Mobil berjalan melaju dengan kecepatan sedang, tangan mengangkat telepon yang berasal dari sepupu jauhnya.
“Ka Ehan? masih jauh ya? ” tanya seorang gadis yang baru saja turun dari pesawat.
“Tunggu saya, sebentar lagi sampai.”
tut..
Pria yang bernama Reyhan tersebut menginjakan kakinya pada pedal gas membuat mobil berjalan lebih kencang. Setelah lama menempuh perjalanan ke bandara, Reyhan melihat seorang gadis seusia tidak jauh darinya sedang menunggu jemputan.
“Rahma, Kemarilah! ” panggil Reyhan sambil melambaikan tangan membuat gadis itu berlari kecil dan langsung memeluknya.
“KA EHAN! huaa aku kangen banget! ”
“sama saya?” Tnyanya jahil.
“sama keluarga aku la, wle!” Reyhan mengacak rambut Rahma gemas.
Rahma adalah sepupu jauh Reyhan yang sedang melakukan kuliah di salah-satu universitas negara jepang. Setelah bertahun tahun tidak pulang, dirinya baru selesai menyelesaikan pendidikan tersebut dan balik ke Indonesia untuk mengunjungi keluarga.
Hubungan Reyhan dengan Rahma tidak jauh hanya sekedar sepupu saja. Reyhan sangat menyayangi sepupunya itu seperti adiknya sendiri. Rahma terkadang sangat manja kepada Reyhan karena dirinya juga sama, menganggap pria itu adalah Kaka kandungnya.
Reyhan membuka pintu mobil. “masuklah”
Rahma mengangguk dan masuk kedalam mobil disusul oleh Reyhan.
“Ka Ehan, kita ke cafe yang aku suka itu yuk? aku kangen makan kue yang mereka buat. ”
Reyhan menoleh kearah Rahma sekilas lalu mengubah arah google Maps yang tadi menuju rumah menjadi menuju salah satu cafe.
***
Setelah memesan beberapa yang Rahma inginkan, Reyhan menuju kearah meja lalu terduduk di hadapan Rahma.
“Gimana kuliahnya? ” Tanya Reyhan memecahkan keheningan.
Rahma mengalihkan pandangan nya dari handphone yang ia genggam. “Pusing! Tapi aman kok kak hehe”
Reyhan mengangguk-anggukan kepalanya singkat saat mendapat jawaban dari Rahma. Mulutnya terbuka, kembali bertanya “Sampai kapan disini?”
Rahma mendelik malas “Kok kaya ngusir gitu si ka?! ”
“hanya bertanya” Ucap Reyhan sembari tertawa kecil.
“cuman seminggu, aku masih ada tugas yang belum selesai. Ah malas sekali” Rahma meyimpan kepalanya pada kedua tangan yang berada di atas meja.
“A-ah.. kak! ” Tangannya beralih memegang perut.
Reyhan yang mendengar ringisan sepupunya itu langsung panik “Ada apa, Rahma?”
“Kaka, perut aku sakit. Aku mita tolong beliin pembalut ya? nanti anterin ke kamar mandi.”
“Kamu sedang datang bulan? ” Tanya Reyhan yang dibalas anggukan.
“Ya sudah, tunggu saya.” Lanjutnya
Reyhan melangkahkan kaki ke minimarket terdekat, Tangannya dengan cepat mengambil beberapa pembalut yang tersedia dan langsung membayar.
Dengan ragu, dirinya masuk kedalam toilet wanita untuk mencari keberadaan sepupunya itu.
“Rahma? ” Panggil Reyhan sedikit berteriak.
“WOY! NGAPAIN DI TOILET WANITA? ” teriakan menyahuti dari belakang dan langsung memukul Reyhan dengan keras.
“Aduh, shhh” Reyhan meringis dan membalikan tubuhnya menatap wanita yang tak asing.
“Kaka?! ” Reyhan terkejut melihat wanita yang ia kenal beberapa hari lalu.
“KAKA MESUM YA?! ” Lanjutnya masih berteriak. Reyhan membekap Mulut Wanita tersebut agar memelankan suaranya.
“Mpphhh kkhhaka leppasshh”
Salah satu pintu terbuka memperlihatkan wajah Rahma yang kebingungan.
“Kaka? ada apa? mana pembalut aku? ” Tanyanya masih dengan raut wajah bingung.
Wanita tadi berhenti memberontak dan terlihat masih berpikir membuat wajah cantik itu menjadi gemas. Reyhan menahan tawa.
“Oh, kaka lagi bantuin istrinya ya? duh saya ada telepon, maaf ya ka! ” Wanita tersebut tergesa-gesa segera keluar dari toilet.
Rahma yang tidak mengerti masih memasang wajah bingung nya meminta penjelasan. “tadi dia sangka saya mesum. ” Ucap Reyhan sambil tertawa kecil.
“Nih pembalut kamu. Saya tidak tahu yang mana, jadi pakai saja yang ada. Saya keluar dulu. ” Lanjut Reyhan pergi meninggalkan Rahma dan mencari wanita tadi.
***
“Tai, malu banget tai tai tai. ” Olin memukul kepalanya sendiri prustasi atas tindakan asal tadi.
“Tapi gak salah kan?! Siapa yang ‘ga salah sangka’ coba! liat om-om ada di dalam toilet wanita! ” Bela dirinya.
“Om-om? ”
“Astaga! ” Olin terkejut mendengar suara berasal yang berasal dari belakang punggungnya.
“Saya yang kamu maksud ‘om-om’ itu? ” lanjut pria tersebut.
“b-bukan kak, kakak salah denger. Eh itu istri kakak! ” Olin membereskan barang barangnya dan bersiap untuk kabur karena malu.
Pria tersebut membalikan tubuhnya menoleh kearah toilet yang sepi, ia berdecak. Tangan Olin yang hendak melarikan diri dengan cepat ia tahan.
“Saya belum menikah. Dan nama saya Reyhan, stop panggil saya om. ” Jelasnya
Olin mengigit bibir merasa malu, dirinya salah sangka lagi! “O-oh iya kak Reyhan. Maaf saya selalu salah sangka” Ucap Olin melepaskan gengaman Reyhan.
“It’s okay. Yang kamu lihat tadi adalah sepupu saya.”
“Saya ga mau kamu salah paham. ” Lanjutnya.
Olin menyerengitkan kedua alisnya bingung “kenapa? ”
Reyhan mengedikan bahunya acuh.
drrtt.. drttt…
Handphone yang Reyhan pegang bergetar menandakan ada telepon. Reyhan mengangkat tangan melihat siapa yang tengah menelepon dirinya. Tanpa berlama-lama ia mengangkat panggilan yang berasal dari bunda.
“Hallo bunda? ” Reyhan berjalan membalikan tubuhnya memunggungi Olin yang masih kebingungan. Olin mengangkat bahunya acuh, ia mengambil tasnya tadi yang masih berada di atas meja dan pergi berlari sambil mengendap-endap agar tidak ketahuan pria itu.
“… ”
“iya bunda, sebentar lagi saya sampai. Anaknya masih di toilet. ” Reyhan membalikan tubuh, terlihat punggung Olin yang sedang berlari kecil meninggalkan dirinya.
“pfttt, lucu sekali. ”
“siapa yang lucu? ” sambung bunda masih mendengarkan anaknya.
“eh, ga ada bunda. Rahma sudah keluar, sampai nanti. ”
Tut… sambungan terputus, Rahma berjalan kearahnya “Kaka tadi siapa? ”
“bukan siapa-siapa, ayo! bunda sudah menunggu. ” Rahma mengangguk antusias.
***
“kenapa ketemu mulu tu om-om si anjir, kaya dunia tuh sempit kali ya. ” Olin melihat kearah sepatunya yang masih kotor karena belum sempat di bersihkan tadi.
Ia mengambil tisu basah yang selalu tersedia di sakunya. Dengan malas ia berjongkok dan mulai membersihkan kotoran yang masih menempel. Saat asik, terdengar suara yang tidak asing baginya.
Olin medonggak melihat asal suara tersebut yang tak jauh dari tempat ia berjongkok. Emosinya memuncak ketika melihat pria yang ia kenal sebagai ayahnya berjalan dengan seorang wanita selingkuhan dua tahun lalu. Dengan emosi penuh Olin berlari dan langsung menarik keras rambut wanita tersebut.
“AKH… ADUH BEB.. ”
“BEB? YAH! AKU KIRA AYAH SUDAH BERUBAH! ” Olin berteriak sambil terus menarik rambut wanita tersebut. Ayah Olin yang kaget melihat putrinya menyerang wanita sebelahnya pun menampar pipi Olin sehingga tarikannya terlepas.
PLAK!
Olin memegang pipinya dengan mata memerah menahan emosi yang semakin tinggi dan rasa sedih menjadi campur aduk bagi dirinya. Selama Ia hidup, Meskipun keluarganya yang tidak akur, Olin tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. Namun kini, ia benar-benar kecewa dengan ayahnya.
“Ayah nampar aku? ” tanya Olin dengan mata memerah menahan segala rasa sakit dihati maupun pipinya. Marco menatap anak sewata wayang nya dengan perasaan bersalah.
“Sayang, ayah minta maaf, ayah gak bermaksud untuk tampar kamu. Ayah gak senga-”
“Ayah, aku benci sama ayah. ” potong Olin, matanya menoleh kearah wanita tua yang sedang tersenyum licik.
“Dasar jalang murahan, lihat saja nanti. ” lanjut Olin.
“Olin!” Ayah berteriak sekali lagi membuat hatinya semakin nyeri. Olin menggeleng tak percaya.
“Kalian berdua sialan! i’m so fucking hate you dad! ” putus Olin lalu berlari meninggalkan mereka berdua.
***
Olin meneguk gelas terakhir, ia menatap sekeling menikmati suasana ricuh yang membuat kepalanya semakin pusing. Kesadaran sedikit demi sedikit menghilang akibat dari pengaruh alkohol yang ia minum.
Karena sudah tak tahan, Olin menelungkupkan kepalanya pada kedua lipatan tangan yang berada diatas meja. sebuah tangan mendarat di bahu Olin dan menepuknya pelan. “Nona? ”
“Eughh.. ” Olin menggeliat kecil. dengan setengah kesadaran, matanya melihat pria tampan yang selama ini mengganggu pikirannya.
“Om mesum! ” Teriak Olin sumringah melihat keberadaan Reyhan. Dengan cepat ia membungkam mulut kecil Olin dengan tangannya dan tertawa kecil.
“Stop panggil saya mesum, anak kecil! ” Reyhan menyudahi tawanya dan kembali fokus memperhatikan kondisi Olin yang sudah berantakan. Tak berpikir jauh, Olin tiba-tiba mengalungkan tangannya pada dada bidang Reyhan. Memeluk erat pria itu.
Reyhan terkejut atas perlakuan Olin tiba-tiba, ia membalas pelukan wanita kecil tersebut sembari mengelus punggungnya lembut. Lagi-lagi dirinya terkejut dengan gerakan basah di area leher, Reyhan menyadari lidah wanita ini bermain di lehernya.
Sebagai pria normal, nafas Reyhan berubah menjadi memburu, nafsunya seketika naik merasakan gerakan sensual yang terus saja bermain di lehernya. sumber Ngocoks.com
“Mhhh.. ” lenguhan kecil keluar dari mulut Reyhan, jakun nya naik turun menahan hawa nafsu yang semakin memuncak. Sebelum ia merasa lebih jauh, Reyhan menarik Olin agar melepaskan pelukannya.
“Nona? kamu mabuk? ” Tanya Reyhan dengan suara berat.
“Nona? nama akuu Olin hihi” Olin tersenyum riang, kesadarannya benar-benar hilang tertelan alkohol.
“Saya antarkan kamu pulang, dimana alamat mu? ” Tanya Reyhan memperhatikan Olin yang masih tersenyum seperti anak kecil. Ia tak menggubrisnya. Merasa di acuhkan oleh Olin, Reyhan segera menggendong dan menjauhkannya dari keramaian club malam ini.
“Om, mau kemana? ” Racau Olin menyadari dirinya tengah berada pada gendongan Reyhan.
***
Pintu mobil terbuka, Reyhan medudukan Wanita tersebut pada kursi mobilnya.
“Om, aku mau dibawa kemana? ” Racaunya lagi. Reyhan memasangkan seatbelt dengan lembut.
“Ke apart saya. ”
Bersambung…