Seolah tersengat listrik, Penis Reyhan mengeluarkan kembali precum saat mendengar saran dari Olin. Pikirannya melayang memikirankan bertapa panas mereka jika bermain di meja kerja miliknya. Namun ia langsung menepis pikiran tersebut, ia tahu dirinya tidak akan bisa fokus pada pekerjaan jika penisnya dipermainkan oleh Olin.
Helaan nafas berat keluar, Reyhan memegang kedua pundak Olin menyuruhnya berdiri. Ia mengambil selimut diatas kasur dan membelitkan pada pinggangnya sendiri.
“Kita lanjut saja nanti, Mas tidak bisa fokus jika menuruti saran darimu. Tidurlah duluan. ” Ucap Reyhan mengelus pipi Olin lembut, lalu mencium puncak kepala Olin. Ia tersenyum kecil sebelum melangkahkan kaki pada meja kerja yang tak jauh letaknya dari kasur mereka.
Olin mengerucutkan bibir, sedih. Ia menaiki kasur lalu membuka kakinya lebar.
“Mas, emang ga mau masukin? ” Tanya Olin sembari memainkan vaginanya sendiri dengan nakal berusaha menggoda Reyhan yang tengah duduk didepan laptop.
Reyhan menoleh, ia menghela nafas kembali. Tak munafik, dirinya saat ini benar-benar ingin menggauli Olin hingga pingsan, tapi ia sungguh harus menyelesaikan pekerjaannya.
“Olin, tolong ya? mas selesaikan ini dulu sebentar sayang. ”
Olin berdecak kesal mendengar namanya keluar dari mulut Reyhan yang berarti ia sedang menegaskan apa yang ia ucapkan pada Olin. Kedua kakinya menutup lalu ia turun dari kasur lalu berjalan kearah lemari untuk mengambil baju tidurnya.
“Yaudah, gimana mas aja! ” Ketus Olin yang sudah kembali merebahkan dirinya membelakangi Reyhan.
***
Tiga jam telah berlalu, Olin meregangkan tubuh yang kaku, sudah kedua kali matanya terbuka dan dua kali juga Olin mendesah prustasi saat melihat Reyhan yang masih sibuk berkutat dengan laptop-nya.
“Mas, udah tiga jam kamu di situ loh.. ” Rengek Olin menggulingkan tubuhnya kesana-kemari pada kasur. Ia masih kesal dengan Reyhan yang belum selesai dengan pekerjaannya.
Reyhan menatap sebentar kearah Olin, ia tidak menghiraukannya dan melanjutkan kembali fokus pada laptop.
“Mass.. ini udah jam dua pagi, ayo boboo..” Rengeknya lagi, kini ia sudah berubah posisi menjadi tengkurap dengan kedua tangan menompang dagunya.
“Sebentar ya sayang, sedikit lagi mas selesai. ”
“Aaaaa, mas dari tadi bilang gitu-gitu terus, tapi apa? bohong kan! kita aja ga jadi main tadi! ” Olin menelungkupkan kepalanya.
Mendengar Olin yang terus menerus merengek sedaritadi membuat Reyhan tertawa kecil, ia juga sangat kesal aktifitas panasnya terhentikan karena pekerjaan sialan ini. Penisnya yang tadi berdiri tegak kini sudah kembali tidur lantaran terlalu fokus menyelesaikan pekerjaan yang tak kunjung selesai.
Suara langkah kaki mendekat kearah Olin, Reyhan berjongkok mensejajarkan posisi. Olin merasakan sesuatu mengelus kepalanya lembut, dalam diam ia menyunggingkan senyumnya mendapat perlakuan manis pria tersebut.
“Sayang, maaf mas benar-benar lupa pada kerjaan ini karena terlalu rindu kamu. Nanti kita lanjut ya? sekarang kamu kembalilah tidur. Jika sudah selesai, mas akan ikut menyusul. ” Reyhan melirik kearah nakas melihat kalender.
“Setelah tugas yang mas kerjakan sekarang selesai, mas akan mengambil cuti liburan selama seminggu. ”
Olin mendonggakkan kepalanya menatap wajah Reyhan, ia memundurkan wajahnya sedikit, gugup karena terlalu dekat.
“Serius mas?! ” Tanya Olin dengan mata berbinar, antusias. Namun tak selang lama ia kembali bersedih.
“Mas akan coba meminta cuti juga pada tempat kerjamu. ” Mimik wajah Olin tak berubah, ia masih sedih. Reyhan yang mengerti langsung mengangkat wajah Olin agar menatap kearahnya.
“Mas yang akan bicara, tenang saja. ” Ucap Reyhan tersenyum manis. Lagi dan lagi, dirinya selalu terpana akan ketampanan pria tak berstatus di hadapannya ini.
Olin membalas senyum Reyhan, ia mengangkat tangannya dan mengacungkan jari kelingking “Janji?! ”
Reyhan menganggukkan kepalanya sembari menautkan kelingkingnya pada kelingking Olin kemudian tangan satunya dengan iseng menoel hidung mancung Olin gemas. “Tentu saja. ”
Sudah satu jam berlalu, Reyhan melihat jam yang sudah menunjukan pukul tiga pagi. Akhirnya pekerjaan tadi telah selesai sepuluh menit lalu, ia menyenderkan punggungnya dengan kepala mengadah pada atas kursi. Tangannya bergerak memijat kening yang terasa sakit akibat terlalu lama menatap layar laptop. Dirasa punggungnya sudah terlalu pegal duduk, ia meregangkan tubuhnya kemudian berjalan kearah Olin yang sudah tertidur pulas.
Perlahan dirinya ikut menaiki kasur dan merebahkan tubuhnya disamping Olin, Reyhan memiringkan tubuhnya menatap Olin yang tengah tertidur dengan posisi terlentang. Ia memajukan wajahnya mencium pipi Olin dengan hati-hati takut membangunkan, lalu dirinya ikut tertidur pulas menyusul dalam mimpi dengan lengan memeluk tubuh kecil Olin.
***
Reyhan membuka kedua mata, tubuhnya bergerak meregangkan otot. Cahaya matahari sudah menembus masuk kedalam kamarnya, padahal sekarang baru pukul 8 dini hari, tetapi matahari sudah terasa panas.
Ia memindahkan tangan Olin yang menindih perutnya dengan perlahan takut membuat sang empu terbangun. Kakinya berjalan menuju jendela dan menarik tirai agar menghalangi sinar tersebut pada wajah Olin yang terlihat lelah lantaran menunggunya.
Telah selesai, ia berjalan menuju lemari dan mengambil kaus putih oblong dengan celana pendek, lalu pergi meninggalkan kamar untuk membuat sarapan. Ia akan memasak Makanan favorite Olin sebagai permintaan maaf karena menghentikan aktifitas panas mereka tadi malam.
Reyhan memasak omelet yang telah ia kuasai resepnya. Saat sedang sibuk mengocok telur, dirasakan tangan melingkar pada pinggangnya.
“Kok bangun cantik? kembalilah tidur, mas tahu kamu masih mengantuk. ” Tanya Reyhan tersenyum sembari terus fokus memasak. Ia merasakan gelengan kepala Olin pada punggungnya.
“Daripada ngocok telur, mending mas yang aku kocokin. ” Ucap Olin yang kini sudah tepat berada pada telinga Reyhan membuat sang empu merasa kembali terpancing mengingat semalam dirinya sama sekali belum mendapatkan apa-apa.
Reyhan menghentikan kocokan telurnya, ia menyimpan wadah berisikan telur tersebut lalu berbalik menghadap Olin. Bibirnya tersenyum lebar menatap tubuh Olin yang ternyata sudah tak terbalut apapun.
“Sengaja naked gitu supaya mas sange? ” Tanya Reyhan dengan tatapan laparnya.
Olin cekikikan melihat mimik wajah Reyhan yang sudah terpancing karena tubuh cantiknya. Ia memang sudah merencanakan ini karena kemarin malam tidak jadi bermain, jadi ia akan menggoda Reyhan.
Tangan Reyhan yang semula berada pada pinggangnya kini naik mengusap puncak kepala Olin lalu menekannya, menyuruh Olin berjongkok.
“Keluarkan lidahmu. ” Titah Reyhan mencengkram rahang Olin. Olin yang suka diperlakukan kasar jika sedang bermain pun menurutinya.
Grockk Errhhh Mhhhhh Erhhhh
Reyhan memasukan ketiga jarinya pada mulut Olin membuat dirinya tersedak. Reyhan menggerakan jarinya keluar masuk mulut Olin dengan kasar membuat savila Olin berjatuhan.
“Mulut haus kontol, dasar lonte. ” Reyhan memasukan jarinya lebih dalam hingga menyentuh tenggorokan. Olin sangat menyukai ketika kata-kata kasar dan merendahkan dirinya keluar dari mulut Reyhan. Itu membuat dirinya semakin gila terbakar oleh nafsu.
Olin kembali tersedak, matanya kini berair.
“Mentokin seperti ini lalu telan peju mas. Jika ada yang kamu muntahin, mas akan beri kamu hukuman. ” Lanjut Reyhan yang dibalas anggukan dari Olin.
“Jawab lonte, kerjaan desah terus giliran ditanya tidak bisa menjawab. ”
“Iyakhhhh mas.. ” Jawab Olin yang kesulitan karena jari Reyhan yang berada pada tenggorokannya.
Saat menarik jarinya keluar, savila Olin berjatuhan. Ia menjulurkan lidahnya dengan mata yang berair dan hidung memerah membuat Penis Reyhan mengeras, ia membuka celananya dan mengeluarkan penis yang sudah berdiri tegak.
Tanpa aba-aba Reyhan mencengkram rambut Olin membenamkan wajah wanita tersebut pada selangkangannya, membuat Olin menghirup aroma jantan penis Reyhan.
“Ahhh.. Enak wangi kontol mas sayang? ”
“Umhh… enak masshh. ” Jawab Olin, ia meremas penis Reyhan yang sudah sangat tegang dan mengeluarkan precumnya.
Olin meludahi penis Reyhan lalu mengocoknya menggunakan telapak tangan secara perlahan. Reyhan memejamkan mata, ia mengadahkan kepala menikmati sentuhan Olin pada penisnya.
“Shhh.. Ahh kulum cepat mhh.. ” Titah Reyhan kembali mencengkram rambut Olin dan memaksanya agar segera mengulum penisnya yang sudah keras.
Olin langsung melahap habis penis Reyhan, ia menjilat habis batang penis Reyhan membuat sang empu menggerang nikmat.
“Look at me babe Ahhh.. Fuck.. ” Olin menatap Reyhan sembari terus menggerakan lidahnya pada batang penis Reyhan. Ia menikmati wajah sange pria tersebut, Olin mengeluarkan penis Reyhan lalu melahap kembali kepala penis tersebut. Lidahnya kini menari diatas kepala penis Reyhan, memutari, menjilati lubang kencing pria tersebut. Sesekali Olin menggigit pelan dan menghisapnya dengan kencang.
Kepala Olin turun naik dengan penis Reyhan yang timbul dan tenggelam dimulut kecil Olin. Reyhan menjilat bibirnya lalu mendonggakkan kepala menikmati setiap hisapan yang Olin berikan. Ia merasakan Penisnya dijepit kuat oleh tenggorokan Olin, terasa hangat dan sempit.
Kedua tangan Reyhan memegang kepala Olin, Ia mengambil alih permainan. Dengan cepat, Reyhan mengeluarkan masukan penisnya seperti sedang menggauli vagina Olin. Ia menghentakan penisnya pada tenggorokan Olin dengan keras membuat Olin kembali tersedak. Wajahnya memerah berusaha tetap bernafas.
“Shhhhh… Aaahhhh.. sialann Ahhh.. mulut kamu memang pantas untuk ngulum kontol mas sayang Ahhh.. dasar lacur enak sekali mulutnya Mhhh.. ”
“Ummhh… errkkhhh… Mmhhh! ”
Penis keras Reyhan mengoyak habis tenggorokannya membuat Olin kesulitan. Ia ingin menangis sekarang melihat Reyhan dengan kesetanan menggauli mulutnya sesuka hati tanpa memperdulikan Olin.
“Arghhhh… Fuckk… mhhh Enak sekali sayang Ahhh.. mas akan keluar Ahhh..”
Olin merasakan penis Reyhan semakin membesar memenuhi mulut. Rahangnya perih seakan dapat robek kapan saja menerima sodokkan cepat Reyhan. Ia memejamkan matanya.
“Shit, look at me perek Ahhhh… buka matamu! Mhhh.. ”
Olin membuka kembali matanya, ia menatap Reyhan dengan air mata dan liur yang sudah menetes.
“Mas keluaAhhhh sayanggg ARRGGHHH… SHHHH… ” Ia menghentakan penisnya dengan kuat pada tenggorokan Olin. Penis Reyhan berkedut serta panas memuncratkan semua pejunya. Ia menarik keluar dari mulut Olin sembari melengguh merasakan geli yang masih menjalar setelah pelepasan.
“Telan semua. ” Titahnya yang langsung dituruti oleh Olin. Namun dirinya tidak menelan semua cairan milik Reyhan.
Olin mengeluarkan lidahnya membiarkan cairan milik Reyhan berjatuhan.
Reyhan mengerutkan keningnya, ia tersenyum licik.
“Malah nantangin, lonte seperti kamu memang pantasnya diberi hukuman. Kemari kamu sayang! ”
Reyhan menggendong Olin dan mendudukannya pada meja makan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Ngangkang yang lebar. ” Titah Reyhan sebelum dirinya berjalan ketempat semula untuk mengambil Wortel yang sudah ia kupas dan cuci bersih.
Olin melebarkan kakinya menuruti apa yang di perintahkan pria tersebut. Ia mendengar Reyhan besenandung mendekatinya sembari mengenggam beberapa wortel pada satu tangan sedangkan tangan lain membuka kaus oblong miliknya dan melempar asal.
“Mas, buat apa itu?” Tanya Olin, ia perlahan menutup kedua kakinya, takut.
“Ngangkang! ” Ucap Reyhan dengan tegas membuat Olin kembali mengurungkan niatnya.
Kini Reyhan sudah berada tepat dihadapan Olin, ia mengelus klitoris Olin menggunakan jempolnya secara memutar. sesekali ia menekan lubang kawin wanita tersebut yang sudah becek karena lendirnya sendiri.
Reyhan mengarahkan wortel tersebut pada lubang vagina Olin, perlahan ia memasukan wortel dengan mudah karena cairan vagina yang sudah menetes.
Satu batang wortel sudah masuk setengah. Tak puas jika hanya satu, Reyhan kembali memasukan dua wortel pada lubang vagina Olin membuat sang empu meringis kesakitan.
“Sempitghh Ahhhh… Sakit mashhh emmmhh.. ” Desah Olin saat ketiga wortel sudah bersarang pada vaginanya.
Reyhan menekan tiga wortel tersebut secara bersamaan agar memasuki vagina Olin lebih dalam.
“ARGHHH.. MASSS… nghhhh.. sakithhh.. ”
“Hukuman mana yang ga sakit? ” Balas Reyhan, ia tertawa puas melihat vagina Olin yang kini semakin memerah telah berisikan tiga wortel.
“Gerakan menggunakan tangan mu sendiri, jangan berhenti sampai mas kembali. ” Titah Reyhan yang balas anggukkan kepala dari Olin.
Reyhan melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar dengan cepat, ia mengambil handphone yang berada pada meja kerja lalu kembali ke dapur.
Ia tersenyum puas melihat Olin yang menuruti permintaannya. Reyhan membuka aplikasi camera pada layar handphone-nya lalu mengarahkan lensa pada vagina dengan wortel yang keluar masuk ulah Olin sendiri.
“Enak sayang di kobelin wortel? ” Tanya Reyhan sembari mengarahkan lensanya pada wajah Olin yang sedang mendesah nikmat.
“Ga enak masshhh.. mhhh enak kontol mAaashhh… eughh.. ” Balas Olin mengigit bibirnya.
Reyhan tertawa kembali. “Tidak enak tetapi wajahmu berkata lain, seperti lacur haus kontol. ”
“Mhhhh.. mauuu kontol mAshhhh… ”
“Mau apa sayangg? ” Tanya Reyhan kembali.
“Mau kontol mashhh mmhhh… ini ga enakk.. ” Ucap Olin, vaginanya terasa kurang puas bermain sendiri dengan tangannya. Ia sudah tenggelam dengan nafsu gilanya sendiri.
Reyhan kini maju perlahan dengan handphone kini mengarah pada dua payudara Olin yang menganggur. Ia memainkan satu payudara Olin dengan tangan kanan sedangkan tangan satunya sibuk merekam.
Reyhan meremas buah dada Olin dengan keras membuat sang empu kembali berteriak karena terasa ngilu.
“Aaaarhhh… jangan mashhh.. perihhhh mhh.. ”
Reyhan mematikan camera lalu menyimpan handphone-nya. Ia kini mencondongkan tubuh sejajar dengan payudara satunya. Tanpa aba-aba, Reyhan langsung mengigit puting keras Olin gemas yang membuat Olin kembali berteriak ngilu.
“MAshhhh Ahhhh…. PleAshhhh mmmhh.. ”
Reyhan tersenyum, baginya teriakan Olin adalah suatu hal yang sangat ia sukai. Ia ingin membuat Olin terus berteriak dibawah kendalinya.
Cukup dengan kedua payudara Olin, kini Reyhan menatap wortel yang masih keluar masuk dari lubang vagina cantik. Ia menepis lengan Olin yang sedang menggerakannya, lalu menarik ketiga wortel itu sedikit kasar membuat vagina Olin terasa perih.
Reyhan menatap ketiga wortel yang sudah sangat basah ulah cairan vagina Olin, ia membuang dua wortel tersebut. Belum puas memberi hukuman, ia mulai mengarahkan wortel satunya pada lubang anus Olin.
“Masshh… Ahhhh… JangAAHHHH.. ”
teriakan Olin membesar ketika Reyhan memasukan penisnya pada vagina Olin dengan satu hentakan, berbarengan dengan wortel yang sudah masuk pada anus Olin. Tubuh Olin terisi penuh oleh dua benda tumpul membuat dirinya semakin sensitif.
“Ughhh.. shhhh..” Reyhan melengguh ketika penisnya terasa seperti dihisap habis oleh vagina Olin. Ia merasa penisnya bisa saja putus karena terlalu ketat.
“Hisap terus sayangg.. Ahh ketat sekali… Mmhhh”
“Mashh penuh Ahhh… ”
Tak lama berdiam menyesuaikan, Reyhan mulai menggerakan batang penisnya secara bertahap. Ia menggerakannya perlahan sembari saling menautkan bibir satu sama lain. Bukan hanya memangut, mereka bermain lidah dengan rakus menukar saliva. Tangan Reyhan yang tak bisa diam, keduanya meremas payudara Olin secara bersamaan. Olin yang diberi nikmat pada seluruh tubuhnya hanya bisa mendesah pasrah, Olin menikmati seluruh sentuhan pria tanpa status yang kini sedang menggarap tubuhnya.
Seperti pelacur pada malam hari, ia melepaskan tautan bibirnya dan mendesah menikmati penyatuan saat Reyhan dengan kasar terus mempercepat pergerakan penis yang menumbuk rahimnya.
“SHHHH pelaanhhh pelann mashh.. Ahhh.. ” Nikmat sekaligus ngilu yang menghantar tubuhnya saat dua lubang miliknya terisi penuh membuat Olin tak berhenti menyampaikan rasa puasnya kepada penis milik Reyhan dan wortel yang tertanam sepenuhnya.
Bak tersengat listrik di kala kepala penis menumbuk titik nikmatnya, tanpa pengaman karet, membuat urat-urat Reyhan dengan jelas bergesekan pada dinding vagina menghadirkan candu membuatnya hilang kontrol.
PLOKKH PLOKHHH PLOKHHH PLOOKHH
Bunyi semakin nyaring, saling beradu dengan desah keduanya yang menikmati persatuan. Reyhan mendorong Olin berbaring yang tadi semula tengah terduduk diatas meja. Dengan peluh yang bercucuran, Reyhan kembali mengambil handphone dengan penis yang masih terus bergerak didalam vagina Olin. Ia membuka camera dan langsung mangambil foto penisnya yang tertanam habis dilahap vagina Olin, telah puas dengan jepretannya ia kembali menyimpan handphone.
Tangan yang sudah terlepas dari kedua payudara Olin dan kini sedang menganggur, Ia langsung menyimpan tangannya di atas perut Olin dan menekannya, sedangkan tangan lain ia gunakan untuk memainkan klitoris merekah milik Olin cepat tidak beraturan dengan penis yang terus keluar masuk tanpa ampun.
“Mashh.. jangan dikucekhhhinn.. Nanti akuu mau pipishh Ahhhh… ”
Racauan dari Olin ternyata membuat Reyhan semakin nafsu. Ia semakin bersemangat memilin klitoris sesekali ia menampar dan mengusaknya tak karuan dengan tangan kasar Reyhan. Olin bergelinjang merasakan seluruh rangsangan pada tubuhnya, belum lagi penis yang terus saja menumbuk titik nikmat dengan kasar membuat ia meracau lebih keras menyalurkan kepuasan kemampuan bermain Reyhan.
Tubuh Olin semakin bergerak tak karuan, dengan felling, Reyhan menekan perut Olin dengan kuat dan mempercepat tumbukan penisnya.
“massshh mau keluARRRRHHHH MAS… PELANIN AHHHH MAU PIPISSHHH AAAAAHHHH… ”
CURRRR CURRHH CURRRRRRHHH CURRRHH
Lubang urethra milik Olin langsung memuncratkan squirt, derasnya yang mengalir seperti air mancur jelas membasahi tubuh kekar Reyhan. Reyhan tersenyum puas melihat air nikmat Olin membasahi tubuhnya. Ia semakin bersemangat mengejar pelepasan yang belum datang.
Reyhan terus mengeluar masukan penisnya dengan kasar tanpa peduli Olin setengah mati bergelinjang tak henti-henti memyemburkan squirt-nya, membuat penis Reyhan semakin terjepit oleh dinding vagina yang dihujaminya.
“Sial legit sekali Ahhhhh… Keluarin semua sayang pipisnya mhhh…”
Olin kewalahan karena Reyhan yang terus saja menghantam vaginanya tanpa ampun.
CLOOOKHH CLOKHH CLOOKK
Bunyi licin sisa cairan Olin membuat suara nyaring penyatuan tersebut, Reyhan memegang pinggul Olin. Ia menggerakan pinggulnya lebih keras. Reyhan menutup dan membuka matanya menikmati vagina Olin yang terasa sangat sempit karena sensitif setelah pelepasannya.
“Fuckkhh.. Ketatin lagi shhh.. Memek lacur enak sekali Aahhhh. ”
Reyhan sama sekali tidak berbohong dengan kenikmatan yang Olin berikan saat ini, Olin sengaja mengembang-kempiskan vaginanya agar Reyhan segera mencapai nikmat. Vaginanya terasa kebas karena terlalu lama dihantam kuat oleh penis besar yang tak kunjung memuncratkan cairan nikmatnya.
“Aaahhh.. Masshh kontol kamu enak banget, mau di pejuin tiap hari ahhh.. Mau di hamilin kontol kamu Ahhh.. ” Racau Olin berniat agar Reyhan semakin panas. Benar saja kini penis Reyhan mulai membesar dengan urat yang berkedut menggesek vaginanya.
Reyhan mencengkram kuat pinggul Olin dan menariknya dengan keras membuat hentakan keras menghantam rahim Olin.
“AARRRHHHHHHH… SSSHHHHHH… ” Reyhan mengerang nikmat saat cairan sperma miliknya memenuhi rahim Olin.
Olin menutup mata merasakan cairan hangat pelepasan Reyhan, ia merasakan penis Reyhan yang terus berkedut didalam vaginanya. Reyhan masih mengerang merasakan cairan lain yang akan keluar didalam perut Olin.
Reyhan mengenjang, otot perutnya membentuk sempurna, ia mengeluarkan cairan hangat, air seni yang memenuhi perut Olin. Mata Olin membelalak merasakan perut yang penuh seakan ingin meledak, ia merasakan geli dan hangat menyerang secara bersamaan. Tubuh Olin bergelinjang kembali saat Reyhan menekan perut Olin dengan sengaja membuat Olin kembali mengeluarkan squirt-nya untuk kedua kali.
Reyhan mengeluarkan penis, cairan seni miliknya keluar bersamaan dengan cairan Olin yang tak kunjung berhenti. Pemandangan indah air mancur tersebut membuat Reyhan berjongkok mensejajarkan wajahnya pada vagina cantik Olin dan langsung melahap vagina tersebut yang terus saja mengeluarkan cairan nikmat.
Tak puas hanya satu ronde saja, Reyhan kembali berdiri ia kini menggendong Olin seperti koala. Dengan posisinya saat ini, ia kembali memasukan penisnya dan berjalan pelan menuju sofa pada ruang tamunya. sensasi penis dan wortel yang menancap pada diri Olin, membuat Olin memejamkan mata.
Olin yang lemas hanya pasrah dengan nafas memburunya, ia merasakan ngilu dan kebas akibat penis yang kembali memasuki vaginanya. sumber Ngocoks.com
“Mhhh… lanjut di sofa sayangg shhh.. ” Reyhan terus berjalan sambil menggerakan pinggul Olin naik turun.
Telah sampai, Reyhan mendudukan bokongnya pada sofa. Dengan posisi Olin menduduki penisnya membuat batang milik Reyhan menancap lebih dalam pada vagina Olin. Reyhan melengguh nikmat berkebalikan dengan Olin yang meringis ngilu.
Tanpa menunggu Olin menyesuaikan posisi, Reyhan langsung menggerakan pinggul Olin dengan cepat. Olin merasa dirinya tak kuat mengimbangi gesekan pada anus dan vaginanya yang masih sensitif membuat Olin memejamkan mata, pingsan.
Tak memperdulikan wanita yang pingsan pada pangkuannya, Reyhan terus menggerakan dengan kasar pinggul Olin seperti kesetanan. Ia melepas penis dan wortel yang ada dalam diri Olin. Lalu memasukan kembali penisnya pada lubang anus milik Olin yang sebelumnya tertanam wortel. Sedangkan wortel yang tidak berguna itu ia lemparkan asal.
“Shittt… lebih sempit.. ahhhh… ” Ia menggerakan kembali pinggul Olin dengan cepat, himpitan pada anus Olin kini membuat penisnya kembali menggila ingin mengeluarkan pelepasannya untuk ketiga kali.
Reyhan menggerang keras merasakan cairannya kembali keluar memenuhi lubang anus Olin.
“ARGHHHHH… SHHHHHHHH…. ”
Penisnya berkedut dengan cairan miliknya yang luber dari anus Olin karena terlalu penuh. Ia melihat Olin yang tengah pingsan lalu tertawa.
“Sial, saya terlalu berlebihan. ”
###
Duh bangke, panas ga? next main dimana lagi ya?
Bersambung…