Nafas Reyhan memburu dengan keringat yang tak henti berjatuhan. Bukan karena takut oleh wanitanya, Ia sedang berusaha mati-matian menahan buncahan dalam hati karena terlalu senang diperlakukan seperti ini.
Reyhan bukan pria polos yang tidak tahu apa alat yang berada pada tangan Olin, ia benar-benar penasaran dengan alat tersebut. Dirinya sering kali melihat pada sebuah situs web orang-orang menggunakan benda panjang itu, sungguh membuatnya penasaran.
“Lepaskan ini Olin. ” Ucap Reyhan kembali.
Olin tidak menghiraukan titah Reyhan, kini dirinya sudah bersimpuh, tangan Olin mengelus tonjolan besar yang sudah terasa keras dibalik celana Reyhan.
“Katanya ga mau, tapi kok keras? Kamu masokis ya mas? ” Olin mengelap pipinya yang basah sisa air mata tadi. Ia berusaha membuka kancing celana Reyhan dengan satu tangan.
“Diam dan lepaskan ikatan ini. ” Titahnya berpura-pura menolak.
Olin memajukan kepala mendekat pada kancing celana Reyhan yang telah terbuka. Tanpa titah dari Reyhan, Olin dengan nakal mengigit resleting dan menariknya menggunakan gigi.
Reyhan menahan nafas, aliran darah mengalir cepat membuat kepala terasa pening. Terlihat kedua telinga Reyhan yang sudah memerah menandakan pria ini mulai terpancing hasratnya. Olin tertawa simpul
“Lepasin gimana? Kontol kamu udah sange mas. ” Ucap Olin frontal sembari mengedipkan matanya nakal, membuat penis Reyhan semakin keras.
Resleting dan kancing cenala Reyhan telah terbuka sempurna, Olin memandangi gundukan penis masih terbalut celana dalam bewarna abu yang sudah basah karena precum. Olin menundukkan kembali kepalanya, ia menempelkan wajahnya pada gundukan penis Reyhan untuk menghirup aroma kejantanan pria dihadapannya, sangat membuat dirinya mabuk.
“Aku suka harum kontol kamu mas. ” Olin menghirup kembali penis Reyhan yang membuat sang empu mengadahkan kepalanya, mendesah berat.
Ting tong
Suara bel terdengar namun Olin tidak menghentikan aktifitasnya, begitupun Reyhan. Dirinya sudah terlanjur terbakar oleh hawa nafsu.
Tangan Olin kini mulai bergerak mengelus penis Reyhan. Ia menarik celana dalam Reyhan perlahan lalu mengeluarkan penis yang langsung berdiri tegak, mengacung tinggi meminta kepuasan.
Olin menelan savilanya, tampilan penis yang besar dan berurat tak pernah gagal membuat dirinya takjub. Ia sangat tergiur dengan penis cantik milik pria tanpa status dihadapannya ini.
Ting tongg
Bel kembali berbunyi, keduanya sama sekali tak perduli. Bunyi Bel yang menandakan ada orang diluar sana malah semakin membuat Reyhan tertantang. Penisnya terus berkedut tegak kesana-kemari tanpa sentuhan apapun dari Olin.
Tangan Olin perlahan memegang penis Reyhan, ia mengurutnya sembari sesekali mengocok penis yang sudah keras itu.
“Arghghhh.. shhh.. ” Reyhan mengerang merasakan hangat dan lembutnya telapak tangan Olin menyentuh penisnya yang sudah sensitif.
“Mas kontol kamu cantik banget, Aku suka. ”
Tubuh Reyhan kembali terasa seperti tersengat listrik saat penisnya mendapat pujian.
“Jilat ujungnya Olin, mhhhh.. ” Seolah lupa dirinya sedang jual-mahal dengan wanita dihadapannya ini, Ia benar-benar menginginkan lebih.
“Kenapa mas? mau apa? ” Jari Olin menekan pelan lubang penis Reyhan yang sedaritadi mengeluarkan precum lalu ia memutar jarinya perlahan membuat Reyhan mengerang prustasi.
“Tolong jilat ujung penis mas, sayang. ”
Olin tersenyum penuh kemenangan, ia suka melihat Reyhan memohon dibawah kendalinya seperti ini. Tanpa aba-aba, Olin mengeluarkan lidahnya lalu menjilat lubang penis Reyhan. Lidah Olin bermain memutari ujung kepala penis Reyhan sensual sembari sesekali ia mendongak untuk melihat ekspresi pria itu.
Ting tongg
Tiga kali Bel berbunyi dan tidak ada jawaban sama sekali, karena sedang sibuk mengejar hasrat masing-masing, membuat teriakan keras seorang perempuan terdengar nyaring.
“Reyhan, Ini bunda. Kamu tidak ada dirumah? ”
Tubuh Reyhan membeku begitupun Olin. Keduanya saling bertatapan. Tak ada lagi suara yang terdengar, hening.
Suara pin keamanan apartemen Reyhan berbunyi menandakan seseorang sedang berusaha membuka apartemennya.
Reyhan membelalakan mata, panik. Tidak mungkin bunda melihat anaknya sedang diikat oleh wanita dengan celana terbuka seperti ini. Olin memasukan kembali penis keras Reyhan secara paksa pada celana dalam yang belum terlepas dari kaki pria itu.
Ia menutup resleting dengan cepat tanpa mengancingkannya terlebih dahulu. Reyhan kembali mengerang lantaran penisnya yang terasa sesak kembali masuk pada celana.
Tet tet tet
Suara pintu keamanan Reyhan berbunyi kembali menandakan orang tersebut salah memasukan pin keamanan, namun Maria sang bunda tidak pantang menyerah dan terus memasukan sandi yang beliau ingat saat bermain ke apartemen putranya ini.
Olin bangun dari jongkoknya, ia memutari Reyhan lalu berusaha membuka tali yang mengikat kedua tangan Reyhan.
“Cepat Olin. ” Ucap Reyhan geram saat Olin belum selesai juga membuka tali itu sedangkan Bel terus berbunyi nyaring lantaran maria masih salah juga memasukan pin.
Olin berdecak kesal, ia mengikatnya sangat keras. “Bentar mas, susah ini. ”
Tittt…
Ikatan terlepas, Reyhan dengan cepat berdiri lalu menyimpan tali pada kursi yang ia duduki tadi. Ia membalikan kursi tersebut membenarkan posisi. Nafas keduanya memburu namun Reyhan masih bisa menyembuhkan mimik wajah terkejut miliknya. Berbanding terbalik dengan Olin yang masih memasang wajah panik.
“Loh, bunda kira kamu tidak ada dirumah nak? ” Maria membuka pintu, ia melangkahkan kaki mendekati anak semata wayangnya itu.
“Bunda, kok tidak mengabari Rey terlebih dahulu? ” Reyhan tak menjawab pertanyaan Maria. Ia berjalan menghampiri Maria lalu memeluk wanita tua tersebut singkat.
“Bunda tadi kekantor kamu. Tapi kata sekertaris kamu, kamu sedang cuti. Jadi bunda datang kesini untuk kasih ini. ” Jelas Maria mengangkat tangannya yang sedang memegang tas kotak berisikan makanan ia buat dirumah. Maria tersenyum sembari matanya menoleh sesekali pada wanita yang sedang bernafas dengan terburu-buru.
“Siapa wanita dibelakang mu nak? ”
Reyhan menoleh kebelakang, Olin yang sedari tadi memperlihatkan interaksi ibu dan anak itu seketika mematung saat keduanya menatap kearahnya. Ia tersenyum kikuk.
“Wanita Rey bunda, Rey akan menikah. ”
Olin membelalakan matanya, ia menatap wanita dihadapan Reyhan yang tak jauh mirip dengan ekspresi wajahnya sekarang, terkejut. sumber Ngocoks.com
Maria memberikan tas berisikan makanan yang ia bawa pada tangan Reyhan lalu berjalan sedikit berlari menghampiri Olin yang masih menutup mulutnya kaget.
“Nak, nama kamu siapa? Astaga cantik sekali.. ” Maria tak tersenyum sumringah. Kedua tangannya menggenggam tangan Olin lembut.
Akhirnya anak satu-satunya ini kini sudah memiliki wanita yang akan menjadi masa depannya. Sungguh momen yang ia tunggu- tunggu sejak lama. Maria sangat menginginkan melihat anaknya ini berdiri menggandeng seorang wanita.
Tetapi terasa mustahil karena anaknya sama sekali tidak perduli pada wanita diluar sana dan hanya fokus pada pekerjaan saja. Itulah mengapa ia sangat senang mendengar putranya akan menikahi seorang gadis manis ini.
Olin menetralkan mimik wajah terkejutnya, ia membalas senyum Maria tak kalah lebar.
“Saya Ol-”
“Olin namanya bun. ” Belum beres Olin berbicara, ucapannya terpotong oleh Reyhan. Ia berjalan mendekat, matanya menatap Olin dengan sayu.
“Saya akan menikahi kamu, Olin. ”
Bersambung…