wajah tampan yang ia lihat beberapa menit terakhir di tempat kerja. Dengan malu ia menundukan kepala nya.
Sang kasir mengangguk dan mulai menghitung. “jadi dua puluh ribu kak. ” Pria tersebut memberika satu lembar uang cash bernominal dua puluh ribu. Saat pria tersebut berjalan keluar, Olin menarik ujung lengan baju nya yang terlipat.
“Terimakasih kak. Besok kalau kakak datang lagi ke cafe, saya ganti yang hari ini. ” Olin menunduk malu.
Tak ada respon sama sekali. Olin memberanikan diri mengangkat kepalanya. Pria tersebut menautkan kedua alis terlihat bingung.
“Saya pegawai cafe tadi sore kak. ” Jelas Olin menyadari pria tersebut lupa dengan wajahnya.
“Sama-sama. Tidak usah di ganti, lagipula besok saya tidak ke sana karena ada urusan penting.”
“oh, kalau begitu boleh minta nomor nya? biar saya transfer saja? ”
Tidak ada respon lagi, pria tersebut mengambil handphonenya yang berdering dan pergi meninggalkan Olin yang kebingungan.
“apasi anjir, mboh ah mau makan. Laperrr gue. ”
***
Hari ini hari Sabtu. Olin sudah sedari tadi menunggu kehadiran pria tampan yang membantu nya kemarin membeli makanan, tetapi nihil. Benar saja kata pria itu bahwa ia tidak akan datang.
“ini gue emang mau bayar ya anjir, bukan modus. ” gumam Olin sembari menguap.
Setelah lama menunggu, malam pun telah tiba kembali. Olin melepas rompi dan bersiap untuk pulang. Jalan yang ramai oleh hilir anak muda dan tua yang sedang pergi jalan-jalan pada malam minggu sangat memenuhi beberapa toko disana.
Olin menghela napas dan membuka hpnya berniat untuk memesan makanan melalui apk online karena ia malas mengantri. Saat asik memilih pesanan, tak sengaja ia menabrak sesuatu yang besar.
“awhh!! ” desisnya.
“kamu? ” suara berat seorang pria yang ia kenal kemarin kembali terdengar. Olin tersenyum lega.
“Kaka! akhirnya ketemu!! Ini saya mau ngasih uang yang kemarin, terimakasih ya! ” ucap Olin antusias sambil menggerogoh saku milik nya.
“pftt, sudah saya katakan tidak perlu. Tapi terimakasih kembali karena sudah membayarnya. Saya ambil ini” pria itu terkekeh mengambil uang yang Olin berikan. Olin yang pertama kali melihat manusia setampan itu tertawa tepat di hadapannya, langsung membuat hatinya berdebar dengan pipi yang merah malu.
Pria yang menyadari pipi Olin memerah pun menahan tawa lagi dan berdeham kecil.
“ekhem, ada apa? Sudah selesai kan? ” tanya nya sambil terus menatap ke arah Olin.
“eh.. iya udah! makasih ya kak sekali lagi, jangan lupa besok mampir!! ” Olin menyadarkan diri nya dan pergi melalui pria tersebut yang masih menahan tawa atas tingkah aneh Olin.
Saya mengambil uang yang di berikan wanita muda di hadapan saya sambil menahan tawa karena wajah nya yang lucu.
“ekhem, ada apa? sudah selesai kan? ” tanya saya memastikan sambil terus memperhatikan wajah nya yang terus memerah.
“eh.. iya udah! makasih ya kak sekali lagi, jangan lupa besok mampir!! ” Alis ku terangkat satu memperhatikan wanita tersebut jalan dengan cepat dan tertawa lepas saat sudah tidak terlihat lagi barang hidung nya.
“lucu juga anak kecil” gumam saya sambil membuka handphone dan melanjutkan aktifitas yang tertunda tadi.
“anjrit anjrit cakep banget cok, kok bisa cakep gitu. Gila istrinya pasti beruntung banget!! kalau gua istrinya, pasti abis tiap hari gua terkam tu om-om. ” Olin mengoceh sendiri sambil terus memegangi pipinya yang memerah tadi.
“sumpah beneran gila gua, apa jadi selingkuhan nya aja kali ya? ” lanjut Olin.
“Olinnn!!! ” teriak seorang wanita yang berlari ke arah Olin sambil melambaikan tangannya.
Olin membalas sapaan tersebut dan tersenyum ramah “haiiiii nida! tumben ga sama helin?” tanya Olin kepada sahabat nya itu.
“gue kan mau nge-date” nida membalas pertanyaan Olin dengan genit. Olin tertawa kencang.
“HAHAHHA? ih parah banget ga bilang bilanggg mau nge-date!!! sama siapa dah? ”
“nanti deh gue ceritain, lu mau kemana? baru balik kerja? ” Nida melihat Olin dari atas sampai bawah sambil bedecak kesal.
“cih, iri banget gue liat nya. Kok ada manusia secantik lu sih?” lanjut nya.
“cantik sih, ga laku tapi. ”
Nida tertawa keras mendengar sahabat nya itu “pepet suami orang aja. ”
“emang mau!”
plak!!
“gila, dah ah gue mau berangkat dulu! keburu telat. Daaa cinta muahh”
“sukses deh lu, jangan kebanyakan ilfeel nanti jomblo kaya gua! daaa” Ucap Olin yang dibalas dengan juluran dari nida. sumber Ngocoks.com
Jam berdering berkali-kali tak membuat Olin berkutik. Matanya masih tertutup rapat asik bergelut dengan selimut, ditemani suara kicauan burung pagi hari semakin membuatnya tak berniat untuk bangun. Hari ini bukan jadwal ia untuk masuk karena adanya pembagian shift perminggunya.
Saya pegawai cafe tadi sore kak. ” Jelas Olin menyadari pria tersebut lupa dengan wajah nya.
“Sama-sama. Tidak usah di ganti, lagipula besok saya tidak ke sana karena ada urusan penting.”
“oh, kalau begitu boleh minta nomor nya? biar saya transfer saja? ”
“FAK, kok mimpiin tu om-om si akhhh. ” matanya terbuka lebar saat suatu adegan dua hari lalu terputar oleh otaknya. Sungguh memalukan “dia nyangka gue manusia murahan ga ya minta minta no cowo? tapi kan buat tf, kayanya ngga deh? tapi-ARGHHH” Olin teriak prustasi.
“Yaudah lahh! Mending gue mandi, waktunya me time gurllsss~”
Lembar demi lembar telah ia baca sesekali tangan nya bergerak untuk menyesap susu coklat hangat. Olin mengambil handphone lalu menghentikan lagu yang terputar pada playlist favorite, netranya menatap sekeliling cafe yang ia datangi.Ia berjalan kearah kasir berencana membeli beberapa kue untuk menemaninya.
Brughh
“Shitt, panas!” Olin dikejutkan oleh seorang anak kecil yang sedang membawa sebuah minuman menabrak dirinya yang sedang berjalan. Tumpahan kecil tak sengaja mengenai sepatunya, Olin tersenyum sabar mengingat hanya seorang anak kecil yang menabrak nya.
“teteh, maaf. Aku nda sengaja” cicitnya.
Olin mengacak rambut anak tersebut gemas, “it’s okay sayang, lain kali jangan berlarian di tempat seperti ini ya cantik? apalagi kamu membawa sesuatu di tangan” Ucap Olin dengan senyum yang masih tercetak pada wajah cantiknya. Anak kecil tersebut mengangguk dan berjalan dengan hati-hati.
Olin mendesah pelan mengingat ini sepatu baru yang Ia beli di pasar kamis kemarin, dan sekarang telah kotor terkena noda minuman. Sebelum noda tersebut menempel, ia bergegas pergi ke toilet untuk membersihkan nya.
“semoga toilet nya ga penuh deh, nanti keburu kering lagi. ” Pintu toilet dibuka, matanya melotot saat melihat seorang pria tengah berdiri di depan salah satu pintu.
“WOY! NGAPAIN DI TOILET WANITA? ” Olin berlari kecil memukul punggung pria tersebut dengan keras.
“Aduh, shhh” pria tersebut membalikan tubuhnya menatap wanita yang tak asing.
Olin membelalakan matanya untuk kedua kali “KAKA? ”
Bersambung…