**Stella Wijaya**
Hari mulai siang dan Stella masih terus membolak-balik halaman tabloid Ibu & Anak. Dia masih menunda pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau memasak. Setelah merasa sedikit sembuh dari pusing, barulah Stella bangkit dari bermalas-malasan dan melangkah menuju dapur.
Saat itulah terdengar pintu pagar dibuka.
Siapa yah? Apa mungkin tukang pos yang mengantarkan surat atau paket? Pikir Stella dalam hati. Saat membuka pintu, Stella menemui Pak Kuncoro sedang membawa tas kresek hitam besar.
“Oh, saya kira siapa. Gimana Pak Kuncoro?” tanya Stella.
“Mbak Stella kok di rumah? Tidak kerja hari ini?” balas Pak Kuncoro.
“Oh, nggak, Pak. Soalnya hari ini badan agak kurang sehat, kepala juga pusing.” jawab Stella.
“Oh begitu. Ini saya mau ngambil sampah. Biasanya Bu Kuncoro yang ngambil sampah di keranjang belakang. Tapi tadi tiba-tiba saja Bu Kuncoro juga tidak enak badan.” ujar Pak Kuncoro.
Meskipun sedang malas berbasa-basi, Stella tidak mau tidak sopan terhadap tetangganya ini.
“Oh begitu. Sampahnya ditaruh depan rumah saja, Pak. Nanti diambil sama tukang sampah yang keliling kan?” ucap Stella.
“Iya, Mbak, kalau diletakkan di keranjang depan, pasti diambil tukang sampah komplek.” jawab Pak Kuncoro.
Stella mengangguk dan mempersilahkan Pak Kuncoro masuk.
“Em, maaf Mbak. Tapi boleh saya minta segelas air putih? Saya haus sekali.” tanya Pak Kuncoro.
“Tentu saja boleh, Pak. Kan sudah biasa? Anggap saja rumah sendiri. Sini, biar saya saja yang mengambilkan. Bapak duduk dulu.” Kata Stella sopan.
Ketika kembali dengan segelas air putih, Pak Kuncoro sudah duduk di ruang tengah. Dengan cepat Pak Kuncoro meneguk air putih dan mengembalikan gelasnya pada Stella. Ibu muda yang cantik itu mencoba mengambil gelas, tapi sebelum sempat menarik gelas, tangan Stella sudah ditarik oleh Pak Kuncoro.
Tubuh Stella tertarik ke depan ke arah pelukan Pak Kuncoro. Dengan sigap Stella memutar tubuh sehingga Pak Kuncoro kini berada di belakangnya dan mencoba lari, tapi Pak Kuncoro terus memegang tangan Stella dan memeluk tubuhnya. Saat mereka bergumul gelas yang dipegang Stella terlempar hingga pecah berkeping-keping.
Tangan Pak Kuncoro mulai nakal meraba-raba dada Stella yang kenyal dan padat lalu meremasnya dengan sangat keras hingga terasa sakit. Stella membungkukkan badan ke depan mencoba melepaskan diri dari pelukan erat Pak Kuncoro. Semua usaha Stella sia-sia. Untuk bisa mempertahankan keseimbangan diri, Stella harus mundur ke belakang.
Tanpa dikomando, Pak Kuncoro segera beraksi. Pria tua itu menyelipkan selangkangannya yang sudah membusung besar ke lipatan pantat Stella. Tangannya juga meremas buah dada Stella dengan sangat kasar. Stella mengernyit kesakitan.
“He-Hentikan, Pak!! A-Atau saya akan teriak minta tolong!” kata Stella terbata-bata. Dia sangat ketakutan.
“Aku tahu Mbak Stella tidak akan melakukan itu. Apa yang dibutuhkan Mbak Stella adalah tidur dengan laki-laki sejati dan bisa memberikan kenikmatan dan kepuasan tak terhingga. Setelah kita bersetubuh nanti, Mbak Stella akan menjadi seorang wanita yang mendambakan kontol besar setiap hari.” kata Pak Kuncoro sambil terengah-engah penuh nafsu.
Setelah berusaha mengatasi kepanikan, Stella mencoba melawan. Tangan Stella meraih rambut Pak Kuncoro, memaksa pria tua itu menunduk dan dengan sekuat tenaga Stella menyepak kontol Pak Kuncoro.
“Aduh! Lonte!! Pelacur!!!” pekik Pak Kuncoro kesakitan.
Pria tua yang mesum itu pantas menerimanya. Dengan nekat Stella mencoba kabur ke pintu depan sambil melewati Pak Kuncoro yang sedang kesakitan. Salah besar. Tangan Pak Kuncoro menarik rambut Stella dan membanting tubuh si cantik itu ke lantai. Stella yang jauh lebih ringan terbanting dengan keras. Pak Kuncoro melepaskan rambut Stella.
Stella mencoba berdiri dengan sempoyongan, ia berusaha mempertahankan kesadarannya. Dengan satu tamparan keras di pipi, tubuh Stella terlempar lagi ke lantai. Air mata mulai menetes di pipi mulus Stella. Tamparan kedua menyusul tak lama kemudian, membanting tubuh Stella ke arah yang berlawanan. Akhirnya pukulan dan tendangan Pak Kuncoro seakan tak berhenti menghajar tubuh Stella.
Pak Kuncoro mengunci tubuh Stella, sehingga walaupun wanita cantik itu berusaha melawan, semua tidak ada gunanya. Tak perlu waktu lama sebelum akhirnya perlawanan Stella mengendur dan tubuhnya mulai lemas. Tamparan demi tamparan Pak Kuncoro menjadi hajaran yang tak tertahankan.
“Pak!! Saya mohon!! Hentikan! Hentikan!!” ratap Stella sambil menangis.
Akhirnya Pak Kuncoro berhenti menghajar Stella. Istri cantik Rendra mulai meraung-raung dan menangis sejadi-jadinya. Darah menetes dari hidungnya yang sembab.
“Nggak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh.” Pak Kuncoro menyeringai.
Tangan Pak Kuncoro mulai bekerja dengan cepat melucuti pakaian yang dikenakan Stella. Pak Kuncoro melepas rok dan rok dalam yang dipakai Stella. Akhirnya istri Rendra bisa merasakan tangan kuat pria tua itu merobek celana dalamnya.
“Jangan coba untuk melawan lagi keinginanku untuk mencicipi tubuhmu. Saya akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tak terhingga untuk Mbak Stella. Setelah saya ngentotin kamu akan mendapatkan kenikmatan dariku.” Pak Kuncoro menyeringai.
Stella tidak percaya ini semua terjadi padanya.
Pak Kuncoro juga tidak percaya melihat kemolekan tubuh Stella. Kaki yang jenjang, paha yang mulus dan rambut tipis tercukur rapi menutup gundukan memek yang bersih. Keindahan yang tidak ada duanya. Keindahan tubuh Stella persis seperti apa yang selalu diidam-idamkan oleh Pak Kuncoro ketika masturbasi sendirian di kamar mandi.
Tubuh yang molek dan indah itu kini tergolek pasrah di atas lantai. Pak Kuncoro tak perlu waktu lama untuk menyerang tubuh Stella. Dia membenamkan kepala di antara paha Stella dan mulai menghirup aroma wangi liang kewanitaannya. Pak Kuncoro mulai menjilati bibir memek Stella.
“_Occhhh! Nikmat sekali._” ucap Stella dalam hati.
Stella menggigil tak berdaya sambil mencengkeram kepala Pak Bejo dengan kedua tangannya dan mencoba mendorongnya menjauh. Bahkan Rendra tak berani melakukan itu padanya. Lidah Pak Kuncoro makin lama makin meningkat intensitas iramanya dan Stella mulai kehilangan kendali pada tubuhnya. Dengan malu Stella mulai menyadari kalau tubuhnya perlahan menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Kuncoro sementara batinnya mencoba mengingkari.
“Aaaaccccchhhhhh” Stella mendesah panjang dan keras sambil terus mencoba mendorong kepala Pak Kuncoro.
Desahan Stella makin lama makin keras dan tubuhnya menggigil penuh nafsu birahi di bawah rangsangan luar biasa dari Pak Kuncoro. Stella sudah tidak ingat lagi akan semua hal yang ia junjung tinggi, pekerjaan, pendidikan, latar belakang, keluarga, suami, anak.. semua hilang ditelan nafsu. Tidak ada jalan keluar.
Dia akan ditiduri oleh laki-laki ini, seorang pria tua yang ternyata memiliki hati busuk. Dengan kecepatan tinggi, Pak Kuncoro mulai meloloskan baju dan celana yang ia kenakan sambil tetap mengunci tubuh Stella. Saking nafsunya, ia bahkan merobek kaos oblongnya. Berbaring di lantai, Stella sekilas melihat batang kontol Pak Kuncoro sebelum dia akhirnya memeluk Stella.
“_kontol Pak Kuncoro sangat besar, bahkan lebih besar dari milik Rendra._” batin Stella dalam hati.
Kaki Stella yang jenjang diangkat ke atas oleh pria tua yang sudah nafsu itu, keduanya ditautkan di pundak Pak Kuncoro dan dengan secepat kilat, Pak Kuncoro sudah sampai di selangkangan Stella. Tanpa tunggu waktu terlalu lama, langsung dilesakkan kontolnya ke dalam memek Stella.
“Ooccchhhh.. Ya.. Hhmmm!” desah Stella ketika kontol Pak Kuncoro masuk ke dalam liang memeknya.
Si cantik itu bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak kesakitan saat kontol Pak Kuncoro dipompa dalam rahimnya berulang-ulang kali. Tapi Pak Kuncoro tetaplah seorang pria tua. Tidak sampai lima menit, Pak Kuncoro sudah melepaskan cairan pejuhnya di dalam rahim Stella. Si cantik itu menatap wajah Pak Kuncoro dengan perasaan campur aduk.
“Sudah kubilang kalau kau akan menikmati semua ini, Mbak Stella. Desahanmu terdengar sangat keras dan merangsang.” kata Pak Kuncoro sambil meringis penuh kemenangan.
Stella yang malu memalingkan wajah. Saat wanita cantik yang baru disetubuhi berusaha bangun, Pak Kuncoro menarik tubuh Stella dan memeluknya.
“Mau kemana, sayang? Kita kan belum selesai. Kamu nggak pengen dientot lagi?” ucap Pak Kuncoro.
“Mau ke kamar mandi.” Kata Stella berusaha melepaskan diri dari pelukan Pak Kuncoro.
“Tapi kamu kan nggak bisa pergi seperti ini.”
Pak Kuncoro berdiri dan membantu Stella untuk berdiri. Satu persatu dilucuti semua pakaian yang melilit tubuh indah Stella. Mulai dari baju, bra sampai rok dalam yang masih tersangkut di kaki Stella. Setelah selesai, dibaliknya tubuh Stella.
“Sekarang baru boleh pergi, nanti kesini lagi.” kata Pak Kuncoro terkekeh sambil meremas pelan pantat Stella yang bulat dan mulus.
Sambil menahan air mata, Stella pun pergi ke kamar kecil, didalam kamar kecil Stella mengingat kembali kejadian pemerkosaan yang baru dialami, meski belum sempat orgasme tapi Stella mengakui kenikmatannya.
Saat kembali ke ruang tengah, Pak Kuncoro sedang menonton acara TV.
“Duduk di pangkuanku! dan goyangkan pantatmu.” Perintah Pak Kuncoro sambil menepuk kakinya.
Stella sempat ragu-ragu untuk sesaat, dia sangat sadar bahwa dirinya saat ini sedang telanjang tanpa sehelai benangpun di depan seorang pria yang bukan suaminya sendiri. Orang itu kini menghendaki tubuh indahnya duduk di pangkuannya. Stella hanya bisa mendesah penuh kepasrahan. Air matanya kembali menetes.
Tak berapa lama setelah duduk di pangkuan Pak Kuncoro sambil menggoyangkan pantatnya, tangan jahil pria tua itu mulai meraba-raba tubuh indahnya terutama buah dadanya diremas-remas. Lama kelamaan, api yang tadinya padam mulai menyala lagi, Stella mulai terangsang. Kali ini Pak Kuncoro ingin mengeluarkan pejuh di mulut Stella.
Istri Rendra itu memang sangat jarang melakukan oral seks atau fellatio pada suaminya sendiri karena terlalu alim. Sekali dua kali dilakukannya dengan terpaksa. Stella selalu menganggap hal itu kotor dan menjijikkan. Hanya pemain film porno yang pernah melakukannya.
“Aku tidak mau melakukannya.” kata Stella bersikukuh.
Tanpa banyak bicara Pak Kuncoro meraih kepala Stella dan akhirnya istri Rendra itu hanya bisa pasrah. Stella mulai mengoral kontol Pak Kuncoro. Remasan tangan Pak Kuncoro di kepala Stella mengeras. Si cantik itu bisa merasakan denyutan di kontol yang diemutnya kalau Pak Kuncoro hampir mencapai orgasme. Kontolnya sangat besar dan keras di dalam mulut Stella sehingga dia mulai batuk-batuk dan kehabisan nafas tapi Pak Kuncoro tidak peduli.
Stella berusaha mundur untuk menarik nafas, tapi tangan Pak Kuncoro meraih rambut belakang Stella dan mendorongnya maju sampai tertelan seluruh batang kontol sang pria tua. Karena kuatnya dorongan Pak Kuncoro, tubuh Stella menggelepar karena tercekik kehabisan nafas. Stella berontak dan berusaha melepaskan diri, tapi Pak Kuncoro terlalu kuat untuknya.
Lalu perlahan pria tua itu berhenti sesaat, memberikan kesempatan bagi Stella untuk bernafas sejenak. Sayang hanya sebentar, karena kemudian tiba-tiba saja kepala Stella didorong maju dan dipaksa menelan seluruh batang kontolnya. Tepat ketika ujung kepala kontol Pak Kuncoro menyentuh tenggorokan Stella, air mani pun meledak di dalam mulutnya.
Tidak ada jalan lain kecuali menelan seluruh pejuh yang dikeluarkan oleh Pak Kuncoro untuk menahan diri agar tidak tercekik.
Saat dilepas oleh Pak Kuncoro, Stella rubuh ke belakang dan menarik nafas lega. Seluruh pipi dan dagunya belepotan air mani Pak Kuncoro yang keluar dari bibirnya yang merah. Sadar apa yang baru saja diminumnya, langsung saja Stella merasa mual. Istri Rendra itu segera lari ke kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Setelah muntah, Stella merasa lebih baik dan tidak lagi merasa mual.
**Indriani Suseno**
Pak Adam adalah mertua Indriani Suseno dan ayah kandung Indra. Usianya sudah 58 tahun, bertubuh gemuk, botak dan sudah menduda sejak 12 tahun terakhir. Setelah kehilangan rumahnya yang berada di desa karena tidak bisa membayar hutang yang menumpuk, Pak Adam sedianya akan ditampung sementara oleh Indra dan menantunya Indriani yang sama-sama baru berusia 26 tahun sebelum nantinya mendapat rumah kontrakan yang baru.
Pak Adam mengetuk pintu depan dan menantunya yang ayu segera menyambutnya. Si seksi itu hanya mengenakan daster tipis yang menerawang yang pas ditubuhnya, khas baju ibu-ibu rumah tangga. Tapi entah kenapa, saat Indriani yang mengenakan baju itu, terlihat sangat menggairahkan. Indriani terlihat sangat cantik dan segar.
“Lho? Bapak? Aku kira bapak baru akan datang besok lusa? Ayo masuk dulu..” kata Indriani sambil memutar badan.
Walau tertutup daster, tapi Pak Adam bisa melihat jelas lekuk pantat sempurna milik Indriani yang menerawang di balik daster. Indriani, seperti juga kakak-kakaknya memiliki kecantikan natural yang sempurna. Walaupun menantu Pak Adam itu memiliki perangai yang manis, ceria dan suka bercanda, tapi sosok ayu dan seksinyalah yang membuat setiap lelaki ingin menidurinya.
“Mas Indra belum pulang, tapi sebentar lagi pasti datang..” ucap Indriani.
“Tadi aku naik bis yang sore..” kata Pak Adam sambil mencari sofa untuk duduk.
“Oh begitu. Istirahat dulu, Pak. Anggap saja rumah sendiri.” Jawab Indriani sambil membungkuk untuk mengambil cangkir yang ada di meja di depan Pak Adam.
Karena daster yang dipakai Indriani sangat longgar pada bagian dada gerakan ini membuat Pak Adam bisa mengintip celah buah dada putih ranum yang menggiurkan di balik bra Indriani. Melihat keseksian menantunya, kontol Pak Adam langsung mengeras. Mertua Indriani itu segera menyembunyikan tonjolan di selangkangannya karena malu.
Setelah menata meja, Indriani duduk di depan Pak Adam dan menyilangkan kakinya, seakan memamerkan kakinya yang putih, mulus dan jenjang dengan bulu-bulu halus yang menggairahkan. Pak Adam harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan pertanyaan Indriani.
“Jadi bagaimana perjalanannya? Capek yah, Pak?” tanya Indriani.
“Lumayan melelahkan. Lima jam perjalanan.” jawab mertuanya.
Mata Pak Adam bergerak menelusuri seluruh lekuk tubuh Indriani, dari atas sampai bawah, dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Hampir 5 tahun sudah Pak Adam tidak melakukan kegiatan seksual. Setelah kematian istrinya, Pak Adam sering memanggil pelacur saat masih tinggal di desa.
Tapi kemudian berhenti karena hutang-hutangnya kian bertumpuk dan dia tidak bisa membayar seorangpun pelacur. Indriani mulai sedikit rikuh dengan tatapan mata Pak Adam yang seakan menelanjanginya.
“Aku naik dulu ke kamar ya, Pak. Mau mandi sebentar lalu aku siapkan makan malam. Bapak pasti sudah lapar kan? Anggap aja rumah sendiri..” kata Indriani sambil menaiki tangga.
Mata Pak Adam tidak lepas dari goyangan pantat menantunya yang aduhai sampai ke atas tangga. Walaupun sudah uzur, tapi Pak Adam tetap laki-laki normal, dia butuh melepaskan hasrat birahinya. Dia ingin masturbasi untuk melepaskan gejolak nafsunya.
Suara HP Indriani berbunyi. Indriani mengangkatnya setelah melihat yang menelepon adalah suaminya.
“Halo? Sayang..” ucap Indriani.
“Halo, Sayang?” balas suara di ujung telepon.
“Sayang, aku minta maaf aku nggak bisa pulang hari ini, soalnya aku harus lembur di luar kota dan baru akan pulang sekitar hari Minggu sore. Mendadak banget dan tidak bisa ditunda..” lanjut Indra.
“Ya.. sudah kamu hati-hati ya.. ohya.. Bapak baru sampai sekarang lagi istirahat..” ucap Indriani memberitahu kedatangan mertuanya.
“Tolong pamitin ke Bapak ya. Pesawatnya hampir berangkat, aku tidak bisa lama-lama. Maaf tidak bisa menemani Bapak. Aku telpon kalau sudah sampai di sana nanti.” ucap Indra.
“Baik, sayang. Nanti aku sampaikan ke Bapak..” jawab Indriani.
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Indriani menutup telepon.
Pak Adam berniat untuk membawa tas-tasnya yang berisi baju ke kamar atas. Perlahan dia menaiki tangga, melewati kamar utama — tempat tidur Indriani dan Indra. Terdengar deru suara air mengalir dari kamar mandi yang terletak di dalam kamar utama. Pak Adam meletakkan tasnya di depan pintu kamar.
Setelah berpikir keras, dia memutuskan untuk memasuki kamar tidur utama pasangan Indriani dan Indra. Di atas ranjang terdapat rok dan atasan kaos putih. Saat mengambil kaos itu Pak Adam mendapati BH dan celana dalam tipis yang juga berwarna putih. Pak Adam benar-benar tidak kuat lagi menahan birahinya. Diambilnya celana dalam Indriani, dibukanya celananya sendiri, dan mulailah ayah mertua Indriani itu coli dengan menggesekkan celdam Indriani di kontolnya yang mulai keriput.
Detak jantung Pak Adam makin cepat karena ia tahu menantunya sedang mandi sementara dia coli menggunakan celdam yang akan dipakai Indriani. Gerakan Pak Adam makin meningkat cepat karena saat coli Pak Adam membayangkan enaknya menikmati tubuh Indriani di ranjang dan bagaimana rasanya memeluk menantunya yang cantik itu. Pak Adam membayangkan asyiknya melihat tubuh molek Indriani terhentak-hentak didera nikmat akibat sodokan kontolnya.
Pak Adam mengintip sedikit ke kamar mandi. Indriani rupanya lalai dan membiarkan pintu kamar mandi sedikit terbuka, memudahkan akses bagi mertuanya mengintip. Pak Adam mendapati Indriani sedang menyabuni buah dadanya yang besar, padat dan kenyal.
‘_Wow. Tubuh si Indri benar-benar indah. Sangat seksi. Seandainya mungkin, aku ingin masuk ke dalam sana dan mengentot menantuku yang semlohay itu._’ batin Pak Adam.
Pak Adam meneruskan colinya di celdam Indriani saat menantunya itu membungkuk untuk menyabuni kakinya yang jenjang dan pahanya yang mulus. Tak lama kemudian, Indriani bersandar pada dinding sementara air shower membilas tubuhnya yang putih mulus. Tangan kiri Indriani menangkup buah dadanya yang indah. Jari jemarinya mulai mengelus dan menowel-nowel putingnya.
Pak Adam terpana melihat menantunya itu memainkan buah dadanya. Tangan kanan Indriani menuruni perutnya yang langsing dan masuk ke selangkangannya.
“Acchhh..” Indriani mendesah kecil.
Tangan kiri Indriani yang penuh gelembung sabun itu kini memilin dan meremas-remas puting buah dadanya hingga mengeras, lalu meremas buah dadanya bergantian. Tangan kanan Indriani masih berada di selangkangannya. Semakin mencondongkan tubuhnya ke belakang, Indriani membentangkan kakinya sedikit.
Pak Adam bisa melihat jari jemari lentik tangan menantunya keluar masuk memeknya sendiri. Pak Adam terpesona melihat si cantik Indriani menggunakan jempolnya untuk menggosok dan menggerakkan daging menonjol yang ada di ujung atas bibir memeknya.
“Acchhh.. occhhh.. aaccchhhh” kaki Indriani melengkung saat si jelita itu melenguh perlahan.
Akhirnya tangan kirinya turun lemas ke samping badannya, sementara jari-jarinya tangan kanannya berhenti bergerak, namun tetap berada di dalam liang memeknya. Pak Adam merasakan air maninya membanjir. Tangannya belepotan sperma dan ia membersihkannya menggunakan celdam Indriani. Terdengar suara shower dimatikan dan Indriani mulai keluar dari shower.
Secepat kilat Pak Adam meletakkan celdam Indriani seperti sediakala dan meninggalkan kamar itu. Pak Adam menutup pintu kamar, namun masih membuka sedikit celah. Saat sudah beranjak meninggalkan tempat itu, terlihat Indriani keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya yang indah.
Pak Adam sebenarnya bisa langsung orgasme hanya dengan melihat Indriani setengah telanjang dan hanya mengenakan handuk, ternyata mertua mesum itu jauh lebih beruntung daripada yang dia kira. Indriani menjatuhkan handuknya ke lantai. Tanpa sepengetahuan wanita ayu itu, sang ayah mertua yang nafsu birahinya sedang memuncak ada di luar kamar sedang mengawasi tiap gerak-geriknya yang molek. Karena memunggungi pintu, Pak Adam bisa menyaksikan pantat putih mulus Indriani yang sempurna.
Perlahan-lahan Indriani berbalik dan Pak Adam hampir tak kuat menahan nafsu. Baru kali inilah dia menyaksikan keindahan tubuh Indriani secara langsung tanpa sehelai benangpun. Rambut di atas memek Indriani terlihat terawat karena dipotong rapi dan sangat lebat, sementara buah dada Indriani yang montok sangat ranum dan besar.
Si molek itu membungkuk sesaat mengambil handuk lalu mengeringkan rambutnya yang dikeramas. Karena bergerak cepat, buah dada Indriani bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan erotis. Pak Adam meletakkan satu tas kresek yang dibawanya dan mulai mengocok kontolnya lagi.
Saat Indriani usai mengeringkan rambut, istri Hasan itu mengambil celana dalamnya dengan sedikit membungkuk. Tentu saja Pak Adam makin puas karena bisa melihat lebih jelas ke arah lubang anus sang menantu. Untung saja Pak Adam kuat menahan diri, bisa saja ia masuk ke dalam dan menyetubuhi Indriani dari belakang dengan paksa. Warna merah muda anus mungil milik menantunya itu sangat mengundang selera sang pria tua.
Pak Adam berandai-andai apakah anaknya si Indra pernah menyodomi istrinya. Indriani mulai mengenakan roknya dan kembali buah dada si cantik itu bergoyang-goyang. Pemandangan erotis ini makin lama makin memuaskan Pak Adam. Tak perlu waktu lama, sperma pria tua itu akhirnya meledak di dalam celana.
Pak Adam mengambil semua tasnya dan berjalan kembali ke kamar untuk berganti pakaian. ‘_Situasinya menarik sekali!_’, batin laki-laki tua itu sambil membersihkan tangan dengan tissue. ‘_Aku sendirian di rumah selama beberapa hari dengan menantuku yang cantik jelita dan sangat seksi itu! Aku harus mendapatkan tubuh Indriani! Aku harus menanamkan kontolku di memeknya yang wangi secepatnya!_’
Entah apa yang akan dilakukan Andi seandainya dia mengetahui rencana ayah kandung pada istri yang dicintainya.
Bersambung…