Suara langkah kaki berjalan memasuki kamar, Reyhan merebahkan tubuh Olin yang berada pada gendongannya. Ia melepas jam yang melingkar di pergelangan tangan, lalu menggulung lengan kemeja dengan tatapan yang masih tertuju pada wanita yang sedang menatapnya juga.
“Ngangkang.” titah Reyhan yang kini menggulung lengan kemeja satunya lagi.
Jantung Olin berdetak tak karuan, tubuhnya yang masih lemas pun terasa kembali panas mendengar suara Reyhan yang semakin berat karena nafsu tertahan sedari tadi.
Olin membuka kedua kakinya dengan tangan menutupi vagina. Ia merasakan gesekan permen yang masih tertanam pada dirinya, Olin melengguh merasakan cairan lendir yang terus saja menetes. Dengan perasaan tak tenang, ia menunggu tindakan selanjutnya dari Reyhan.
Reyhan menatap remeh vagina yang tertutupi kedua tangan Olin, dirinya kini sedang sibuk membuka satu persatu kancing kemeja, lalu ia melepaskan kemejanya perlahan memperlihatkan tubuh ramping dengan otot yang tercetak jelas. Ia mencondongkan tubuh kemudian berjongkok pas dihadapan area favorite-nya.
“Buka.” titah Reyhan lagi sembari menepis kedua tangan Olin yang masih menutupi vagina cantiknya.
Olin selalu terpana melihat tubuh indah lawan jenis, ia merasakan aliran darah mengalir deras dalam dirinya. Olin meringis kecil, perlahan ia membuka kedua tangannya memperlihatkan vagina gemuk yang sudah memerah dengan batang permen yang masih tertanam pun bergerak-gerak karena ulah vaginanya.
“Pftt..” Reyhan memalingkan wajah, ia tertawa kecil lalu kembali menatap vagina Olin.
“Lihat tubuh mas jadi kedutan lagi memek nya? enak ga kedutan sambil disumpel permen gitu? ” Tanya Reyhan, tangannya kini bergerak memainkan batang permen perlahan.
Olin melengguh kembali merasakan pergerakan kecil menggesek dinding vaginanya. “Masshh.. Ahhhh.. ”
“Kenapa sayang? ada apa hum? ” Tanya Reyhan dengan bibir yang masih tersenyum lebar memperlihatkan gigi.
“Mhhh.. tolonggggghhh” Nafasnya memburu, kepalanya bergerak resah kesana-kemari merasakan permen yang terus saja mengusak vaginanya dengan tempo yang semakin cepat.
“Tolong apa sayangg? yang jelas coba kalau bicara. ” Tanyanya lagi mempermainkan wanita yang sedang ia kerjai, Reyhan menjilat bibirnya sendiri melihat permen yang sedang keluar-masuk dalam vagina Olin dengan lendir mengkilat tak berhenti menetes.
“JilAaahhh.. tolonghh jilatthh.. Mhhh sshhhh.. ” Rengek Olin.
“As you wish. ” Ia menarik kasar permen yang sudah terlihat mengecil karena terlalu lama bersarang pada vagina Olin lalu memasukan kembali permen tersebut pada mulut Olin yang terbuka, mendesahkan namanya.
Reyhan kembali menjilat bibirnya, ia memajukan wajahnya yang kini sudah berada tepat pada vagina Olin. Indra penciumannya menangkap aroma melon sisa permen tadi, ia menutup mata sambil terus menghirup aroma tersebut.
Tangannya menampar pelan vagina Olin. Ia menyentuh menggunakan ujung jarinya, mencolek lendir yang terus berjatuhan. Lidah Reyhan terjulur, ia menyesap jarinya sendiri dengan jakunnya bergerak naik turun menelan savila.
“Manis.” Tak pakai lama, ia kembali menjulurkan lidahnya lagi untuk menyapa klitoris yang sedaritadi ia inginkan.
Reyhan melumat rakus klitoris Olin seperti saat ia melumat bibir Olin, namun kali ini objeknya adalah vagina. Rasa manis dari permen terus menyapa lidah Reyhan yang membuat dirinya semakin rakus, suara mengecap yang keluar menandakan bahwa dirinya menikmati vagina cantik sang wanita.
“Sshhhh… mhhhh… Masss eyyhhhh… Ahhhh… makan terushh memek Olin mhhh.. ” Olin mencengkram rambut Reyhan mendorongnya agar semakin dalam menjilat vaginanya. Reyhan memundurkan tubuhnya, ia menatap sebentar kearah Olin yang terus saja mendesah, lalu tertawa remeh.
“Dasar lacur. ” Ia membenamkan kembali wajahnya mengigit klitoris kaku yang mencuat.
“AKHHH.. mashh… Perhhhihh… ”
Reyhan tertawa kembali, ia melamot keseluruhan vagina Olin dengan rakus.
Elelelel slrpppp slrpppp
lidahnya bergerak kesana-kemari membuat Olin bergetar terus mendesahkan namanya saat Reyhan menjadikan santapannya di bawah sana. Olin berusaha meronta menjepit kepala Reyhan yang langsung ditahan kedua tangan Reyhan agar tetap mengangkang. Rontaan yang di keluarkan Olin membuat dirinya tertantang dan semakin rakus menjilati vagina Olin.
“Memek kamu enak sekali sayang, rugi orang-orang gabisa kokop memek kamu seperti mas, cuih. ” Racau Reyhan menampar kemudian meludahi vagina Olin.
Reyhan kembali menghisap vagina Olin, lidah tak bertulangnya kini menusuk-nusuk masuk kedalam lubang Olin dengan ibu jari dan mulai mengucek klitoris cepat, membuat Olin semakin bergetar menikmati permainan Reyhan, tubuhnya hanya bisa bergelinjang saat Reyhan semakin rakus dibawah sana.
Vaginanya terus berkedut merasakan respon dari mulut dan ibu jari Reyhan tak henti mengerjai miliknya. Lubang Olin kembang-kempis mempersilahkan lidah Reyhan yang terus saja menusuk ingin masuk kedalam.
“Mashh… mau dudukihhnn wajah kamu… emhhhh… Olin mau keluAahhh.. ”
Reyhan merasakan penisnya semakin sesak di bawah sana saat mendengar permintaan nakal yang keluar dari bibir manis Olin, ia berhenti sejenak lalu melepas pangutannya dan merebahkan diri bertukar posisi, membiarkan Olin bangun kemudian menaiki wajahnya langsung mengangkang diatas wajah Reyhan yang sudah terlentang.
“Shit, cantik sekali memek kamu sayang. ” Puji Reyhan disuguhi pemandangan indah tepat di hadapannya.
Tak lama mendarat, Olin melengguh saat lidah tak bertulang Reyhan kembali menyambut vaginanya, menjilat-jilat rakus membuat kepala Olin pening merasakan nikmat luar biasa yang Reyhan berikan.
Olin mengigit bibir bawahnya sesekali menahan desahan tak terkontrol keluar dari mulut, Reyhan terus menjilati rakus vagina Olin, satu tangannya dibawah sana kini membuka kaitan celana agar penisnya tidak terlalu sesak.
Ia memegang kedua paha Olin mencengkramnya erat sambil sesekali menampar pantat Olin membuat sang empu mendesah. Ia mengetatkan vaginanya saat Reyhan terus menjilati miliknya dengan rakus.
Olin bergetar menandakan bahwa dirinya akan mencapai puncak, Reyhan yang mengerti pun langsung mengigit kecil klitoris Olin hingga membuat pemiliknya bergelinjang hebat memuncratkan squirting.
“MASHHH.. AHHHH…. ”
CURRHHHH CURRHH CURRHHHH
Jakun Reyhan turun naik menelan seluruh pelepasan tanpa sisa, wajah nya basah penuh dengan sisa-sisa cairan vagina Olin.
Olin terguling kesamping, ia terkulai lemas. Nafasnya memburu dengan vagina yang masih berkedut. Reyhan bangun, menggetarkan tubuhnya duduk di pinggiran kasur.
“Kita belum selesai, kemarilah. ” Titah Reyhan.
Olin mengangguk lemas, dirinya merangkak dari kasur kemudian berjongkok tepat dihadapan selangkangan Reyhan. Telapak tangannya mengusak cenala milik Reyhan sambil mengurut penis bengkok Reyhan akibat masih terhalang celana. Jarinya bergerak akan membuka resleting celana, namun di tahan oleh sang empu.
“Gunakan gigi mu. ” Titah Reyhan yang langsung di angguki Olin, ia memajukan wajahnya lalu mengigit resleting celana Reyhan, menariknya turun.
Reyhan menutup mata, penisnya semakin mengeras melihat Olin. Ia memundurkan tubuh atasnya dengan kedua tangan menahan sebagai tumpuan. Setelah terbuka sempurna, Olin melepaskan celana Reyhan dengan cepat, tangan Olin kini mengelus pelan penis Reyhan yang masih terbalut celana dalam. Meskipun masih terbalut celana dalam, ukuran penis Reyhan yang besar sudah tercetak jelas menonjolkan urat-urat di baliknya.
Olin mengelus batang kaku milik Reyhan yang masih terbalut celana dalam membuat kain tersebut bergesekan dengan penis miliknya.
“mmmhh.. ” leguhan terdengar, Reyhan mengadahkan kepala keatas menikmati sentuhan halus tangan Olin. Suhu tubuh Reyhan memanas, pikirannya melayang habis diburu nafsu. Seolah kosong, dirinya tidak bisa memikirkan apapun saat ini.
Reyhan membuka mata, tiba-tiba saja dirinya mengingat bahwa belum selesai dengan pekerjaan kantor karena terburu-buru ingin bertemu sang wanitanya. Ia mendesah berat, merasa kesal. Olin yang mendengar desahan tak enak dari Reyhan pun terhenti sejenak dari aktifitas menjilat penis. Ia mengernyitkan alisnya seolah bertanya apa yang terjadi.
“Tugas kantor belum mas selesaikan, besok pagi harus segera dikirim. ” Jawab Reyhan mengerti arti dari mimik wajah kebingungan Olin. sumber Ngocoks.com
Olin melihat penis Reyhan yang masih keras, ia menarik celana dalam Reyhan dan mengeluarkan isinya. Penis Reyhan keluar dengan tegak mengacung, kepala penis yang memerah dan urat-urat tebal yang sangat kaku membuat Olin tertawa.
“Kontol kamu aja udah keras gini mas, mau di-stop sampai sini aja? ” Ujar Olin, tangannya mengelus ujung kepala penis Reyhan yang sudah mengeluarkan beberapa cairan precum.
Reyhan mengangguk, dirinya terpaksa menghentikan aktivitas saat ini dan harus fokus pada pekerjaan, tidak ada waktu lagi jika harus menundanya sampai besok.
“Kamu tidur saja, mas selesaikan dulu sedikit lagi. ” Ucap Reyhan sedikit kesal.
“Tapi ini gimana? ” Kini tangan Olin menggenggam batang penis Reyhan sembari mengocoknya naik-turun dengan perlahan.
Reyhan memejamkan kembali matanya, tidak bisa menolak sentuhan Olin saat ini, namun dirinya juga tidak bisa mengabaikan begitu saja pekerjaan kantor.
“Gimana kalau mas fokus sama kerjaan yang tertunda dan aku dibawah puasin kontol mas?”
“mau coba disepongin waktu kerja ga? ” sarannya lagi dengan senyum nakal.
Bersambung…