Dian tiba-tiba terbangun dalam keremangan lampu kamar. Dia tidak tahu berapa lama ia telah tertidur. Kepalanya masih terasa berat dan nafasnya terengah-engah. Dengan paksa, Dian mencoba untuk membuka mata. Namun sejauh ini, hanya kegelapan yang dapat ia tangkap dengan kedua mata bulatnya.
“Kenapa dengan tubuhku?” Tanya Dian dalam hati.
Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, nafasnya panas dan pendek, badannya terasa hangat dan enteng.
“Apa aku terkena demam karena terlalu lama berendam?” Tanya Dian lagi.
Dian merasa fantastis. Seluruh tubuhnya terasa begitu berbeda dari biasanya. Kulitnya terasa begitu kencang, begitu sensitive, hingga ia mampu merasakan semilir hembusan angin dari lubang hidung yang menerpa tubuhnya. Payudaranya membesar dan mengeras dengan putting yang seolah tak mau mengalah, ngilu dan bengkak.
Anehnya, dia tidak merasa lelah sama sekali. Setiap kali ia menggeliatkan badan, gesekan antara kulit dan kain sprei menimbulkan gelitikan aneh di sekujur tubuhnya yang membuatnya seketika merinding nikmat.
“Ooouhh..sssshh…. ada apa dengan diriku ini…?” Tanya Dian sambil terus menggeliatkan tubuhnya, menggesek-gesekkan tubuh sintalnya dengan kain sprei.
“Mas Loddy…. Kamu kok lama sekali sih pulangnya…”
Dian tiba-tiba mengigaukan kehadiran suaminya. Malam ini, ia benar-benar merasa kangen dengan suami tercintanya. Hingga ia menyadari, ada sesosok manusia yang berdiri di sudut kamar.
“Mas loddy… itu kamu ya….?” Tanya Dian.
“Kamu pulang lebih cepat ya mas…?”
“Sini mas…. Mendekat… Adek kangen banget sama kamu mas…. Sini….” Pinta Dian sambil melambaikan tangannya pada sosok tersebut.
Sosok itupun mendekat dan duduk disamping tempat tidur.
“Mas Loddy… kamu kok diam saja… kamu nggak kangen ya sama istrimu yang kesepian ini…?”
Dalam gelap, Dian langsung memeluk sosok lelaki yang ada disamping tempat tidurnya itu dan menciuminya bertubi-tubi.
“Mas… Kamu tahu nggak?…. Mendadak adek pengen begituan….Kamu tau khan mas? Sudah lebih dari 2 minggu adek tak kamu jamah mas… Yuk mas… kamu mau khan…?”
Sosok itu mengangguk.
“Nah… gitu donk mas…ayo sekarang mas buka semua bajumu mas…. Adek udah bener-bener nggak tahan lagi mas… pengen buru-buru ngerasain sodokan batang perkasamu…”
Perasaan kangen yang turut ditunjang dengan birahi yang mendadak muncul, membuat Dian tak sanggup lagi menahan keinginan dirinya untuk disetubuhi secepatnya. Dian tak peduli jika suaminya baru tiba, Dian tak peduli akan rasa capai yang mungkin saja dialami suaminya, yang jelas, malam itu dirinya harus mendapat kepuasan yang sudah beberapa hari ini Dian inginkan.
Mengiyakan keinginan Dian, sosok itupun segera melucuti semua pakaian yang menempel di tubuhnya.
“Kamu tiduran aja ya dek….” Ujar sosok itu dengan nada yang berat.
Sebuah tangan menyentuh kaki Dian dan naik ke lututnya. Sosok itu berayun dan berlutut di antara kakinya, membungkuk dan memberikan ciuman basah di lutut dan paha Dian.
Perlahan namun pasti, ciuman demi ciuman mulai bergerak naik ke arah selangkangan Dian. Ciuman demi ciuman membawa gelijang geli pada paha dan vagina. Membuat sekujur tubuhnya menjadi merinding.
“Ooohhh mas… Stop mas… Geli… “ Desah Dian yang sepertinya kurang setuju akan perlakuan sosok suaminya itu. “Geli mas…. “
“Kamu suka?…” Tanya sosok itu singkat.
“Ho’oh… cuman adek heran…. tumben kamu mau jilat-jilat kaki adek… “
“Kenapa?”
“Biasanya kamu khan ga pernah melakukan foreplay…Adek suka mas…” desah Dian yang merasa keenakan akan stimulus lidah sosok suaminya.
“Kali ini aku punya kejutan yang pasti akan membuatmu suka dek…”
“Kejutan apa mas… kamu mau apa…?”
Mendadak, sosok itu menghentikan jilatan lidah pada kaki Dian, dan langsung berpindah naik keatas. Mulai menjilat celah vagina Dian yang sudah membanjir basah.
“Lendir kamu banyak sekali dek…” ujar sosok suami Dian.
“Mas.. kamu mau apa?… Kamu tahu adek nggak suka dijilat di situ.. ” Dianmengingatkan suaminya, tapi entah kenapa tubuhnya seolah mengijinkan lidah suaminya bermain disitu.
“Nikmatin aja dek…”
“Yah, mungkin malam ini adek pengen nyobain sesuatu yang beda….” Suara Dian meninggi ketika ciuman sosok suaminya itu jatuh di bibir vaginanya. Lidah basahitu bekerja dengan cepat dan efisien. Membuat lendir kenikmatannya membanjir dengan deras.
“Geli mas… geli…” Ujar Dian yang baru kali pertama merasakan oral seks. Dan dengan kedua tangannya, Dian mencoba mendorong suaminya menjauh dari vaginanya yang meranum merah. Namun, tubuh suaminya yang cukup kurus itu terlalu kuat.
“Memek kamu wangi banget dek….” Puji sosok suami Dian yang semakin gencar menjilat dan menyerucup semua lendir vagina Dian.
“Bentar mas.. bentar… adek merasa geli sekali…” Dian menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan, mencoba menghindar dari jilatan buas suaminya yang terasa begitu nikmat itu. Merasa tak tahan lagi akan gelitik rasa geli pada vaginanya, Dian mencoba mendorong kepala suaminya. Di sentuhnya pipi suaminya yang sekarang terasa kempes.
“Shhh… Kamu kurusan mas…” komentar Dian setelah menyentuh wajah suaminya dalam gelap. “Ooouuggghhh…. Enak maaass….”
Mendengar Dian mulai menikmati jilatan lidah kasarnya, sosok suami Dian pun semakin bersemangat lagi untuk mengoral vagina tak berbulu milik istrinya itu.
Dian menyambut keberingasan suaminya dengan meminta kepala yang ada diantara selangkangannya semakin aktif dalam menstimulus vagina dan klitorisnya. Tangan Dian naik dari pipi ke rambut suaminya. Dian mendapati rambut suaminya sudah panjang, dengan pony yang sepertinya sudah menjuntai melebihi alis.
“Oooouuugghh Tuhaaaan… enak sekali mas…” jerit Dian sambil mencengkeram kepala suaminya ketat supaya ia membenamkan lidahnya lebih dalam.
Mendadak, salah satu tangan suaminya menggapai naik, kearah payudara Diandan mulai meremas bongkahan dadanya dengan perlahan. Suaminya meremas puting tegaknya, lalu dengan perlahan ibu jari dan jari telunjuk mulai menyentil, memelintir dan menyentak putting Dian dengan gaya yang berbeda. Jauh lebih kasar daripada biasanya.
Tiba-tiba, pinggul Dian menjadi tidak terkendali, dia akan orgasme.
“Mas… maaassss … adek mau dapet mas… ooouugghhh…“ jerit Dian menjadi-jadi ketika stimulus lidah kasar suaminya semakin beringas. “Oooouugghhh… jilat memek adek terus mas…”
Rupanya, apa yang pada awalnya Dian kurang begitu suka, sekarang ia mulai menikmatinya. Terbukti dari jeritan dan desahan mulutnya yang berkali-kali meminta sang suami supaya memberikannya orgasme secepat mungkin.
“Maasssss…. Adeeek mau kellluuuaaa….”
Namun mendadak, suami Dian itu menghentikan jilatan lidahnya. Berhenti seketika dan menatap Dian yang tergolek lemah di depan wajahnya.
“Aaaaahhh… maaasss… kok berhenti…?”
Dengan nafas yang masih terengah-engah, sejenak, Dian merasa begitu sebal akan perlakuan suaminya barusan. Coba suaminya itu meneruskan jilatan lidahnya, pasti saat ini Dian sudah menggelijang-gelijang keenakan karena orgasme oral pertamanya. Orgasme yang sama sekali belum pernah ia dapatkan dari daging yang bernama lidah.
“Yuk mas… adek udah nggak tahan…” pinta Dian yang sudah tak mampu lagi menahan desakan gejolak birahinya.
Dian merasa begitu menginginkan hadirnya batang penis suaminya untuk menggaruk kegatalan yang ada di dalam lubang vaginanya. Dian merasa, inilah saatnya bercinta setelah beberapa minggu ditinggalkan suaminya keluar kota.
“Mas… yuk mas… sodok memek adek mas… adek udah ga tahan lagi…” ujar Dian sambil meminta badan suami yang masih berada di selangkangannya untuk naek ke atas dan menindih tubuh langsingnya.
Tanpa membuang waktu lama, Dian menjulurkan tangannya kebawah dan meraihselangkangan suaminya. Walau masih dalam kondisi kamar yang remang, dengan sigap, Dian mampu menangkap batang panjang milik suaminya.
“Titit kamu keras sekali mas… jauh lebih keras dari biasanya…”
Ada perasaan bangga yang dirasa oleh Dian begitu ia menggenggam penis panjang suaminya. Karena setelah lebih dari 15 tahun menikah, suaminya masih menghargai keseksian dirinya dengan bisa ereksi sekeras ini. Bagi Dian, kerasnya ereksi adalah salah satu penghargaan lelaki yang bisa ditunjukkan kepada wanitanya.
Tapi, malam ini penis suaminya itu terasa begitu berbeda. Sangat jauh berbeda.
Dian merasa, batang panjang yang menggelantung di selangkangan suaminya itu bukanlah daging penis seperti yang biasa ia rasakan selama ini. Dian merasa daging itu lebih mirip pentungan kayu, sama sekali bukan lipatan daging lembek seperti biasanya.
“Titit kamu beda mas… rasanya kok panjang banget ya… ?“ Tanya Dian keheranan. Namun karena keinginan Dian untuk segera mendapatkan birahi sudah terlalu tinggi. Ia sama sekali tak mempedulikan keanehan batang suaminya itu, dan dengan sigap Dian menarik batang penis suaminya itu mendekat ke arah celah vaginanya yang sudah membanjir basah oleh cairan pelumas.
Malam itu Dian benar-benar sudah terlalu bernafsu. Ia seolah sangat menginginkan untuk dapat merasakan kenikmatan persetubuhan. Ia ingin segera dapat merasakan gelijang orgasme.
“Pokoknya aku harus puas malam ini…” Desah Dian pada sosok suaminya itu.
“Iya dek… kamu bakal mendapatkan semuanya itu malam ini….”
“Buruan mas… Setubuhi istrimu ini….” semburnya keluar.
“Adek pengen ngentot mas…”
“Entotin adek sekarang.”
Dian mendadak heran, tak pernah dalam sejarah kamus hidupnya ia menggunakan pemilihan kata kasar ketika bercinta. Ia selalu berkata “ Tusuk atau Sodok”. Ia tak pernah menyebut kata “Entot”
Dan itu kata jorok pertamanya ketika lebih dari 15 tahun bercinta
Dian membuka kedua pahanya lebar-lebar, seolah mempersilakan batang panjang suaminya untuk dapat segera berkunjung ke rahimnya.
“Titit kamu besar banget mas….” Puji Dian berkali-kali kepada suaminya itu. “Adek pasti puas malam ini…”
Walau sedang dalam kondisi birahi tinggi, Dian sekilas berpikir akan perubahan penis suaminya saat ini. Penis itu tumbuh menjadi begitu besar dan panjang. Bahkan tumbuh terlalu besar. Karena ketika kepala penis itu mulai mendobrak pertahanan celah kewanitaannya, timbul rasa sakit yang tak pernah Dian rasakan selama ini.
“Pelan-pelan mas…. Sakit banget…” desah Dian sambil mencoba merasakan enaknya persetubuhan itu.
Namun, entah karena sudah terlanjur merasakan enak, atau karena sama-sama tak sabar untuk merasakan nikmatnya persetubuhan, sosok itu sama sekali tak menggubris permintaan Dian, karena yang terjadi, suami Dian itu terus mendorong batang panjangnya untuk masuk kedalam celah sempit yang sudah membanjir basah itu.
Secara berkala, sodokan demi sodokan mulai membuka celah kenikmatan Dian. Menghantar gelombang geli, sakit dan nikmat yang tak terucap. Hingga mau tak mau Dian harus membuka membuka kakinya lebar-lebar guna mengakomodasi besarnya batang penis yang ada diantara pahanya.
“Penis Loddy tampaknya telah tumbuh begitu besar hingga saat ini, vaginaku terasa begitu penuh….” Batin Dian.
Dian merasa, jika ujung penis suaminya terasa seperti bola golf yang sangat besar dan keras. Walaupun saat itu Dian sudah membuka paha dan vaginanya lebar-lebar, tetap saja, malam itu, ia merasa seperti perawan yang sama sekali belum pernah bercinta sedikitpun.
Sakit, perih dan tersiksa.
Semua terasa sama sekali tak proporsional. Karena malam itu, yang Dian rasakan bukanlah rasa nikmat seperti persetubuhan yang biasa mereka rasakan . Melainkan lebih mirip seperti sakitnya vagina ketika melahirkan.
Dan dari rasa sakit ini, mendadak Dian sadar, benar-benar sadar, jika penis suaminya ini begitu besar, malah terlalu besar.
“Apakah sekarang Lody menggunakan Viagra…?” pikir Dian. Karena hanya itulah satu-satunya pemikiran yang muncul di otak Dian.
Kembali, rasa dan keinginan untuk dapat segera merasakan kenikmatan orgasme melanda pikiran Dian. Sehingga, guna mencapai itu semua, mau tak mau Dian harus mengesampingkan rasa sakit yang teramat sangat di vaginanya itu.
Sejenak Dian mencoba memejamkan mata, berkonsentrasi penuh untuk menghilangkan rasa sakit dan mencoba focus kepada kenikmatan sodokan batang panjang suaminya.
“Kesempatan nikmat seperti ini tak boleh aku sia-siakan…” Batin Dian sembari terus mengakomodasi batang panjang suaminya yang sudah banyak terbenam di vaginanya. “Terlebih dengan segala macam kesibukan pekerjaan Loddy yang semakin tinggi… Aku harus puas… aku harus puas…”
“Nggak tiap hari aku bisa merasakan kenikmatan bersetubuh…” Pikir Dian lagi. “Terlebih dengan adanya Mitha yang sekarang sudah semakin dewasa… Tak bisa lagi setiap saat, aku dan Loddy bebas bercinta”
Pikiran Dian untuk beberapa saat kembali pada Mitha, putrid semata wayangnya yang sekarang sedang menjalani hukuman kurung di kamarnya, mitha yang semakin susah diatur, semakin bandel, dan sedang kasmaran dengan ojek kampong.
“Aku harus segera membicarakan masalah ini dengan Loddy besok…yang jelas, sekarang aku harus puas terlebih dahulu..”
“Tapi………”
Tiba-tiba, Dian segera tersadar. Dian dan Mitha khan baru saja bertukar tempat tidur. Yang ada di kamar tidur Dian adalah Mitha, dan yang sedang berada di kamar Mitha adalah Dian.
“Mas… Kok kamu tahu adek tidur disini…?” Tanya Dian sedikit heran.
Alih-alih menjawab pertanyaan Dian, Loddy semakin memperdalam sodokan penisnya.
“Aaahhhsss….Mas… Kok kamu bisa tahu adek ada disini? “ Tanya Dian sambil keenakan.
Heran, bingung, sekaligus penasaran. Berjuta pertanyaan tiba-tiba timbul dalam pikiran Dian. Bagaimana suaminya bisa tahu jika dia mala mini tidur di kamar putrinya?
“Ini aneh sekali mas… benar-benar aneh “ gumam Dian. “Terlebih, titit kamu. Tidak seperti biasanya. Titit kamu terlalu besar mas…”
“Ya beda lah…” Ujar sosok lelaki yang masih menindih tubuh langsing Dian dan menyodok-nyodokkan sekujur batang penis panjangnya kedalam celah kenikmatan Dian yang membanjir basah.
” Karena aku bukan suami tante….”
DEG…
Mendengar perkataan sosok yang sedang menyetubuhinya itu, jantung Dian seolah berhenti berdetak.
Sekilas, dari suara dan cara bicaranya, Dian tahu siapa sosok yang sedang bercinta dengannya. Sekilas, dari postur tubuh, potongan rambut dan aroma tubuhnya, mia mengenali siapa sosok yang saat ini sedang menyetubuhinya. Dan sekilas, dari ukuran batang penisnya yang jauh dari normal, Dian yakin jika sosok yang sedang memberikan kenikmatan duaniawi ini adalah, Udin.
“Tante bakal suka kontol panjang saya… tante bakal merasakan bagaimana kontol besar ini akan memuasin memek gatel tante…” Suara mesum itu kembali terdengar dengan jelas. Suara yang beberapa saat lalu sangat ia benci. Suara yang beberapa saat lalu sangat hina ditelinganya. Suara yang jelas-jelas bukan milik suaminya.
“Udin….?” tanya Dian dengan nada benar-benar panik. sebelum ia menutuptangannya ke mulutnya.
“Iya tante… saya Udin… pacar Mitha…”
Bersambung…