Masa dimana seks terasa serba malu-malu. Namun bedanya, di hadapan Dian bukanlah Loddy suaminya. Melainkan Udin, ojek kampung yang beberapa saat lalu sangat ia benci.
“Boleh ya Udin sayaaannggg….?”
“Bentar-bentar… kamu mamanya Mitha khan…? Bukan pelacur kampung sebelah…?” ujar Udin sambil menjauhkan pinggangnya dari mulut Dian. Sengaja mencegah Dian ketika ingin melahap kepala penisnya.
“Kamprett.. Lagi-lagi Udin sialan ini membandingkanku dengan pelacur murahan…” sengit Dian dalam hati “Namun masa bodoh-lah… yang jelas, aku pengen ngerasain kenikmatan orgasme lagi…”
“Iya, aku Dian, mamanya Mitha…” ujar Dian singkat
“Yakin… kamu tante Dian? ”
“Iya…emangnya kenapa?”
“Abisan…. Kok sekarang tingkah lakunya mirip pelacur?”
“Aku bukan pelacur… aku mamanya Mitha…”
“Ahh… kamu bukan mamanya Mitha… kamu pasti pelacur…” canda Udin lagi sambil kembali menjauhkan batang penisnya dari mulut Dian. “Soalnya cuman pelacur yang mau nyepongin kontolku…”
“Udiinnn…..siniin…”
“Ngaku dulu donk.. kamu pelacur apa bukan…? Kalo kamu bukan pelacur, kamu ga boleh nyepong kontolku…” goda udin lagi.
“Iyaaaa… Aku pelacur… aku bukan mamanya Mitha…” kata Dian “Sekarang.. kesiniin kontolmu…” tambah Dian sebelum akhirnya menerkam panjang Udin ke dalam mulutnya.
Lidah Dian segera berlari kesana-kemari, menjilati batang penis ojek kampung itu hingga benar-benar bersih dari lumuran sperma dan lendir vaginanya. Melumati kepala penis pacar putrinya sambil sesekali menyedot lubang kencing itu kuat-kuat hingga tak tersisa setetes sperma sedikit pun.
Ini adalah seks oral pertama yang pernah ia lakukan. Bagi Dian, seks oral adalah persetubuhan yang jorok, kotor dan penuh kenajisan. Sudah berulangkali Loddy mengajak Dian untuk melakukan seks oral, tapi Dian tak pernah sekalipun mengabulkan ajakan suami tercintanya.
Namun anehnya, malam ini Dian begitu antusias untuk mencoba melakukan oral seks yang tak pernah ia sukai dengan orang yang sebelumnya ia benci. Dian melakukan oral seks dengan Udin, ojek kampung bau yang memiliki batang penis ekstra besar.
“Tante tuh salah satu pelacurku..” ujar Udin sambil kembali memaju mundurkan kepala Dian kearah Batang penisnya.
“Tante… Aku mau ngentotin tante lagi…” Ucap Udin singkat sambil mencabut penisnya yang sudah kembali tegang dan memukul-mukulkannya ke mulut Dian.
“ Tante… emangnya tante selalu sebinal ini?” Tanya Udin.
“Enggak… Tante tak pernah seperti ini… sebenarnya tante malu, tapi masa bodoh…”
“Yaudah… kalo gitu sekarang tante telentang….” Ucap Udin sambil mencabut batang penis panjangnya dari mulut Dian.
“Bentaran Din… aku belum puas ngenyot-kenyot kontolmu… kesini’iiiiiinnnn…” pinta Dian binal sambil menggapai-gapai kea rah Udin.
Udin sama sekali tak menggubris permintaan Dian. Ia segera menuju kearah tubuh bawah Dian. Dengan tegasm Udin meminta Dian untuk membalikkan tubuhnya yang semula telentang menjadi tengkurap. Dan dengan cekatan, Udin mengangkat pinggang Dian guna memposisikan Dian supaya nungging.
“Aku mau DOGGY tan…” ujar Udin santai sambil mulai menepuk-tepukkan batang hitam kemerahan yang ada di pangkal selangkangannya dengan bersemangat.
“PEK…PEK…PEK …” suara yang dihasilkan dari tumbukan batang penis Udin dan vagina basah Dian.
“Basah bener memek kamu tante…. Udah sange banget ya?
“Hhhmmm…Ho’oh…”
“Kontolku ini akan memuaskan dirimu lagi malam ini…”
Perlahan-lahan, Udin mendorong kepala penis hitamnya masuk ke dalam celah kenikmatan Dian.
“Pelan-pelan din… sakit….” Rintih Dian manja.
“Tenang tante… Tahan dikit…. Ntar pasti enak lagi…”
“Oooouuuhhh…. Pelan-pelan diiiinnnn….”
“STOP DIN…. Stop…. Memekku terasa begitu penuh…”
“Laaaaahh…. Tapi khan batang kontolku belum masuk semua tan?”
Kalimat Udin kembali menyadarkan Dian, jika melakukan persetubuhan dengan posisi doggy ini membuat batang penis Udin yang ekstra besar ini terasa jauh lebih panjang jika dibandingkan melakukan persetubuhan dengan gaya biasa.
“Serius?…. “ Tanya Dian seolah tak percaya.
“Beneran tan… nih…” kata Udin yang langsung melesakkan batang penisnya hingga mentok.
“Ooouuugghhh…. Besar sekali kontolmu din….”
“Memangnya kontol suami tante tak seperti ini ya?”
“Setengahnya pun tak sampe Din….”
“Hahaha… “
Ketika Udin kembali mencoba melesapkan batang panjangnya dalam-dalam. Serangkaian orgasme dalam vagina Dian pun langsung terbangun kembali. Dia tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dalam lima belas tahun pernikahannya.
Orgasme yang tiap kali ia rasakan ketika bersama Loddy, suaminya, terasa begitu kecil, sangat jauh berbeda dengan orgasme yang diberikan oleh Udin. Dan bedanya lagi, walau telah beberapa menit lalu Dian baru saja diberi orgasme oleh Udin, orgasme itu tak segera menghilang. Orgasme itu selalu ‘mengetuk’ dinding vagina Dian setiap kali Udin menggerakkan penisnya.
Semenit, dua menit, tiga menit.
Orgasme dari Udin tak juga kunjung berhenti. Dian mengalami Multi orgasme.
“Bentar Din…. Bentar….. jangan buru-buru nyodokin kontolnya…”
“Kenapa tan?”
“Aku masih pengen ngerasain kedut-kedutan orgasme barusan…”
“Hahahaha… “ Lagi-lagi Udin tertawa terbahak-bahak…” Tante mirip ama perawan deh, kayak nggak tahu apa-apa…”
“Ahhh Udin… khan tante juga pengen ngerasain enaknya kedutan itu…”
“Hahaha… kalo sama Udin, tante bakal terus ngerasain kedutan itu kok tan… tenang saja… tante bakal ketagihan terus…”
Udin kembali mempergencar sodokan batang penis pada vagina ibu satu anak itu. Makin lama makin kencang dan cepat. Hingga kedua insan yang sedang dilanda nafsu birahi ini kembali melenguh-lenguh keenakan.
“Gimana rasanya kontol Udin tan….?” Tanya udin sambil terus mempercepat tumbukan batang penisnya dalam-dalam ke celah kenikmatan Dian.
“Sssshh… enak Din…. Enak banget…” rintih Dian
Merasa Dian sudah dimabuk birahi, tangan hitam Udin dengan perlahan mulai meremas pipi pantat Dian, mengusap dan terkadang menepuk pelan.
“Goyangan pantatmu sungguh seksi tan…”
“OOooouuhh… sodokan kontolmu juga nikmat Din…”
“CPEK…CPEK…CPEK…” Suara sodokan demi sodokan yang sudah tak lagi terhitung jumlahnya, terdengar begitu membahana. Berisik sekali.
Walau saat ini Dian sedang berada di kamar Mitha putrinya, Dian seolah tak peduli. Ia terus melenguh dan mengembik keenakan. Dian pun seolah tak peduli jika seandainya Mitha dapat mendengar persetubuhan ibunya yang dilakukan ketika ayahnya tak berada dirumah.
Lagi-lagi, Dian hanya memikirkan satu hal. Ia hanya ingin mendapatkan kenikmatan dan kepuasan maksimal dari penis ojek kampung ini.
Berulang kali, Dian melenguh dan menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengimbangi kenikmatan yang diterima oleh liang vaginanya. Hingga tiba-tiba, Udin meluncurkan salah satu ibu jarinya turun kedalam lubang anus Dian.
Dian yang merasa tekanan pada lubang pantatnya langsung menghardik lirih.
“Hei Udin…. Itu… Itu lubang pantatku.”
“iya… Udin tahu tan….” Ujar Udin santai sambil terus menggelitik lubang anus Dian dengan mendorong ke bawah ibu jarinya masuk lebih dalam.
Pada awalnya Dian merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang ibu jari Udin lakukan pada lubang anusnya, namun karena gelijang kenikmatan pada vaginanya semakin menggila, akhirnya Dian membiarkan ibu jari ojek kampung itu bermain-main di dalam lubang anusnya.
Malah, sekarang Dian mulai menyukai gelitikan ibu jari itu.
Orgasme kedua setengahnya pun mulai datang. Dan seolah lupa akan rasa risih yang diterima Dian pada anusnya, Dian yang merasa orgasmenya akan datang beberapa saat lagi, kembali berteriak-teriak histeris.
“Ya Tuhan, Udin… entot tante Dinn….colok bo’ol tante… sodok Din… Sodoookk…”
Ttak mensia-siakan permintaan nakal Dian, Udin segera mendorong ibu jarinya masuk dan keluar dari lubang pantat Dian, seiring dengan sodokan batang penisnya
“Ooouuuhhh… aku keluar lagi Diinnn….”
Satu orgasme sempurna tampaknya tak mampu dibendung Dian. Menyebabkan Dian tumbang kedepan, merangsek lembutnya kasur dengan sprei yang tak terpasang rapi.
Melihat Dian yang kelelahan, Udin mencabut penis dan ibu jarinya. Namun
“Jangan dicabut Din…” bisik Dian dengan nafas yang tersengal-sengal ke Udin.
“Jangan dicabut Din.. Lagi…Jangan pernah sekalli-kali mencabut jempolmu dari bo’olku….” Suaranya begitu lembut, hingga saking lembutnya, Dian tidak yakin Udin bisa mendengarnya.
“Lagi din… lagi…”
ketika gelombang kedut orgasme Dian mulai mereda, Dian segera melonggarkan otot pantatnya dan menyodorkan lubang anus itu ke Udin.
“Sodok bo’olku Din…” ujar Dian. Entah darimana ide buruk itu, tapi Dian sepertinya sama sekali tak menghiraukan.
“Sodok Diiinnnn….”
Udin tak mengira akan efek dari gelitikan ibu jari pada lubang anus Dian akan menjadi seperti ini. Ojek kampung ini merasa begitu beruntung. Ia sama sekali tak menyangka akan mendapat partner seks yang sebinal ibu satu anak ini.
“PLOP….” Suara batang penis Udin ketika tercabut dari kenyotan dinding vagina Dian.
Segera saja Udin membawa kemaluannya mendekat kearah lubang anus Dian yang masih kuncup saking ketatnya. Dengan penis yang masih berlumuran campuran sperma dan lendir kenikmatan ibu satu anak ini, Udin mulai melesakkan kepala penisnya ke dalam lubang anus Dian.
“Anjriiitt… tante, lubang bo’olmu sempit sekali..” jerit Udin
Dian mendesis lirih…
“Terus Dinnn…”
Semula, Dian yang masih dalam kondisi orgasme berpikir jika Udin menyodok lubang anusnya dengan ibu jarinya, akan tetapi begitu batang kecil itu mulai masuk, ternyata pemikiran Dian salah. Yang Udin tusukkan ke lubang anus Dian bukanlah ibu jarinya, melainkan kepala penis Udin yang berukuran ekstra besar.
“Ya Tuhan… Udin… yang kamu masukkin bukan ibu jari kamu?”
“Shhh… Tan… enak banget…”
“Hhheeeggh… stop Din.. stop… besar banget…. Bool tante bisa sobek Dinn… Stoppp…”
“Ooouuhh… ketat sekali tantee… ” gerutu Udin
“Bentar lagi juga bakal terasa enak..”
“Tidak Din… tidak … kontolmu kegedhean Din ” Mata Dian tergulung keatas karena menahan rasa sakit yang mendera lubang anusnya.
Merasa penolakan yang amat gencar dari Dian, mau tak mau membuat Udin harus memutar otak. Dan seketika, Udin mendapat jalan keluar itu.
“Coba bentar ya tan… Udin juga pengen ngerasain enak…” pinta tukang ojek mesum itu.
“Enggak Din… aku udah ga kuat sama sakitnya…”
“Coba nikmatin aja dulu tante… Udin khan pengen nyobain enaknya ngentotin bo’ol mamanya Mitha…”
“Rasanya perih banget Din… Ga enak…Saaakiiiiit …”
“Yaudah…. Kalo gitu Udin pengen nyobain di bo’ol Mitha aja…”
Mendengar kalimat Udin barusan, Dian merasa bimbang. Entah pemikiran darimana, Dian mendadak merasa cemburu pada Mitha putrinya. Tak seharusnya ia memperoleh lelaki dengan penis yang sangat memuaskan seperti ini. Udin harusnya hanya milik Dian seorang. Udin tak boleh bersama Mitha.
“Jangan Din…!” Ujar Dian dengan nada emosi yang bingung.
Dian berpikir jika kalimat “Jangan” barusan jalan tidak untuk melindungi putrinya dari kebrutalan penis Udin. Dian menipu dirinya sendiri hingga batinDian membenarkan perselingkuhan nikmat ini.
“Jangan Din… Jangan…. Sodok bo’olku aja Din… Jauhkan kontolmu dari pantat Mitha…” Pinta Dian sambil mendorong paksa pantatnya kembali tertusuk penis besar Udin.
“Serius tan…?” Tanya Udin yang tak percaya jika trik tentang Mitha selalu saja berhasil.
“Iya Din… Jangan entotin bo’ol Mitha… entotin aja bo’olku Din…”
“Hahahaha…” Udin kembali tertawa senang. “Tante Dianku.. Kamu memang pelacur murahan… Udin benar-benar beruntung bisa mendapatkanmu…”
“Udah-udah… Ntar aja rayu-rayuannya… sekarang buruan sodok bo’olku…”
“Kamu memang hot tan… benar-benar hot.. ”
Udin yang merasa mendapat persetujuan Dian, mulai melanjutkan pengeboran penisnya. Batang penis yang sudah setengah tenggelam ke dalam anus Dian, mulai ia paksa masuk kembali.
“Apa yang terjadi pada diriku…? Apa aku sudah menjadi seorang pelacur murahan….?” Tanya Dian dalam hati.
Beberapa saat lalu, Dian adalah seorang istri yang setia. Istri yang memiliki harkat dan derajat yang tinggi. Istri selalu menjaga harga diri dan kehormatannya.
Namun, hanya karena luapan nafsu birahinya, dalam waktu beberapa jam Dian telah berubah menjadi seperti seorang pelacur. Yup. Istri sekaligus pelacur bagi orang lain. Istri yang telah menelan sperma lelaki lain.
Istri yang telah membiarkan penis lelaki lain menumpahkn sperma dalam vaginanya. Istri yang telah mencoba menikmati seks anal. Istri yang selalu haus akan kepuasan seksual.
“Aku memang pelacur murahan… aku memang selalu haus akan kenikmatan seksual…”
Dian yang semula hanya berdiam diri, sekarang mencoba merasakan kenikmatan dari anal seks bersama tukang ojek langganannya itu. Dengan masih dalam posisi pantat yang menungging, Dian berusaha menstimulus titik rangsangnya sendiri. Dian tak mau dirasa seperti gedebog pisang yang diam saja ketika ditusuk tongkat wayang.
Sementara Udin masih menyodokkan penis pada lubang anusnya dengan brutal, Dianpun tak mau kalah, karena ia mulai memperkerjakan kedua tangannya. Tangan kiri Dian memilin putting payudaranya dan tangan kanan mengobel vaginanya.
“OOuuugghh….Udin… aku mau keluar lagi…” desah Dian yang semakin mempercepat kobelan jemari lentik pada vaginanya.
“Udin juga tante… Udin udah ga sanggup lagi nahan enak ini…” balas Udin yang juga menggerak-gerakkan goyangan pinggulnya dengan brutal.
“Sodok yang kenceng Din… sodok terus…”
Tangan kiri Dian yang semula pinta memilin puting payudaranya, berpindah ke pantat Udin. Dan memintanya untuk menyodok-nyodok lubang anusnya dengan lebih cepat lagi.
“Terus Din.. Terus….” Jerit Dian beringas, hingga akhirnya…
“Aku keluar Din….. aku keluar…” jetir Dian histeris, disertai dengan cengkraman jemari tangan kirinya pada pantat hitam Udin
Tak perlu waktu lama bagi Udin untuk bisa sampai pada puncak kenikmatannya. Karena segera saja, tumpahan sperma dari batang panjang ojek kampung ini membanjiri rongga anus Dian dengan sperma panasnya.
Sperma yang memenuhi pantat Dian langsung meluap-luap keluar dari lubang anusnya. Mengalir turun seiring tarikan Udin ketika mencabut kemaluannya keluar. Walau ini adalah ejakulasi Udin yang kedua, mash sempat-sempatnya ia menembakkan beberapa tetes air mani ke pantat, punggung dan rambut Dian.
Karena merasa begitu lelah, tubuh Udin yang masih berada dibelakang Dian melemah dan ambruk ke depan. Menabrak punggung Dian lalu tergolek lemas tak berdaya. Selama beberapa saat mereka saling tindih, saling melekatkan tubuh antara satu dan lainnya. Nafas kepuasan mereka berdua kejar-kejaran dan cucuran keringat membasahi keduanya.
Sebenarnya Dian sama sekali tak menyukai acara tempel-tempelan badan seperti ini. Badan yang bermandikan keringat, lendir vagina dan sperma seperti ini. Tapi mungkin karena Dian sama sekali tak memiliki tenaga lagi untuk bergerak, dengan terpaksa, ia merelakan tubuh mungil langsingnya tertindih oleh badan bau Udin.
Kondisi kamar yang sebelumnya bising karena lenguhan dan teriakan kenikmatan mereka, mendadak menjadi sunyi senyap. Hanya menyisakan suara desahan nafas dan detak nadi kepuasan yang mencoba memulihkan diri.
“Bo’olmu begitu enak tan.. sempit dan legit…” puji Udin sambil menjatuhkan dirinya ke samping tubuh Dian.
Dian yang sedari tadi masih dalam posisi telungkup, karena merasa pegal akan himpitan pada payudaranya, akhirnya menelentangkan badan juga. Sambil menatap langit-langit kamar, ia menjawab kalimat Udin dengan pertanyaan.
“Berapa umurmu Din?” Tanya Dian sambil tangan nakalnya meraba tubuh Udin guna mencari-cari batang panjang lembek milik Udin. Dan begitu batang itu dapat ia temukan, secara tak sadar jemari lentiknya mulai mengurut batang itu dengan perlahan.
“Dua puluh tahun tan…”
“Udah berapa banyak wanita yang telah kamu tidurin…?”
“Wanita? Remaja atau ibu-ibu?”
“Berarti sudah sangat banyak ya Din…?”
Udin tak menjawab pertanyaan terakhir Dian. Ia hanya menoleh ke arah pemilik suara indah itu, tersenyum dan mengecup kening Dian.
“Kamu suka Mitha Din?” tanya Dian lagi
“Suka tan…. Udin suka banget ama dia…” jawab Udin.
“Kamu udah tidurin dia?”
Mendengar pertanyaan Dian barusan. Penis lembek Udin tiba-tiba mulai mengeras, perlahan makin keras seiring urutan yang dilakukan jemari tangan Dian.
“Belum sih tan … tapi rencananya begitu …” Ujar Udin malu-malu. “Aku akan menidurinya… Dan kuharap, pelayanan seks Mitha sehebat tante…”
“Kapan…? Din…”
“Bego banget sih kamu Dian…” batin ibu satu anak ini.
Pertanyaan barusan, mungkin pertanyaan terbodoh yang pernah seorang ibu lontarkan kepada pacar anaknya. Karena Dian tahu, cepat atau lambat, ojek kampung ini bakal mengambil keperawanan putri satu-satunya itu.
Lagi-lagi, Udin tak menjawab pertanyaan Dian ini, ia kembali mengecup kening Dian.
“Aku tak tahu tan… secepatnya…”
“Secepatnya…?”
“Iya tan… secepatnya… karena beberapa hari lalu Mitha sendiri yang minta Udin untuk segera mengambil keperawanannya…”
“Serius Din…?”
“Iya… Anak tante benar-benar binal…. Udin yakin tan… Jika kelak Mitha dewasa, dia akan menjadi pelacur kelas atas…”
Sejenak Dian tak bisa membayangkan akan perkataan Udin barusan. “Pelacur kelas atas….”
“Rencananya… Mungkin Udin bakal nidurin anak tante minggu depan…”
“Hhhh….” Dian tak menjawab, ia hanya bisa menghela nafas panjang. Ia tahu, tak mungkin baginya untuk menyurus Mitha atau Udin guna menunda persetubuhan itu. Karena Mitha dan Udin sedang cinta-cintanya. Dan ketika muda-mudi sedang dilanda cinta, tak ada satupun hal yang bisa menghalanginya.
“Tapi sepertinya Udin bisa kok memperawani Mitha setelah dia menginjak usia delapan belas tahun, asal…” Udin menghentikan kalimatnya dan menatap Dian dalam-dalam.
“Asal apa Din….?”
Udin tersenyum lebar sambil mencubit puting payudara Dian “Asal…. Kontol Udin selalu mendapat kepuasan dari pemilik pentil ini… yah sampai waktu itu datang….”
“Sampai Mitha menginjak delapan belas tahun ya Din…?”
“Iya tan… hingga tiga tahun kedepan….”
Mendengar rencana ojek kampung itu, Entah kenapa Dian merasa agak sedikit lega. Ibu satu anak ini merasa jika apa yang baru saja dikatakan oleh Udin, adalah merupakan petunjuk yang dapat Dian gunakan melindungi keperawanan Mitha dari Udin. Sekaligus supaya dirinya dapat menikmati persetubuhan ini hingga putrinya dewasa.
“Ini salah… ini gak bener…” Batin Dian kembali bergejolak.
“Aku harus menghentikan ini semua …. hal ini sama sekali tak boleh lagi dilanjutkan…” Pikir otak sehat Dian.”Namun…”
“Okelah kalo begitu… tante hargai keputusanmu… dan sebagai imbalannya…”
Dian beranjak bangun dari posisi telentangnya, tubuhnya meluncur turun ke arah kaki tempat tidur dan bergerak ke arah selangkangan Udin.
Dengan penuh kasih sayang, Dian mencium ujung kepala penis ojek kampung itu. Dan sebelum Dian mencaplok penis Udin, kembali ia berkata “Kamu boleh menikmati tubuhku Din… hingga tiga tahun kedepan…”