Tapi coba tanya ke dia, apakah dia mau meninggalkan suaminya hanya karena kenikmatan seks diluar sana? Aku yakin dia tidak mau.” Kataku.
“Bener mungkin ya pak. Tapi aku bingung, apakah aku bisa menghadapi kenyataan itu, dengan fakta bahwa suamiku itu orang yang seperti itu.” Kata Novi.
“Ya harus diomongin sih ama suami kamu.” Kataku.
“Hmmm… kayanya ga deh, pak. Yah mungkin sudah nasibku seperti ini.” Kata Novi.
“Kenapa tidak? Ga pengen coba untuk memulai sesuatu yang besar demi sesuatu yang lebih baik?” Tanyaku.
“Gapapa pak. I’m fine with who I am now.” Kata Novi.
“No, you’re not.” Kataku.
“Yes, I am.” Kata Novi.
“You’re not fine at all, Novi!” Kataku.
Dia terdiam sebentar.
“No, I am not.” Kata Novi.
Kami terdiam sebentar, melihat Novi yang akhirnya jujur pada dirinya sendiri dan diriku. Novi mulai menitikkan air matanya. Kelihatan, ia ingin menangis dengan keras.
“Novi, kalau kamu butuh dada seseorang, aku siap minjamin.” Kataku seraya mengulurkan tanganku.
Novi menerima uluran tanganku, dan langsung merebahkan kepalanya ke dadaku, dan menangis sejadi-jadinya. Aku berusaha menenangkannya dengan mengelus-elus rambutnya.
Setelah puas menangis, ia melepaskan dirinya dari dadaku. Kulihat, ia sudah lebih tenang daripada tadi.
“Terima kasih, pak. Bebanku rasanya benar-benar berkurang sebagian besar.” Kata Novi.
“Bagus deh, Nov.” Kataku.
“Aku akan coba bicarakan ke suamiku. Mungkin suamiku akan mengamuk, dan aku akan kehilangan cintanya untuk selamanya. Tapi kalo aku tidak coba, aku akan tetep selamanya begini. Kalaupun aku kehilangan cintanya untuk selama-lamanya, kebutuhan biologisku pun masih bisa terpenuhi.” Kata Novi.
“Hah? Gimana caranya Nov?” Tanyaku.
“Aku kebetulan dulu pernah membeli mainan seks, pak. Ukurannya pas pak, bentuknya panjang, sekitar 19cm. Biasanya aku menggunakan itu untuk memenuhi kebutuhan biologisku sendiri.” Kata Novi.
Ya ampun, betapa kasihan hidupnya, sampai-sampai membeli sex toys untuk memenuhi kebutuhan seks nya sendiri. Berarti kemungkinan, suaminya sudah sangat parah ya egois nya dalam berhubungan seks. Bisikan iblis pun menggema dengan kencang dalam batinku. Jika mau menyetubuhinya, ini saatnya, James. Begitulah yang terdengar di dalam batinku. Aku berusaha menepisnya, walaupun sangat sulit.
“Nov, ikut aku ke kamar. Kita bicara di kamar aja.” Kataku seraya berdiri dan mengulurkan tangan ke Novi.
“Mau bicara apa pak?” Tanya Novi.
“Sudah, pokoknya ikut dulu ke kamar. Nanti kita bicarakan di dalam.” Kataku.
Novi menerima uluran tanganku, dan kami berjalan dengan bergandengan tangan ke kamar. Sesampainya di kamar, Novi langsung duduk di sisi ranjang, sementara aku duduk disebelahnya. Wajah kami saling berhadapan.
“Nov, kalau kamu sebegitu inginnya nafsu biologismu terpenuhi, aku bisa bantu kamu. Aku janji, kalo kamu percaya sama aku, aku bakal membuat kamu ngerasain apa itu seks yang sebetulnya, dan kamu ga akan menyesal.” Kataku.
Novi terdiam setelah mendengar ucapanku. Aku tidak tahu apa yang ada di benaknya. Apakah itu terkejut? Ragu-ragu tapi mau? Jijik? Apalah itu, aku tidak peduli. Yang jelas, aku hanya menginginkan jawabannya.
Karena tidak ada jawaban juga, aku merangkul pundaknya dan menariknya ke dadaku, dan kucium bibirnya. Novi tidak menghindar, atau tidak sempat menghindar. Tidak seperti di pantai kemarin, kali ini tidak ada yang menghentikanku.
Tidak ada Emi dan Desi, sehingga aku tidak perlu merasa risih dan takut ketahuan. Aku terus melumat bibirnya untuk beberapa saat, hingga akhirnya Novi mendorongku sehingga membuatku melepaskan lumatan bibirku di bibirnya. Tetapi, tanganku tetap merangkul pundaknya.
“Pak, jangan pak. Ini nggak pantes kita lakuin.” Kata Novi.
“Ngga pantes dimana Nov? Toh kamu ga pernah puas kan sama suami kamu? Aku janji Nov, aku bakal muasin kamu.” Kataku, yang sudah mulai dikuasai oleh birahi.
Setelah itu, aku kembali mendaratkan ciuman. Kali ini ciumanku mulai menjalar ke seluruh wajahnya. Sesekali juga, aku menjilati wajahnya yang sangat cantik itu. Novi sepertinya mulai terangsang, aku dapat merasakan napasnya semakin tidak teratur.
Ciuman dan jilatanku mulai turun kearah leher dan dada bagian atasnya. Novi pun mulai mendesis-desis. Kulihat, matanya mulai terpejam, dan mulutnya mulai sedikit terbuka menahan nikmat yang kuberikan. Aku ganti menciumi bahu kanannya, dan ketiaknya.
“Paakk… gelii pak.. cukup paak…” Desis Novi.
Mendengar desisan Novi, aku semakin dikuasai oleh birahi. Maka, kubuka tanktop putih yang ia kenakan dari bawah. Awal mulanya, ia melawan dengan menghentikan tanganku dan menurunkan tangannya dengan tegap, sehingga aku tidak bisa membukanya.
Kalau saja aku masih normal dan tidak dikuasai birahi begini, mungkin aku sudah menghentikannya. Tetapi sayang tidak demikian halnya. Yang ada dipikiranku sekarang adalah menggumuli dan menyetubuhinya.
Maka, kupatahkan perlawanannya, kuangkat tangannya dan kupegangi kedua pergelangan tangannya dengan tangan kiriku, dan kuangkat tanktop putihnya dengan tangan kananku. Jalan tanktop putih yang Novi kenakan cukup lancar karena kedua tangannya sudah kuangkat keatas.
Kini, aku bisa melihat setengah tubuh Novi yang putih mulus dan menggairahkan itu. Perut yang langsing dan pusar yang menggoda.
Bukit kembar yang bentuknya sepertinya sangat proporsional dengan tubuhnya, dan tinggal ditutupi oleh BH berwarna putih yang tidak cukup menutupi seluruh dadanya, sehingga memperlihatkan sebagian atas dan samping bukit kembarnya, dan juga belahan dadanya yang sempurna.
Kupandangi Novi beberapa saat dalam posisi ini. Sepertinya dia sangat cantik jika telanjang. Wajah yang dewasa, berambut panjang lurus sedada, alis mata yang tidak terlalu tipis, mata yang lentik dan indah, dan bibir yang cukup indah.
Sepertinya Novi ini sangat merawat tubuhnya, aku jadi tidak sabar untuk melihat apa yang ada dibalik BH dan celana pendek putihnya. Novi berusaha menutupi tubuhnya atasnya yang sudah setengah telanjang.
“Novi… Novi… Tenang nov… Tenaangg…” Kataku sambil membelai rambutnya.
Sepertinya Novi cukup bereaksi dengan kata-kataku. Ia menjadi sedikit tenang, tetapi ia masih menutupi tubuh atasnya.
“Udah, kamu tenang aja. Malam ini, aku akan memberi kamu pengalaman yang ga akan pernah kamu lupain. Malam ini akan menjadi suatu malam yang menyenangkan. Aku bisa janjiin itu. Tapi untuk itu, aku perlu kerjasama dari kamu.” Kataku dengan tenang.
“Kerjasama bagaimana pak?” Tanya Novi.
“Cukup pasrah saja, dan nanti dengan sendirinya, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan.” Kataku.
“Bapak yakin mau sama aku? Aku ga punya pengalaman sama sekali. Bapak bisa kecewa nantinya.” Kata Novi.
“Nov, udah kubilang. Kamu cukup pasrah aja, dan secara otomatis nanti badan kamu akan bergerak sendiri walaupun kamu ga pengen bergerak. Percaya sama aku Nov. Kalaupun kamu ternyata memang ga bisa atau ga berkompeten nantinya, aku ga bakal pernah nyalahin kamu ataupun kecewa. Hubungan itu saling membantu, jadinya kalo yang satunya ga bisa, yang satunya lagi bantu biar bisa. Begitu.” Kataku.
Novi hanya terdiam mendengar perkataanku. Aku mencium bibirnya dengan lembut, dan kali ini ia mulai membalasnya sedikit-sedikit. Aku mulai menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya untuk menggelitik rongga mulutnya.
Mendapat rangsanganku itu, aku merasakan napasnya Novi makin memburu lagi. Maka, ciuman dan permainan lidahku semakin liar. Novi pun mulai menjulurkan lidahnya ke lidahku yang sedang bermain-main dalam mulutnya.
Kini mulut kami saling berpagutan. Aku kembali menjilati lehernya. Novi pun hanya bisa terengah-engah, dan mulai mengusap-usap rambutku.
Tangan kananku mulai meraba-raba leher bagian kiri, menuju pundak kiri dan tangannya, sementara tangan kiriku meraba-raba perut, dan naik keatas menuju buah dadanya, menelusup ke dalam BH-nya, dan meraba-raba buah dada kanannya.
Tangan kiriku kini berada di dalam BH yang menutupi buah dada kanannya. Dari hasil rabaanku, aku bisa menerka kira-kira bentuk buah dadanya. Ya, sangat indah, sepertinya. Puting susunya pun tidak kecil, karena kebetulan aku tidak suka buah dada yang puting susunya kecil, tapi aku juga tidak suka buah dada yang puting susunya terlampau besar.
Puting susu buah dada Novi sepertinya sangat pas. Kini tangan kananku juga ikut masuk ke dalam BH yang menutupi buah dada kirinya. Dalam keadaan itu, kuremas-remas dan kupijat-pijat kedua buah dada Novi.
“Aaaahhh… Eeeehhhh…” Novi hanya bisa mendesah menahan kenikmatan yang kuberikan.
Ternyata BH nya cukup sempit, sehingga kedua tanganku cukup sulit bergerak di dalamnya. Sepertinya Novi menyadari hal itu, dan ia mulai mengebelakangkan tangannya menuju tali BH nya.
Aku tahu bahwa ia akan melepaskan BH nya, maka aku menelan ludah dan bersiap-siap dengan pemandangan indah yang akan kulihat. Setelah BH nya dibuka oleh Novi, tampaklah sepasang buah dada yang menurutku salah satu buah dada wanita yang paling indah di dunia.
Bentuknya bulat, isinya padat, belahannya sempurna, warnanya putih mulus, puting susunya berwarna merah muda dan tampak serasi dengan buah dadanya. Saat ini, aku melihat salah satu pemandangan paling indah di dunia ini. Luar biasa, keindahan seperti ini disalahgunakan begitu saja oleh suaminya.
Aku mulai mengulum puting susu buah dada kanannya, sementara tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Rasa puting susunya berbeda dengan wanita-wanita yang pernah kuhisap puting susunya selama ini.
Ada rasa tersendiri yang dimiliki oleh tubuh Novi, terutama puting susunya. Batang penisku tidak perlu ditanyakan lagi, sudah menegang maksimum, rasanya ingin cepat-cepat kukeluarkan spermaku.
Tapi aku harus menahannya, aku harus membuat Novi puas malam ini. Novi mengeluarkan erangan-erangan kecil mendapat rangsangan yang kuberikan.
“Paa… Paaakkk.. Gelii paakk… Aku… gaakk kuaatt…” Desah Novi.
Mendengar desahannya, aku makin tergoda untuk memberi rangsangan lebih. Maka kulumat makin liar puting susunya, sementara tangan kananku mulai menelusup masuk ke dalam celana dan celana dalamnya, dan berusaha meraba-raba selangkangannya, dan tangan kiriku kugunakan untuk mengelus-elus paha kanannya.
Pahanya begitu mulus, dan aku merasakan tangan kananku telah sampai pada selangkangannya. Kurasakan ada rambut-rambut yang cukup lebat, dan sedikit becek. Sepertinya Novi sudah sangat terangsang. Desahannya pun makin kacau terdengarnya.
“Aaahhh.. Uuaaahhh… Aahhhh… Sssshhh…” Begitulah desahannya.
Karena aku sudah semakin tidak tahan, kulepaskan celana pendek jeans dan celana dalam Novi dalam satu tarikan. Kini, tubuh Novi betul-betul terekspos sepenuhnya di depan mataku.
Aku sempat bengong dan melongo melihat tubuhnya. Dari atas ubun-ubunnya sampai ujung jari kakinya tidak ada lecet atau cacat sedikitpun. Semuanya putih mulus, dan serba proporsional. Buah dadanya tidak sebesar Emi, namun jauh lebih proporsional.
Perutnya kurang lebih sama langsing dengan Desi, tapi perut Novi lebih mulus dan putih. Paha dan selangkangannya tidak tertandingi oleh Emi dan Desi. Singkat kata, tubuh Novi jauh lebih sempurna dibandingkan Emi dan Desi.
Tiba-tiba, Novi yang sudah telanjang dan tadinya terangsang berat, menjadi kelabakan kembali.
“Pa.. Paak… Cukup ya pak… Kayanya kita udah terlalu jauh, pak.” Kata Novi seraya menutupi tubuhnya dengan selimut.
Buset, sepertinya ini tidak akan mudah nih. Sudah kepalang tanggung, aku sudah terangsang berat, sudah tidak bisa mundur lagi. Terpaksa aku memakai cara memelas, yang sebenarnya cara yang paling tidak aku sukai.
“Novi… Aku udah bener-bener terangsang berat nih… Tubuh kamu itu betul-betul indah habisnya, membutakan bukan cuma mataku, tapi pikiranku… Ayolah Nov, apa kamu ga kasihan sama aku? Aku bener-bener butuh kamu, dan kamu juga butuh aku kan?” Kataku memelas.
Novi tetap pada posisi semula menutupi tubuhnya dengan selimut, tapi tidak didekap erat-erat, sehingga mudah sekali bagiku untuk menyingkirkan selimutnya dan mengungkap kembali tubuh yang begitu indah itu.
Entah Novi tidak tega kepadaku, atau ia sendiri juga sudah terbakar birahi. Yang manapun itu, aku tidak peduli, aku hanya peduli dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya. Aku jadi termakan kata-kataku sendiri deh, pasrah saja nanti juga otomatis badan akan bergerak sendiri, sialan.
Aku kembali mengulum puting susu Novi, kali ini yang kiri, sementara tangan kiriku meremas-remas buah dada kanannya, dan tangan kananku mengusap paha dan selangkangannya. Aku melihat Novi merem-melek akibat rangsanganku. Ngocoks.com
Desahannya pun kembali muncul. Kemudian, aku melepaskan Novi, dan menelusupkan kepalaku ke selangkangannya. Dengan posisi tepat di depan selangkangannya, kulumat habis lubang kemaluannya yang berwarna merah muda menyala itu.
Akh bukan main rasanya. Lubang kemaluannya pun memiliki rasa yang unik, dan cenderung mengeluarkan bau nikmat yang membuatku semakin terangsang. Novi bukan mendesah lagi, tapi mengerang dengan keras karena saking tidak kuatnya menahan rangsangan yang kuberikan.
“Ouuuhhhh…. Aaahhhhhh… Terruuusss paakkk…” Erang Novi.
Makin lama, cairan yang dikeluarkan oleh lubang kemaluannya semakin banyak. Aku sendiri sudah melahap lumayan banyak cairan kenikmatan itu. Setelah puas melahap lubang kemaluannya, aku menindih tubuhnya, dan mencium bibirnya dengan lembut. Novi pun membalas ciumanku dengan lembut.
“Novii… Akuu sayaangg… kamuu…” Desahku.
“Akuu ju.. jugaa… sayaangg bapaak…” Desah Novi.
Lama-lama, kami berciuman semakin liar. Tangan Novi pun mulai aktif, menelusup ke dalam bajuku, dan meraba-raba seluruh tubuhku. Kemudian, ia menelusupkan tangan kanannya ke dalam celanaku, dan berusaha meraih batang penisku yang sudah tegang maksimum. Akhirnya, ia berhasil menggenggam batang penisku, dan mengocok-ngocoknya sebentar.
“Kalau pakaianku ngeganggu, dibuka aja Nov.” Kataku.
Setuju dengan perkataanku, Novi mulai membuka kaosku, dari bawah keatas. Kemudian, ia juga membuka celanaku, dan kemudian celana dalamku. Aku betul-betul terangsang saat ia melucuti seluruh pakaianku. Kini, kami berdua betul-betul telanjang. Novi kelihatan memandangi penisku dengan ekspresi mupeng (muka kepengen).
“Kamu bilang suka titit panjang kan Nov? Ini suka ga?” Godaku.
Novi hanya tersenyum malu-malu.
“Nov, kita udah sama-sama telanjang nih. Menurutku, artinya kita udah ga punya sesuatu yang udah ditutup-tutupi dan siap untuk segalanya. Jadi, aku betul-betul minta kerjasama kamu ya.” Kataku.
“Aku harus gimana pak?” Tanya Novi.
“Yang kamu mau apa Nov?” Tanyaku.
“Aku juga… bingung sih pak.” Kata Novi.
“Bingung? Oke gini aja. Yang aku mau adalah kepuasan biologis untuk kita berdua. Aku mau kamu puas, dan aku juga mau aku puas juga. Intinya aku mau kita sama-sama puas.
Aku mohon misalkan kamu ga tau apa yang harus kamu lakuin, kamu pasrah aja, dan seperti yang aku bilang tadi, anggota badan kamu akan gerak secara otomatis walaupun kamu ga kepingin, asalkan kamu bener-bener pasrah.
Bersambung…