Olin mengerjapkan matanya, satu tangan refleks memegang kepala yang terasa pening. Ia melihat kearah kaca yang menghadap padanya, Olin sudah berada diatas kasur dengan menggunakan kaus pink tipis, rambut yang masih setengah basah dan harum sabun yang berasal dari tubuhnya.
Ia tersenyum tipis saat matanya beralih pada pintu kamar mandi yang tertutup. Terdegar suara gemericik air mengalir, Olin memejamkan matanya berusaha mengingat kejadian sebelum dirinya tidur.
“Gila, dasar hyper. Aduh pantat gue sakit deh. ” Decak Olin saat teringat ia pingsan karena pria itu mengerjai tubuhnya terlalu berlebihan.
Ting tong
Tersadarkan oleh suara nyaring bel apartemen, Olin segera turun dari kasur dan pergi melihat siapa yang berkunjung siang bolong begini.
Tangan Olin bergerak membuka pintu, terlihat sebuah kotak kecil. Olin membungkukkan tubuhnya lalu mengambil kotak tersebut sembari melihat keterangan yang berada diatasnya.
“Sampai juga! ” Girang Olin saat melihat namanya tertera disana. Ia memasukan paket tersebut kedalam bajunya dan berlari menuju lemari baju untuk menyimpan kotak paket tersebut.
“Sedang apa sayang? ”
Harum shampo tak asing lolos masuk kedalam indra penciumannya, tangan dingin nan besar melingkar pada pinggang, memeluk dirinya.
Olin tersentak kaget, membuat Reyhan menyatukan alisnya heran. Ia membalikan tubuh Olin agar menghadap kearahnya.
“Ada apa? ” Tanya Reyhan, tangan yang semula berada pada pinggang ramping Olin kini sudah beralih menangkup kedua pipi gembul Olin.
Olin menggeleng sebagai jawaban, dirinya kembali berbalik kearah lemari dan sibuk mencari baju.
“Mas, kita makan diluar yuk? ” Ajak Olin ketika tengah memilih baju yang cocok dipakai siang bolong ini.
Reyhan memeluk Olin lebih erat. Ia menyimpan kepalanya pada tengkuk leher Olin, menghirup wangi Olin yang memabukan. Perlahan Reyhan menyesapnya membuat Olin melengguh kecil.
“Mas lupa tadi pagi kita tidak jadi sarapan. ”
Reyhan melepas pelukannya lalu mengambil kaus hitam polos dan memakainya.
“Mas tunggu dimobil, take ur time sayang. ” Ucap Reyhan, ia mencium kening Olin sebelum kakinya pergi melangkah meninggalkan wanita cantik tersebut.
***
Olin membuka pintu mobil, dirinya masuk kedalam mobil perlahan ketika melihat Reyhan tengah tertidur pulas. Olin melihat jam yang melingkar ditangannya, pantas saja Reyhan tertidur. Ia membuat pria itu menunggu hampir dua jam karena sibuk memilih baju dan merapihkan rambut.
Sembari menunggu Reyhan bangun, Olin membuka tas kecilnya dan mengeluarkan benda kecil pewarna bibir, liptint.
“Sayangg, sudah selesai? ”
Suara serak dan berat terdengar, Olin menoleh lalu menggangguk sekilas.
“U look so pretty sayangg. ” Reyhan mencubit pipi Olin gemas yang langsung ditepis sang empu.
“Mas ih baru make up-an, ini tuh sejam tau! ” Kesal Olin membuat gelak tawa Reyhan terdengar renyah.
Pria itu semakin gemas melihat Olin kesal, ia memajukan tubuhnya lalu mencium pipi Olin bertubi-tubi.
“MAAASSSS no pleasseee aaa.. aku nangis nih! ” Rengek Olin yang kembali dibalas tawa oleh Reyhan.
“Maaf sayang, kamu cantik sekali.” Reyhan memundurkan tubuhnya lalu menyalakan mesin mobil.
“Makan apa kita hari ini? ” Tanya Reyhan sibuk.
“Terserah.”
“Baso mau, sayang? ”
“Gamau, ga mood yang kuah. ”
“Pizza? ”
“Gamau, pengen nasi. ”
“Nasi goreng? ”
“Bisa buat sendiri itu mah! ”
Reyhan menghela nafas, ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu menoleh kearah Olin.
“Terus maunya makan apa cantikku? ” Tanyanya kembali dengan tatapan mata lembut. Ia tersenyum kecil sembari mengangkat satu alisnya.
Olin memalingkan wajahnya, ia menatap kearah jendela. Bibirnya terangkat, tersenyum malu mendengar nada bicara Reyhan yang sangat lembut dan ditatap seperti itu oleh Reyhan. Jujur saja ia ingin mencium Reyhan sekarang juga.
“Makan kamu! ” Balas Olin membuat Reyhan kembali menautkan kedua alisnya.
“Wow, ayo makan tubuh mas nih. ” Reyhan berancang-ancang membuka kaus hitam polosnya namun degan cepat Olin mencegahnya.
“Ih mas!”
Reyhan tertawa kecil, ia menatap Olin kembali dengan mata sendu sembari menunggu jawaban keluar dari bibir cantik Olin.
“Padang, aku mau nasi padang. ”
“Baik, kita jalan sayangg. ” Reyhan kembali mengemudikan mobilnya. Ia bersenandung pelan menikmati lagu yang terputar.
“Tadi ada tamu, sayang? ” Reyhan bertanya lagi, tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan.
“Paket aku mas. ” Balas Olin singkat.
“Kamu membeli apa? ” Tanyanya lagi, sungguh bawel pikir Olin.
“Skincare aku mas ih, nanya terus kaya dora! ” Ketus Olin membuat Reyhan kembali tertawa. Baginya membuat Olin kesal adalah hal yang menyenangkan, itu merupakan hobi baru Reyhan.
***
Reyhan memarkirkan mobilnya. Ia membuka pintu lalu turun dari mobil. Kakinya berjalan kearah pintu Olin lalu membukanya perlahan.
“Pakai ini, panas. ” Ia memberikan topi pink milik Olin lalu tangan Reyhan menghalangi pada atas pintu mobil agar Olin tidak terbentur saat turun.
Olin tersenyum mendapat perlakuan manis pria tanpa status dihadapannya ini.
“Makasih mas. ” Ucap Olin yang dibalas senyuman kembali oleh Reyhan.
“OLIN! ” Nanya dipanggil keras membuat Olin dan Reyhan menoleh kearah sumber suara.
Terlihat seorang lelaki tengah berjalan mendekat sembari tertawa antusias.
“Olin ya? wah iya Olin! Apakabar? ” Tanyanya menghiraukan Reyhan yang berada tepat disamping Olin.
“Hai Bagas! Ih udah gede aja ya lu! ” Balas Olin tak kalah antusias, ia menepuk pelan pundak lelaki yang bernama Bagas tersebut.
Reyhan Berdeham kecil lalu memalingkan wajahnya malas.
“Yaiyalah udah gede, masa kecil mulu! Gua baik, gila cakep banget ya lu sekarang, dulu culun banget! ”
“His enak aja, culun gini juga lu dulu suka-”
Reyhan kembali berdeham membuat Olin menggantungkan kalimatnya.
Bagas tertawa mengingat bertapa kecilnya dulu wanita dihadapannya ini.
“Ini siapa Ol?” Tanya Bagas ketika sadar akan pria yang tengah berdiri disamping Olin.
Reyhan memeluk pinggang Olin namun dengan cepat langsung dilepaskan Olin.
“Temen gue, kenalin Reyhan.” Ucap Olin, Reyhan mengeraskan rahangnya kesal. Ia menatap tajam kearah Bagas yang tengah tersenyum kepadanya.
“Bagas om. ” Bagas mengulurkan tangan lalu menariknya kembali karena tidak disambut oleh Reyhan.
“Kalau gitu gua masuk ya ol, udah laper nih! ”
“Mau makan bareng aja, Agas? ” Tawar Olin membuat Reyhan menunduk mendekati telinga Olin, berbisik.
“Mas lapar, sayang. ” Ucap Reyhan dengan suara dingin dan penekanan disetiap kata.
“Gih Bagas masuk aja, gue sama Reyhan nyusul hehehe” Ralat Olin gugup yang langsung diangguki antusias oleh Bagas.
***
Olin dan Reyhan memasuki restoran padang terkenal yang sering mereka kunjungi. Dengan harganya yang terbilang cukup mahal, namun sepadan dengan citra rasa yang enak dan pas dilidah keduanya.
Lelaki yang tadi mereka temui melambaikan tangan dan menyuruh Olin mendekat agar bergabung pada meja kosong. Olin membalas lambaian tangan Bagas dan menggeleng pelan.
“Mas, duduk dimana? ” Tanya Olin. Ia mendengkus pelan tak mendapat jawaban dari pira tersebut. Alhasil Olin hanya mengikuti langkah lebar Reyhan.
Reyhan menarik kursi untuk Olin, ia menahan senyumnya lalu mendudukan bokong pada kursi tersebut. Sedangkan Reyhan menarik kursi dan duduk dihadapan Olin.
“Mas marah? ” Tanya Olin, namun Reyhan tetap bungkam tak menjawab.
Reyhan mengangkat tangannya lalu seorang pegawai datang dan menawarkan menu.
Olin menyimpan kepalanya pada lipatan kedua tangan, menunggu Reyhan selesai memesan.
“Mas marah? ” Tanyanya lagi ketika Reyhan sudah selesai berbicara pada pegawai tersebut.
“Kita bicarakan dirumah. ”
“Gak mau.. mas marah ya?” Cicit Olin, ia memanyunkan bibirnya sedih.
Reyhan menghela nafas panjang, ia tersenyum kecil.
“Tadi siapa, sayang? ” Tanya Reyhan lembut.
“Mantan aku di SMK mas”
“Berapa tahun? ”
“Tiga, kita pacaran dari kelas dua SMP terus aku ikut dia masuk SMK dan kita putus waktu kelas tiga SMK” Jelas Olin.
“Tidak usah dijelaskan. ” Balas Reyhan ketus.
Makan sudah datang, memang Reyhan tidak meminta semua hidangan datang seperti Orang-orang. Ia hanya memesan yang biasa mereka makan setiap kesini. Lebih simple dan mudah menurutnya.
Reyhan mengambil sendok dan garpu lalu mengelapnya menggunakan tisu sebelum diberikan kepada Olin.
“Makanlah, habiskan. ” Titah Reyhan yang langsung diangguki Olin.
***
“Mas marah bukan sih? kok akunya didiemin terus?! ” Olin berjalan setengah berlari menyamakan langkahnya dengan Reyhan.
Reyhan membuka pintu apartemen tanpa menjawab pertanyaan Olin.
“Mas ihh!! kenapa sih?! ” Teriak Olin kesal. Reyhan mengambil kursi meja makan lalu membalikannya agar menghadap Olin yang tengah berdiri.
Reyhan mendudukan bokongnya, ia menyilangkan tangan pada dadanya.
“Kenapa tadi dilepas tangan mas saat akan memeluk pinggangmu? ” Tanya Reyhan dengan mata tajam menatap Olin.
Olin menelan saliva, gugup. “Ya kan ada temen aku mas.. ”
“Mantan maksudmu? ”
“I-iya itu, emang kenapa sih mas? kamu marah gitu doang?! ” Olin bercekak pinggang.
“Iya mas marah, kenapa kamu bilang kita hanya teman? ” Tanyanya kembali.
“Kan mas yang bilang sendiri! kita gak pacaran dan mas gak kasih aku. Kita udah ngewe setiap hari, aku selalu nanya tentang hubungan kita. Tapi apa? mas selalu bilang kita cuman teman! Mas bilang kita gak ada hubungan apa-apa. Salah mas? ”
Reyhan memejamkan matanya, ia mengeraskan rahang kesal. Memang benar apa yang Olin katakan namun entah mengapa ia merasa kesal saat ini. sumber Ngocoks.com
Olin berlari kearah gudang. Reyhan membuka matanya menatap Olin penuh tanya. Beberapa menit kemudian Olin kembali dengan tangan memegang tali. Reyhan mengerutkan keningnya bingung.
Mata Olin memerah, air terus jatuh dari matanya. Sungguh ia sangat kesal sekarang. Reyhan merasakan dadanya nyeri melihat Olin menangis karena dirinya. Olin mendekat melewati Reyhan dan berjalan kearah belakang kursi yang pria itu duduki.
Ia menarik kedua tangan Reyhan kebelakang kursi lalu mengikatnya menggunakan tali yang ia bawa.
“Kamu mau apa? ” Tanya Reyhan masih dengan nada dinginnya.
Olin tak menjawab, ia kini berlari kecil menuju kamar untuk mengambil kotak paket yang ia simpan pada lemari. Sebelumnya Olin berbohong tentang isi yang berada dalam kotak paket tersebut. Bukan skincare yang berada didalamnya, melainkan toy sex penis plug stainless steel yang ia beli dua hari lalu.
Tadinya Olin akan menggunakan alat tersebut nanti untuk mempermainkan penis Reyhan, namun ia sedang kesal sekarang dan ide menarik yang muncul, ia akan menggunakannya sekarang
Tadinya Olin akan menggunakan alat tersebut nanti untuk mempermainkan penis Reyhan, namun ia sedang kesal sekarang dan ide menarik yang muncul, ia akan menggunakannya sekarang.
Olin mengeluarkan alat tersebut dan menunjukannya pada Reyhan. Reyhan kaget melihat isi kotak paket tersebut. Ia bergerak panik, dirinya berusaha keras melepaskan ikatan tangan dibelakang kursi. Namun nihil, usaha Reyhan sia-sia karena ikatan itu terlalu keras.
Keringat dingin mulai keluar, dirinya bukan anak polos yang tidak mengerti apa alat yang kini berada pada Olin, ia tahu persis alat tersebut dan menyeramkan membayangkan alat tersebut masuk kedalam penisnya.
“Olin, lepaskan! ”
“Diem mas, aku kesel sama kamu! Nikmatin permainan aku, aku yang mimpin sekarang”
###
Gua juga bayanginnya ngilu cok, tapi enak kayanya
Bersambung…