Astaga, ternyata sosok yang saat ini sedang menyetubuhi dirinya bukahlah Lody, suami Dian. Sosok itu adalah Udin, si ojek kampung pacar Mitha, anak semata wayangnya.
Tak pernah sekalipun Dian membayangkan akan terjadinya situasi seperti ini. Dian tahu sekali akan Loddy suaminya yang sangatlah pencemburu. Senyum sedikit ke lelaki lain saja, bisa membuat Lody menjadi uring-uringan, apalagi sampai melakukan perselingkuhan. Dian tak bisa membayangkan betapa murkanya Loddy jika dia sampai tahu wanita yang ia nikahi, saat ini sedang bersetubuh dengan orang lain.
“Bangsat lo din… cepet cabut tititmu…. Cabut….!!!”
Dengan segenap tenaga, Dian berusaha mendorong tubuh Udin. Namun sekuat-kuatnya tangan ramping Dian, ia seolah mendorong tembok. Tubuh kurus Udin sama sekali tak bergerak, sedikitpun..
“Tante… Memekmu seperti memek perawan Tan… peret banget…” kata Udin.
“Bangsat lo Din… Bangsat… CABUUUTT….”
Tak kehabisan akal, Dian mulai memukul-mukulkan genggaman tangannya ke wajah tukang ojek itu.
Tapi, Udin yang sudah merasa berada diatas angin, segera menangkap kedua pergelangan tangan Dian dan langsung melentangkannya jauh-jauh kearah samping, sehingga Dian yang dalam posisi tak berdaya, lebih terlihat seperti orang yang pasrah daripada orang yang meronta-ronta.
“Bangsat lo Din… Cabut titit lo Din… Cabut…!!!”
Melihat Dian yang masih mencoba meronta, Udin tak kehabisan akal. Mulut dengan bibir tebalnya langsung ia majukan kedepan, menyeruput putting kiri Dian yang tegang kemerahan.
Melihat posisi yang sangat tak menguntungkan ini, “Ooouuugghhhh…. Sshhh…. “ mau tak mau Dian hanya bisa melengguh.
“OOuuhhhggg… Bangghsaaat lo Diinn…” ujar Dian yang seolah mencoba merasakan gelijang kenikmatan pada putting payudaranya. Sejenak rontaan tangannya mereda, dan tubuhnya melemas.
Melihat Dian yang sudah takluk akan jilatan dan kenyotan bibirnya, Udin tak langsung mendiamkan wanita jajahannya begitu saja. Dengan gerakan perlahan, Udin yang merasa jika sekujur batang penisnya sudah sepenuhnya masuk ke dalam vagina Dian, mulai menggerakkan batang panjangnya mundur
“Bener nih tante ga mau ngentot ama Udin…?” Tanya tukang ojek itu dengan nada menggoda sambil mulai menggerak-gerakkan batang penis yang sudah menancap dalam di vagina Dian.
Mendengar suara cabul Udin, Dian yang semula terlena seolah kembali tersadar.
“Bangsat lo Din… CABUT BANGSAT… CABUT….” Dian meronta lagi sejadi-jadinya.
Udin yang masih merasa diatas angin kembali menggoda keimanan vagina Dian. Dengan tak mengurangi gerakan-gerakan menyodok pelannya, ia terus menggoda liang kenikmatan Dian dengan batang penis raksasanya.
Udin tahu, jika walau Dian berkata bahwa ia sama sekali tak menginginkan persetubuhan yang terlarang ini, vagina Dian berkata hal yang berbeda.
Vagina Dian sudah sangat becek dan merekah merah. Lendir yang keluar dari akibat persetubuhan batang dan celah kenikmatan ibu satu anak ini pun tak dapat berbohong. Merembes, banjir keluar dengan derasnya dan mulai berubah menjadi busa-busa putih.
“Bener nih tante ga mau Udin entotin…?” Goda Udin
“Cabut Din… Cabuuuuuttt…” Ujar Dian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Yaudah kalo tante nggak mau… Udin bakal cabut kontol ini…” ujar Udin santai. Dibenamkannya batang panjang miliknya itu untuk terakhir kalinya, sebelum ia benar-benar mencabut keluar secara perlahan.
“Ouuuhhhh….” Erang Dian ketika merasakan penis besar Udin itu terbenam seluruhnya kedalam liang kenikmatannya dan menyentuh dinding terdalam dari vaginanya.
“Titit Ojek kampung ini benar-benar enak… Titit ini mampu menggelitik vagina terdalamku…. Beda sekali dengan titit mas Loddy…. Benar-benar beda….” Galau batin Dian.
Matanya terpejam, dan bibir bawahnya tergigit.
Tiba-tiba, timbul perasaan galau dari dalam pikiran Dian ketika Udin mulai mencabut batang panjang penisnya. Dian merasakan sensasi yang aneh. Dian merasa begitu kosong. Dian merasa, seperti ada kesedihan yang mendalam seiring tercabutnya penis panjang Udin dari vaginanya.
Depresi di wajah cantik Dian terlihat begitu besar, dan entah apa yang ada dipikiran Dian saat itu sehingga pada akhirnya, kaki Dian mendadak merangkul pinggang Udin, menahan gerakan mundurnya dan meminta untuk maju kembali.
“Kok kaki tante nahan pantat Udin…? Tadi bilangnya suruh nyabut….?”
Galau, bingung, benci, dan pingin. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu.
Memang sih, penis Loddy tak sebesar penis Udin.
Penis Loddy juga tak sepanjang penis Udin.
Dan yang paling nyata, penis Loddy tak seenak penis Udin.
Setetes air mata meleleh dari sudut matanya. Membayangkan kenikmatan dosa yang sedang ia lakukan. Dian harus segera memutuskan. Persetubuhan ini adalah salah. Benar-benar salah. Dian adalah wanita yang terhormat, walau ia tak menjabat apapun, namun di mata tetangga dan lingkungannya, derajat Dian cukup tinggi. Cukup disegani.
Disatu sisi, Dian sangat menginginkan persetubuhan ini, Dian sangat haus akan sensasi orgasme yang sudah lama tak ia rasakan dari penis Loddy, suaminya, dan entah kenapa, Dian mulai menikmati debaran aneh yang menggelora dalam dadanya dan vaginanya.
Namun, kembali Dian bimbang, tak peduli berpedoman pada alasan apapun, namanya selingkuh adalah hal yang sangat salah. Dian harus memutuskan sesuatu. Harus….
“Entot aku Din…” Desah Dian dengan bibir yang masih tergigit.
“Haah? Udin ga salah denger nih Tan…?” Tanya Udin.
“Gila… Kamu gila Dian… kamu bakal bercinta dengan orang yang sama sekali bukan suamimu” pikiran sehat Dian mencoba menyadarkannya “Dia hanyalah tukang ojek…”
Tapi, benar kata pepatah “Nafsu mampu merubah segalanya…”
“Iya… Entot aku Din…. Entot aku dengan kasar….” Pinta Dian dengan kalimat kotor.
Pada akhirnya, Dian tak bisa lagi menghiraukan akan segala macam norma ada yang berlaku. Saat ini, hanya satu hal yang benar-benar ia inginkan.
Mendapat kepuasan dengan maksimal.
Kembali, Dian menggerak-gerakkan kakinya yang masih melingkar di pinggang Udin. Kaki jenjang itu seolah meminta pinggang Udin untuk kembali maju, menabrakkan batang panjang penisnya ke liang senggamanya yang terdalam.
“Entotin aku Diiinnnn… Entotin aku….” Dian berkata tanpa berpikir.
Pikirannya seolah tertutup oleh kenikmatan dari penis besar Udin. Penis yang terasa seolah selalu bergetar di setiap saraf vaginanya. Vagina gatal yang selalu haus akan gelitikan urat-urat penis ojek kampung ketika meluncur keluar masuk.
Dian merasa penis Udin mampu menyentuh daerah terjauh vaginanya. Penis itu seolah menggapai dan menggaruk hingga sangat dalam, menekan rahimnya dengan keras setiap kali ia sodok.
“Tante bakal puas… Tante ga bakal kecewa… dan tante bakal menginginkan kontol Udin untuk selalu dapat memuaskan tante….”
Tanpa mengambil ancang-ancang, Udin segera menghajar liang senggama milik ibu kekasihnya itu. Menghajar dengan sekuat tenaga, menusukkan dalam-dalam penis berukuran ekstranya.
Tanpa rasa ampun.
“CPAK… CPAK… CPAK… CPAK… CPAK…”
Suara tumbukan penis dan vagina basah terdengar begitu keras di tengah suasana malam yang gelap ini.
“Ooouuhhh… Memekmu benar-bener enak Tan… Jauh lebih enak dari memek pelacur di kampung sebelah….” Desah Udin yang semakin mempercepat sodokan di vagina Dian.
“Kurang ajar, vagina terawat milikku dibandingkan dengan vagina pelacur murahan” batin Dian.
“Sumpah… Enak banget Tantekuuu….. sepertinya Udin bakal cepet keluar nih Tan, kalo peretnya memek tante kayak gini…”
Merasakan kenikmatan jepitan vagina ibu satu anak ini, Udin seolah kesetanan. Matanya merem melek, dan mulutnya terus melumat kedua putting payudara Dian. Seolah tak mau kalah, Dian pun merasakan hal yang serupa. Gatal di vaginanya seolah terobati oleh sodokan-sodokan kasar ojek kampung yang semula tak ia sukai itu.
Saat ini, Dian sama sekali tak merasakan adanya perasaan jijik sedikitpun ke Udin. Tak ada perasaan marah, ataupun benci. Dan anehnya, vaginanya yang beberapa saat tadi terasa begitu perih menyakitkan, akibat sodokan penis panjang Udin, saat ini tak terasa menyiksa lagi. Malah, penis besar, hitam, dan menyeramkan itu, sekarang terasa begitu enak.
“Tante… Udin mau keluar…” ujar ojek kampung itu tiba-tiba.
“Ooouuhh… Kamu pake kondom khan Din…?” Tanya Dian keenakan.
“Enggak.. Udin kalo ngentot da pernah pake kondom..”
“Sialan…” jerit Dian.
“Tapi tenang saja Tan… Tante ga bakalan hamil ketika pertama kali bercinta dengan orang baru… terlebih jika tante merasa keenakan” kata Udin dengan muka serius.
“Pemikiran bodoh, aneh dan menyesatkan darimana itu…?” Tanya Dian
“Dari teman-teman Udinlah Tan..” jawab Udin lagi.
“Cabut tititmu ketika kamu keluar… Jangan keluarin spermamu didalam memekku… ” Pinta Dian
Seperti sepasang pedagang dan pembeli yang sedang dalam proses negosiasi, Dian dan Udin pun tawar menawar sembari saling merasakan kenikmatan persetubuhan yang mereka lakukan.
“Yah… kalo ga boleh didalem, trus dikeluarin dimana donk…?”
“Dikamar mandi aja….”
“Nggak mau ah… Kalo Udin ga boleh keluarin peju di memek Tante, Udin mau Tante sepongin kontol Udin, trus pas Udin mau keluar, Tante telan peju Udin…”
“Nggak mau….”
“Yaudah… Kalo gitu Udin tetep keluarin peju Udin di memek Tante…” ujar Udin sambil terus menyodok-nyodokkan penis panjangnya ke Dian.
Seumur-umur, Dian belum pernah melakukan oral seks. Apalagi sampai menelan sperma lawan mainnya.
“Ternyata… Tante ga sehebat Mitha” Ujar Udin tiba-tiba sambil menghentikan gerakan sodok-menyodoknya.
“Kenapa dengan Mitha…?”
“Yaudah deh…. Gapapa… Kali ini Udin keluarin peju dikamar mandi… Besok pagi aja Udin minta Mitha buat nyepongin kontol Udin…”
DEG…
Kembali, detak jantung Dian seolah berhenti berdetak setelah mendengar kata-kata Udin barusan.
Tukang ojek ini bakal meminta putri satu-satunya buat mengoral penisnya jika Dian tak mau mengabulkan permintaannya. Dan seolah tahu akan kelemahan utama Dian, Udin menyengir lebar.
“Besok kamu minta Mitha nyepongin kontolmu Din…?” Tanya Dian bingung.
“Iyaa…. Abisan Tante ga mau nyepongin kontol Udin…” Jawab Udin enteng.
“Kalo tante sepongin kontolmu…. Kamu ga bakal minta ama Mitha lagi khan Din….?”
“Iya…. Kalo tante selalu muasin kontol Udin… Udin ga bakal minta Mitha lagi….”
Dian tak bisa berpikir jernih jika sudah disangkut pautkan dengan putri kesayangannya. Seolah kehilangan kesadaran, akhirnya Dian menyetujui permintaan aneh Udin.
“Jadi gimana tan? Tante bakal sepongin kontol Udin khannn…??” Tanya Udin yang seolah sudah tahu jawabannya
“I.. iya…. Din….” Jawab Dian terpaksa.
“Mulut tante bakal nerima pejuh Udin…?”
“Iya…”
“Tante bakal bakal telen pejuh Udin…?”
“……” tak menjawab pertanyaan terakhir Udin, Dian hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Gila Dian… Kamu sudah benar-benar gila…” Selama ini, membayangkan air mani saja sudah membuat Dian merasa mual, apalagi menelan sperma. Itu hal yang sangat menjijikkan, tapi, setelah dipikir-pikir, hal itu jauh lebih baik daripada kemudian ia mendapati dirinya hamil karena benih tukang ojek.
“Okelah kalo begitu… sekarang Tante bakal merasakan gimana nikmatnya kontol Udin…”
Merasa senang karena permintaaan Udin yang dikabulkan Dian, Udin kembali mengambil ancang-ancang. Membetulkan posisi paha Dian dan meletakkan betis kaki jenjang Dian pada pundaknya. Kali ini Udin bakal melancarkan sodokan-sodokan brutalnya dengan cara yang lebih brutal.
Dian yang sudah pasrah, mendadak merasakan kenikmatan dari hal yang dinamakan persetubuhan. Rasa nikmat yang sudah lama tak ia rasakan. Rasa nikmat yang sudah lama tak ia peroleh dari suaminya.
“Sssshh… Oooouuggghhh… Diiinnn… Sssshhhh…” Desah Dian.
Dian tak lagi banyak berbicara. Ia hanya mendengus dan mengerang. Dian mulai menyerah pada kenikmatan dan kedatangan gelombang orgasme dari batang panjang tukang ojek yang dulu ia benci.
Ibu 34 tahun ini terlihat begitu menikmati permainan cintanya yang ia lakukan dengan batang panjang milik pacar putrinya.
Dian mulai menancapkan kuku jemarinya dan melenguh begitu keras setiap kali Udin menyodorkan penisnya secara brutal dan tak menentu. Dian di ambang orgasmenya lagi. Namun kali ini gelombang orgasme yang akan datang, jauh lebih besar dari gelombang orgasme beberapa saat lalu.
Kakinya secara otomatis dia dirangkulkan ke pinggang Udin. Meminta-minta supaya Udin membenamkan dengan ganas semua batang panjang itu kedalam kemaluannya. Hingga pada akhirnya…
“Ooooouuuuggggghhh… Dddiiiinnnnnn….” Teriak Dian sembari mencakar punggung hitam Udin. Orgasme Dian pecah. Orgasme yang sudah lama ia nantikan akhirnya dapat ia rasakan juga. Orgasme besar yang baru kali ini ia rasakan. Orgasme yang ia peroleh bukan dari suami yang ia cintai.
“Udin juga keluar Tanteee…..” Teriak Udin sambil mencengkeram keras buah dada Dian. “Kita keluar bareng-bareng….”
“OOoooouuuggghhh….. “ tubuh Dian tiba-tiba mengejang. Punggungnya membusur kebelakang, kepalanya mendongak keatas dan bola matanya memutih terbalik. Dian merasa tubuhnya begitu hidup. Karena kedutan orgasme yang menyerang sekujur organ kewanitaannya begitu hebat.
“Ssshh…. Tantee….. Ennaaaakkk baaanngeeettt…. Ooouuuggghhhtt…..” Teriak Udin begitu batang penis panjangnya memuntahkan lahar kenikmatan.
Kaget mendengar teriakan Udin, Dian buru-buru sadar. “Oh tidak,” ujarnya tergagap “Tarik keluar din…”
Walau mendengar permintaan Dian, namun Udin sepertinya sudah tenggelam dalam kenikmatan yang ia terima dari vagina Dian. Alih-alih mencabut penis dari vagina, ia malah tersungkur jatuh kedepan. Menimpa tubuh sintal Dian.
Telat. Penis Udin memuncratkan tujuh gumpalan panas ke dalam vagina Dian. Tujuh gumpalan sperma yang langsung memenuhi rongga rahimnya. Tujuh gumpalan sperma yang bakal membuat Dian hamil.
Tapi entah apa yang ada di pikiran Dian saat itu. Karena walau baru saja menerima semua sperma tukang ojek kampung itu, Dian hanya bisa terdiam sambil sedikit tersenyum.
“Panas sekali sperma tukang ojek ini…” batin Dian.
Untuk beberapa saat, kedua insan ini menghentikan segala aktifitasnya. Mereka saling tindih dengan nafas yang putus-putus.
Dian yang merasa bahagia akan efek euforia orgasme hanya bisa tersenyum mendengar gombalan tukang ojek ini.
Orgasme kali ini benar-benar terasa begitu dahsyat, bahkan walau sudah 5 menit orgasme, vaginanya masih terasa berdenyut hebat. Vaginanya masih terasa kesemutan.
“Tante… kalo Udin mau ngentotin lagi… Tante masih kuat…?” bisik Udin sambil mengecupi pipi ibu satu anak ini.
“Emangnya titit kamu masih bisa bangun lagi Din…?” Tanya Dian heran.
“Kontol tante…. Bukan titit…titit mah punya anak kecil… kalo punya udin namanya kontol..” koreksi Udin.
“Eh iya… kontol…” ujar Dian langsung mengoreksi kalimatnya.
Udin hanya tersenyum melihat ibu kekasihnya ini pasrah menerima semua perlakuannya.
“Bisa donk tante….” Jawab Udin enteng sambil mulai menggerak-gerakkan batang penis panjangnya yang masih menancap erat di vagina Dian.
Dian langsung merintih lirih begitu merasakan penis lembek Udin yang mulai bergerak keluar masuk lagi.
“Gimana rasanya kontol Udin tan…? Enak nggak?” Tanya Udin sembari terus menggerak-gerakkan penisnya maju mundur.
Dian mengangguk.
Merasa reaksi Dian kurang menggemaskan, Udin kembali bertanya. “Gimana tan? Jawab donk… gimana rasanya…?”
“Enak Din….Enak…”
“Yakin bener-bener enak….?” Goda Udin lagi.
“Iya… Din… Bener-bener enak….”
“Enak mana ama kontol suami tante…?”
DEG
Tiba-tiba Dian kembali teringat akan suaminya yang saat ini sedang tak ada di rumah. Suami tercinta yang saat ini sedang Dian dustai. Suami setia yang yang saat ini sedang Dian selingkuhi.
“HAP…” Udin tiba-tiba sambil mencaplok payudara gedhe Dian.
“Ooouugghh…” seolah terkaget akan perselingkuhan yang belum terselesaikan ini. Dian segera tersadar.
““Enak mana tan…?” Tanya Udin lagi sambil memilin-milin putting payudara Dian yang bebas. “Enak kontol Udin atau enak kontol suami tante…?”
Perlahan namun pasti, birahi Dian yang baru saja terpuaskan oleh persetubuhannya dengan tukang ojek ini meninggi, seiring jilatan lidah kasar Udin di payudara Dian. Perlahan namun pasti, vagina yang masih saja berkedut dahsyat karena orgasme, mulai melelehkan lendir kewanitaanya karena goyangan penis lembek udin yang keluar masuk.
Perlahan namun pasti, Dian mulai menikmati perselingkuhan kilatnya ini. Dan perlahan namun pasti, sensasi nikmat penis Loddy, tergantikan oleh batang panjang menyeramkan milik Udin. Hingga pada akhirnya, air mata Dian menetes ketika menjawab pertanyaan Udin barusan.
“Kontolmu Din…” Jawab Dian sambil menatap tajam sosok pria yang sedang menyetubuhinya itu.
“Kenapa tan…? Udin nggak denger….”
“ENAKAN KONTOLMU DIN….”
“Hehehehe… makasih ya tan… memek tante juga enak banget…”
“Maafkan adek mas…. “ batin Dian “Adek tak bisa menjaga kesucian pernikahan ini…. Adek tak tahu harus melakukan apa guna mencegah perselingkuhan nikmat ini…”
Dian tahu, jika apa yang ia lakukan malam ini adalah sebuah kesalahan. Dian juga tahu jika tak sepantasnya ia bercinta dengan pacar putrinya. Namun satu hal yang tak bisa Dian pungkiri.
Persetubuhan yang baru mereka lakukan belasan menit dengan tukang ojek ini, jauh lebih nikmat daripada persetubuhan yang ia lakukan belasan tahun dengan suami tercintanya.
“Tante… coba deh tante sepongin kontol Udin…” mendadak, tukang ojek yang sedang menggerakkan pinggangnya maju mundur, mencabut batang penis panjangnya dan menyodorkan pada mulut Dian.
“ASTAGA…. BESAR SEKALI DIN….” Bisik Dian histeris sambil menutup mulutnya. Dian tahu jika Udin memiliki penis yang sangat besar, namun Dian tak tahu jika penisnya sebesar itu.
Selama ini, yang Dian tahu tentang penis udin hanyalah dari photo-photo yang ada di laptop Mitha. Namun hal itu sangatlah berbeda, karena setelah mengetahui bagaimana kondisi batang kelamin yang menjuntai panjang dari selangkangan tukang ojek langganannya itu, Dian baru sadar, jika penis Udin yang sebenarnya jauh lebih besar daripada photo yang ada di laptop putrinya.
Penis udin yang walau belum ereksi sepenuhnya, sudah membengkak sebesar pergelangan tangan Dian. Penis itu terlihat begitu menyeramkan dengan ditambah oleh urat-urat hitam yang tumbuh di sekujur batang penisnya.
“GILA… ternyata aku baru saja disetubuhi oleh botol air mineral…” ujar Dian dalam hati. “Pantesan, penis ini tadi terasa begitu menyakitkan….”
Jemari lentik Dian perlahan mulai menyentuh batang penis Udin yang menggelantung lemas. Dengan seksama, Dian memeriksa batang raksasa milik pacar putrinya.
“Tititmu kok bisa besar sekali sih Din…? Mana Hitam sekali… ?” Tanya Dian sambil berulang kali membalik-balik batang hitam yang berlumuran lendir vaginanya itu.
“Kontol tante… Kontol… bukan titit..” koreksi Udin lagi.
“Eh iya… Kontol…”
“Gak tahu tan… dari lahir kontol Udin emang udah seperti ini…”
Iseng, Dian tiba-tiba ingin mengurut batang penis panjang yang ada di hadapannya. Dan begitu diurut, dari lubang kepala penis Udin, ternyata masih ada beberapa tetes sperma yang muncrat. Mengenai mulut serta hidung Dian.
“Hahahahahaha…” melihat Dian terkaget-kaget, mendadak Udin tertawa.
“Masih ada aja Din pejuhmu….”
“Iya donk… Udiiinnn…..” bangga ojek kampung sialan itu.
Wajar memang jika Udin berbangga ria akan kehebatan batang kejantanannya itu. Karena walau Dian tak pernah tidur dengan lelaki lain, seorang pria akan merasa begitu hebat jika ada wanita yang memuji kemampuannya diatas ranjang.
Mendengar Udin yang masih berbangga ria, entah mendapat semangat dan dorongan darimana, Dian mendadak merasa ingin mengetahui sebatas apa kemampuan dirinya dalam memuaskan lelaki.
“Din… boleh nggak…?” Tanya Dian malu-malu.
“Pengen apa ya tan…?”
“Hmmm…. Tante pengen…..”
“Pengen apa tantekuuu…?”
“Tante pengen sepongin kontol panjangmu…”
“Hahahaha… idih tante… kok sekarang kamu nakal sih…?”
Sekarang, Dian, ibu satu anak ini merasa seperti kembali ke masa beberapa tahun silam. Masa dimana dia dan suaminya sedang akan melakukan malam pertama. Masa pacaran ketika pernikahan baru saja akan dimulai.
Bersambung…