Hari demi hari terus berlanjut. Sudah sebulan dirinya tinggal bersama pria ini. Kini hubungan mereka semakin membaik seiring berjalannya waktu. Reyhan selalu memperhatikan dan menjaga Olin, begitupun sebaliknya.
Seperti sepasang kekasih, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, saling mendekatkan diri mengenal lebih dalam satu sama lain. Tak jarang keduanya merasakan hati yang bedebar karena cinta yang muncul.
Meskipun sudah seperti layaknya sepasang kekasih, hubungan keduanya masih tidak ada kejelasan apapun. Bagi Reyhan maupun Olin sendiri, mereka tidak memusingkan statusnya. ‘Biarlah mengalir seperti air’ begitu kata Reyhan.
***
Dibawah langit senja, seorang pria tengah sibuk bermain laptop sembari temani suara gemuruh ombak menenangkan hati. Dua hari telah berlalu, dirinya sangat merindukan wanitanya.
Reyhan berdeham kecil, tangan yang sedaritadi sibuk memainkan keyboard kini beralih mengambil handphone pada saku celananya. Ibu jari terus bergerak mencari nama yang dirindukan.
Ia mengangkat handphone dan menempelkan pada telinga menunggu Olin menjawab. Hening, hanya ada suara angin dan ombak yang saling beradu. Reyhan berdecak kesal, saat ini ia benar-benar sangat merindukan wanitanya.
***
Olin membenarkan rompi yang ia pakai. Matanya terus menoleh kearah jam dinding yang tak jauh dari pandangan. Sudah satu jam berlalu sejak ia men-charger handpone-nya yang mati, Olin menghela nafas panjang.
“Kenapa mbak? kalau lagi banyak masalah jangan dibawa ke tempat kerja dong! ” ucap salah satu pelanggan yang sedang mengerogoh dompetnya untuk membayar.
Olin menggaruk tengkuk yang tidak gatal “Iya maaf ya kak, saya terima uangnya. Silahkan duduk dan menunggu makanan datang! ”
Hari ini sangat panjang, ia sudah berdiri sejak tadi melayani pelanggan yang tak habis habis. Ia terpaksa harus melayani dengan senyum lebar meskipun hatinya kesal menunggu Reyhan yang tak kerap mengabarinya dari kemarin malam.
Satu jam telah berlalu, dalam diri bersorak senang, tetapi wajahnya masih menunjukan kekesalan karena masih banyak pelanggan yang sedang mengantri.
“Silahkan, mau pesan apa? ” Ucap Olin tanpa mengalihkan pandangan yang tengah sibuk membenarkan uang receh untuk kembalian.
“Pesan kamu boleh? ”
Kegiatannya terhenti, semburat merah muncul di kedua pipi Olin saat mendengar suara yang ia rindukan dua hari ini.
“MAS-”
“sttt, kecilkan suara mu babe. ”
“wopss, mau pesan apa mas? ” Senyum yang terus merekah tak pudar dari wajah Olin, dirinya sangat senang melihat Reyhan.
“Pesan kamu, sudah saya katakan diawal. ” Ucap Reyhan dengan nada iseng.
“Mas, yang bener ish. Lihat belakang kamu ngantri itu! ” Olin mengerucutkan bibirnya sembari menahan senyum salah tingkah.
“pftt, seperti biasa. Untuk cake, kamu yang pilihkan. ” Kekeh Reyhan, tangannya bergerak mengacak rambut Olin gemas.
***
Reyhan membenarkan kacamata, matanya fokus melihat beberapa data yang tertunda. Helaan nafas terdengar beberapa kali, dengan lihai jarinya menari kesana-kemari mengetik.
Reyhan mengalihkan perhatiannya kepada jam tangan yang melingkar pada pegelangan tangan. Sekarang sudah menunjukan pukul 8 malam. Cafe yang semula ramai oleh pengunjung, kini hanya tersisa dirinya saja.
Reyhan mengedarkan pandangan mencari sosok wanita miliknya. Terlihat Olin tengah sibuk mengikat rambut, mata Olin menatap kearah Reyhan. Ia mengedipkan sebelah matanya membuat Reyhan tertawa kecil.
Setelah selesai dengan semua pekerjaan, Olin berjalan mendekati Reyhan. Dirinya berlari kecil, lalu memeluk pria tersebut.
“Kangenn” Ucap Olin dengan suara manja khas anak kecil.
“Sudah selesai, sayang?” Tanya Reyhan, ia mengelus halus punggung Olin.
Terasa dalam pelukan Olin mengangguk kecil, Reyhan mencium puncak kepala Olin lembut.
“Kalau begitu, ayo kita pulang. ”
Olin melepaskan pelukan nya, tangannya bersila menatap Reyhan kesal. “Kamu ga kangen aku mas? ”
Reyhan tertawa “Loh, siapa bilang? ”
“Itu aku nya ga di bales kangen juga. ”
“Mas mengajak kamu pulang, karena mas kangen sama kamu. ” Jelas Reyhan mengelus pipi Olin.
Olin berjinjit dan memajukan dirinya mendekati telinga Reyhan. “Kangen sama aku, atau kangen didudukin aku mas? ” Bisik Olin, lidahnya terjulur mejilat daun telinga Reyhan.
Reyhan menghela nafas berat.
“Kita bisa main disini loh, mas. ” Bisiknya lagi, Ia meniup telinga Reyhan menimbulkan geli pada sang empu.
Reyhan menelan ludah, dirinya berdeham kecil. Telinga Reyhan memerah padam mendengar suara nakal Olin yang tengah menggoda nya. Reyhan memegang tengkuk Olin lembut dan tersenyum remeh.
“Dasar lonte. ” Bisiknya.
Reyhan menggendong Olin, tangan nya melesak masuk kedalam baju, mengelus punggung halus Olin. Bibir keduanya kini telah bertaut, Reyhan menyesap bibir ranum Olin dengan kasar, merasakan bertapa manisnya bibir Olin.
Olin kewalahan, ia tak pernah bisa mengimbangi ciuman Reyhan yang begitu kasar dan terburu-buru. Ia hanya mengikuti nalurinya dengan mengalungkan tangan pada leher Reyhan membiarkan pria ini menjamah seluruh permukaan bibir.
Reyhan melumat habis bibir Olin, Olin membuka mulutnya membiarkan Reyhan mengakses lebih jauh. Lidah Reyhan menari dalam rongga mulut Olin, mengabsen satu persatu gigi Olin.
Olin melengguh kecil, tangan nya menekan kepala Reyhan agar memperdalam ciumannya. Semakin panas ciuman mereka, Reyhan mulai membuka pengait bra yang Olin pakai. Kakinya melangkah kearah toilet tanpa melepaskan ciuman mereka.
Ia masuk kedalam salah satu bilik toilet, kemudian mendudukan dirinya diatas closet. Olin memukul pelan dada bidang Reyhan mengisyaratkan bahwa Ia telah kehabisan nafas. Reyhan yang mengerti pun melepaskan ciumannya.
Ia menatap sayu Olin. Tatapannya turun kepada bibir merah yang telah membengkak akibat ulahnya. Ia mengecup bibir tersebut dengan gemas.
Tangan Reyhan yang sedang melingkar pada pinggang Olin pun kini bergerak mulai mengelus kembali punggung yang telah terbebas dari kaitan bra.
Tangannya terus bergerak maju mengelus buah dada kembar Olin yang masih terhalang bra. Reyhan meremas kedua dada Olin sembari terus memperhatikan mimik wajah Olin yang kenikmatan.
Olin menutup matanya malu karena terus ditatap oleh Reyhan, dirinya merasa sangat panas. Vaginanya mulai berkedut, ia menggesekan pada tonjolan Reyhan yang tengah diduduki.
“ngghhhh.. shhhh.. ” desah Olin terus tak bisa diam, terus menggoyangkan pinggulnya.
Reyhan terus menatap Olin sembari tersenyum, Ia merasakan sesak pada celananya. Reyhan menikmati mimik wajah kenikmatan Olin sembari terkekeh setiap kali Olin menyebut namanya dalam desahan.
“OLINNN” Suara teriakan terdengar dari luar toilet, Olin mematung.
Reyhan terlihat santai, ia tidak menghentikan aktifitas memainkan dadanya. Olin menggeliat, Ia memberontak kecil.
“Mas bentar, ada yang panggil aku” Ucapnya melepaskan tangan Reyhan yang sedang meremas dadanya.
Reyhan terkekeh melihat wajah panik Olin, Ia melepaskan tangan, membiarkan Olin turun dari pangkuan.
“OLINNN, UDAH PULANG KAH? ” teriak terdengar lagi, mencari sosok rekan kerja terakhir kali Ia lihat sebelum pulang.
“BELUM, BENTAR TEH INI LAGI BENERIN RAMBUT. ” balas Olin membenarkan pakaiannya yang telah kusut. Telah selesai, Olin keluar dari toilet meninggalkan Reyhan yang sedang menyilangkan tangan santai, bersedekap.
“Olin, tadi teteh kan nitipin hp ke Olin, ada dimana deh? lupa teteh tadi ketinggalan. ” Ucap rekan kerjanya saat melihat Olin keluar dari toilet. ceritasex.site
Olin mengangguk-anggukan kepalanya, ia melewati cika berjalan kearah tempat dimana menyimpan handphone rekan kerjanya itu. sumber Ngocoks.com
“Ini teh, tadi Olin simpen disini.” Ucap Olin memberikan handphone milik Cika.
Cika mengambil handphone-Nya “Makasih ya Lin. ”
“Oh iya, masih ada pelanggan bukan? itu di depan ada tas laptop. Punya siapa? ” Ucapnya lagi sembari sibuk mengotak-atik handphone nya.
“Iya masih ada teh, tadi orang nya nitip bentar mau ke minimarket. Ini Olin juga lagi nungguin pemiliknya. ” Jawab Olin mengarang.
“Mau teteh temenin? ”
Olin membelalakan mata lalu menggeleng dengan cepat. “Gausah teh. ” Ia melihat kearah handphone yang Cika genggam.
“Tuh liat udah malem teh, Olin nunggu sendiri, toh bentar lagi kok! teteh pulangg aja. ” Ucap Olin menunjuk kearah handphone yang Cika genggam.
“Yaudah atuh teteh pulang ya, gapapa kamu serius? ” Tanyanya tak tega meninggalkan Olin.
“Serius teh! ”
“Kalau kamu pulang tutup yang bener ya pintu nya. Teteh pamit, daa” Ucap Cika pergi meninggalkan Olin.
Olin menggangguk sembari melambaikan tangan. Setelah melihat Rekan kerjanya pergi, Ia menghela nafas lega.
Terdengar pintu toilet terbuka, memperlihatkan Reyhan yang sedang berdiri sembari mengangkat halisnya. Olin menarik lengan Reyhan.
“Mas kita main di rumah aja ah. ” Langkanya tergesa-gesa menuju meja Reyhan tadi.
“Main di rumah atau main di mobil? ”
Bersambung…