DALAM GENGGAMAN PRIA TUA
**Indriani Suseno**
Setelah mandi dan membersihkan diri, Pak Adam kembali turun ke ruang keluarga. Dia duduk di sofa dan menonton berita di televisi, berharap bisa sejenak melepaskan hasrat birahinya yang liar kepada menantunya sendiri. Tidak lama kemudian, Pak Adam mendengar suara orang menuruni anak tangga.
“Pak, tadi Mas Indra telepon dari bandara. Katanya dia harus langsung lembur dan berangkat ke luar kota malam ini juga. Baru pulang hari Minggu sore. Untuk keperluan bisnis atau yang lain dan Mas Indra minta maaf tidak bisa menemani Bapak.” ucap Indriani ketika melihat Pak Adam sedang duduk di sofa.
“Oh, ya sudah tidak apa-apa.” ucap Pak Adam menjawab sekenanya karena pikirannya dan matanya sedang menikmati tubuh menantunya itu.
Pak Adam hanya bisa menatap takjub penampilan menantunya yang indah itu. Indriani memakai kaos putih tanpa lengan yang membuat buah dadanya yang besar terlihat menonjol menantang dan rok mini yang hanya menutupi selangkangan menantunya itu sehingga memperlihatkan keindahan pahanya yang putih dan mulus ditunjang kedua kaki yang jenjang. Dari belakang, Pak Adam bisa mencuri pandang pantat Indriani yang montok.
Pak Adam mulai terangsang lagi saat membayangkan menantunya itu menggunakan celdam yang tadi digunakan oleh Pak Adam untuk coli. Rambut indah panjang Indriani diikat kucir kuda dan membuat si cantik itu tampak lebih muda. Pak Adam menahan diri dan kembali menatap layar televisi. Indriani mulai menyiapkan makan malam sementara Pak Adam menyusulnya ke dapur untuk melihat apakah dia bisa membantu Indriani.
Sekitar dua puluh menit memasak dan bercakap-cakap, makanan pun siap. Tak disadari oleh Indriani kalau sedari tadi Pak Adam memanjakan matanya dengan mengamati setiap lekuk tubuh Indriani dari atas sampai bawah sementara Indriani memasak. Pantatnya yang bulat dan montok itu makin terlihat sempurna karena rok yang dipakai Indriani sedikit ketat saat dikenakan.
Saat membungkuk untuk mengambil sendok yang tidak sengaja terjatuh oleh Indriani, rok mini yang dipakai Indriani sedikit terangkat sehingga terlihat oleh Pak Adam celdam putih yang dipakai Indriani adalah yang digunakan oleh Pak Adam untuk coli tadi. Lelaki tua itu puas melihat menantunya memakai celdam yang sama yang dia gunakan untuk coli.
Pak Adam langsung membayangkan nikmatnya menubruk tubuh Indriani, membungkukkan tubuh si cantik itu ke depan, dan melesakkan kontolnya ke dalam memek Indriani sementara tangannya meremas-remas buah dadanya. Lamunan itu sirna begitu Indriani berbalik dan menghidangkan makan malam, akhirnya setelah beberapa lama Indriani dan mertuanya Pak Adam pun selesai makan malam.
“Bapak.. aku keatas duluan ya.. udah ngantuk mau istirahat..” ucap Indriani.
“Baik.. ” jawab Pak Adam.
Setelah beberapa saat Indriani naik keatas, Pak Adam menyusulnya dengan mengendap-endap, kemudian Pak Adam mengintip menantunya itu melalui sela pintu kamar. Pak Adam terkejut melihat Indriani melepas semua pakaiannya hingga telanjang kemudian naik ke kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Pak Adam langsung membayangkan bagaimana nikmatnya bercinta dengan Indriani seketika itu juga kontolnya mengeras dan Pak Adam pun melepas celana beserta celana dalamnya kemudian berniat untuk coli, dan karena sudah tidak mampu menahan nafsu birahinya maka timbul keinginan untuk memperkosa menantunya itu, tanpa pikir panjang Pak Adam segera melepas kaosnya hingga telanjang kemudian perlahan membuka pintu kamar tidur Indriani, masuk ke dalam kamar tidur menantunya dengan mengendap-endap.
Mengangkat selimut untuk meringsek ke balik selimut. Indriani sudah hampir terlelap ketika dirasakannya angin semilir masuk melalui selimutnya yang tebal. Baru disadarinya ternyata selimut itu diangkat oleh seseorang. Indriani yang masih terpejam tersenyum gembira, mengira Indra tidak jadi berangkat ke luar kota. Saat membalikkan badan, barulah disadari bahwa bukan Indra melainkan Pak Adam yang berada di samping tubuhnya! Karena sangat mengantuk, Indriani lambat bereaksi, dan dengan cekatan Pak Adam langsung memeluk tubuh menantunya.
Gesekan tubuh telanjang mereka menyadarkan Indriani akan gawatnya situasi yang sedang dihadapi. Indriani pun segera mendorong tubuh Pak Adam dan berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Pak Adam hanya tersenyum sinis dan menelikung tangan Indriani hingga dia tidak bisa berkutik. Tubuh keriput Pak Adam menindih tubuh mulus Indriani sehingga istri Indra itu terengah-engah. Semakin Indriani memberontak dan mencoba melepaskan diri sergapannya, semakin Pak Adam terangsang.
“Bapak! Lepaskan aku! Apa yang bapak lakukan di sini?” tanya Indriani.
“Itu pertanyaan bodoh, menantuku sayang. Kurasa kau tahu pasti apa yang sedang aku lakukan. Birahiku sedang tinggi dan aku bosan onani. Aku butuh memek yang enak, jadi aku masuk ke sini.” kata Pak Adam.
“Aku ini menantumu!! Ini tidak mungkin! Bapak tidak bisa..” protes Indriani.
“Memangnya siapa yang akan menghentikan aku?” tanya Pak Adam.
“Tidak ada orang lain di sini. Kamu boleh berteriak kalau mau tapi aku yakin tidak akan ada orang yang akan masuk dan menjebol tembok untuk menyelamatkanmu. Dan kau lihat sendiri, aku juga jauh lebih kuat daripada kamu.” lanjut Pak Adam
“Jika bapak memperkosaku, aku akan lapor pada polisi!” ancam Indriani.
“Bisa saja kau lakukan itu. Tapi menurutmu, bagaimana perasaan Indra?”
“Apa maksud bapak?” ucap Indriani.
“Seandainya kamu berani pergi ke polisi dan mengaku diperkosa oleh ayah mertuamu sendiri, Indra akan hancur perasaannya. Istrinya yang cantik dan mempesona diperkosa oleh ayahnya sendiri. Apalagi aku akan mengarang sebuah cerita kepadanya kalau istrinya, Indriani yang jelita merayu ayah mertuanya. Bahkan jika dia mencoba untuk tidak mempercayai ceritaku, dia tidak akan pernah percaya lagi padamu. Aku, tentu saja akan menceritakan bagaimana enaknya menyetubuhimu dan membuatmu orgasme. Semua detail akan aku ceritakan. Semua kenikmatan yang tidak pernah ia bisa berikan kepadamu. Oh ya, sayang. Jika kau cerita pada Indra atau polisi tentang perkosaan ini, kau akan menghancurkan hidupnya.” kata Pak Adam.
Indriani terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Mulutnya menganga lebar karena tiap perkataan Pak Adam ada benarnya.
“Bapak tidak peduli pada Indra? Apa yang akan dirasakannya?” tanya Indriani dengan lirih.
“Bapak benar-benar ingin menyakiti putra bapak sendiri?” lanjut Indriani.
“Bukan aku yang akan menyakitinya. Kamu yang akan menyakiti perasaannya. Aku sih cuma pengen ngentotin kamu. Kalau kamu tidak cerita apa-apa sama dia, semua beres. Semua senang.” ujar Pak Adam.
“Kecuali aku.” ucap Indriani.
“Kalau sampai kamu tidak puas bercinta denganku, namaku bukan Adam.” kata lelaki tua itu dengan bangga.
Akhirnya Indriani tidak menjawab lagi, dia tidak mau membayangkan kenikmatan yang akan dirasakan bila bercinta dengan mertuanya. Dengan berani Pak Adam mencium bibir Indriani. Ciuman yang disosorkan oleh Pak Adam bukanlah ciuman mesra seperti yang biasa diberikan oleh Indra pada Indriani. Ciuman Pak Adam sangat kasar dan penuh nafsu, dengan buas Pak Adam memaksa lidahnya masuk ke mulut Indriani, lalu mengeluarmasukkan lidahnya dengan cepat.
Gerakan lidah Pak Adam seirama dengan gerakan pinggulnya yang mendorong ke depan. Sekali lagi Indriani berusaha mendorong tubuh Pak Adam. Kali ini usahanya hampir berhasil. Pak Adam yang tidak siap terdorong mundur. Namun saat Indriani berusaha lari dari ranjang, Pak Adam menarik kaki sang menantu dan merentangkannya lebar-lebar. Pria tua yang sudah kehilangan akhlak itu menarik lutut Indriani dan menjepitkan pinggangnya di antara dua paha Indriani.
Si cantik itu bisa merasakan jembut kasar Pak Adam menyentuh bibir kemaluannya. Memek Indriani yang lama kelamaan basah bisa dirasakan oleh kulit Pak Adam yang langsung menyentuh selangkangan Indriani. Istri Indra itu berusaha mendorong mundur mertuanya. Tak henti-hentinya Indriani memukul dan menampar Pak Adam, tapi apa daya seorang wanita lemah?
Pak Adam tidak mempedulikan perlakuan Indriani dan meremas payudara sang menantu. Pria tua itu tidak lagi berlaku lembut pada buah dada Indriani. Dengan kasar diremas-remas dan dipelintirnya puting susu Indriani. Indriani merasa malu saat kemudian puting susunya malah makin mengeras. Pak Adam tidak melewatkan hal ini dan memelintir puting Indriani dengan jari-jari tangannya, Indriani tidak berkutik.
“Aaccchhhh..” sambil merem melek dia melenguh keras.
Pak Adam mencium dan menghisap puting Indriani dan menjilatinya dengan penuh nafsu. Hangatnya mulut Pak Adam terasa begitu nikmat sehingga Indriani lupa melawan. Dengan sadis Pak Adam memangsa buah dada Indriani dengan lidahnya, sesuatu yang sudah dia idam-idamkan sejak tadi.
Pak Adam menjilati puting Indriani lalu menciumi buah dadanya. Kenikmatan yang dirasakan oleh Indriani begitu tinggi sehingga istri Indra itu melenguh keras dan menjambak rambut Pak Adam. Dengan wajah senang dan puas, Pak Adam tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan.
“Susumu bagus sekali, aku selalu memperhatikan buah dadamu dan bertanya-tanya bagaimana rasanya kalau dijilati. Tidak begitu besar dan tidak terlalu kecil. Cukupan. Sempurna. Putingnya juga mempesona, lumayan besar.” kata Pak Adam.
Indriani yang tersinggung oleh ejekan itu mulai melawan Pak Adam lagi, kali ini si cantik itu bahkan berteriak-teriak meminta tolong. Sia-sia saja, tidak ada yang mendengar teriakan Indriani. Pak Adam tertawa-tawa dan terus meremas buah dada Indriani.
Dijilati dan digigitinya buah dada putih Indriani, pria tua yang sangat nafsu itu berusaha menelan seluruh buah dada Indriani ke dalam mulutnya. Dia bahkan meremas buah dada Indriani dan berusaha menelan keduanya bersama-sama. Walaupun tindakannya kasar, tapi Indriani mulai merasakan sensasi kenikmatan yang aneh dan kesulitan menolak Pak Adam.
Pak Adam mengagetkan Indriani saat mertuanya itu berbalik dan berlutut di atas tubuhnya. Kepala Pak Adam menghilang di antara paha Indriani dan kontol Pak Adam bergelantung di atas wajah cantiknya. Kontol Pak Hasan sangat berbeda dengan milik Indra.
Milik Pak Adam jauh lebih pendek dan tebal, warnanya juga lebih hitam kemerahan. Indriani bergidik saat membayangkan kontol Pak Adam memasuki memeknya. Rasa ngeri dan ketakutan membuat Indriani mengeluarkan cairan pelumas yang membanjir di selangkangannya.
Indriani menggigit bibirnya saat tiba-tiba saja mulut Pak Adam menjelajahi selangkangannya yang basah. Pak Adam mulai mencium, menjilat dan menghisap memek sang menantu. Tangan Pak Adam merenggangkan kaki jenjang Indriani supaya mendapatkan akses bebas ke memeknya.
Direntangkannya lebar-lebar sehingga Indriani tidak bisa menolak perlakuan ini. Pak Adam dengan mahir menggunakan lidahnya menjilati klitoris Indriani, lalu pada bibir memek dan akhirnya lidah Pak Adam menjelajah ke dalam liang cinta Indriani.
Ia menjilat dengan gerakan memutar dan menusuk, membuat Indriani menggelinjang keenakan. Pak Adam bahkan menggunakan giginya untuk menggigit-gigit kecil klitoris Indriani. Istri Indra itu masih terus berteriak dan melawan, bergerak mengelilingi tempat tidur dengan sekuat tenaga. Tapi Indriani sudah tidak tahu lagi, apakah teriakannya itu teriakan takut atau teriakan penuh nikmat.
Tiba-tiba saja Indriani mengalami orgasme. Kenikmatan menguasai tubuh indahnya, Indriani bergetar hebat saat mencapai puncak. Sebuah kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan dalam situasi seperti ini. Tubuh Indriani tergolek lemas. Tapi bahkan saat orgasme itu sudah menghilang, Pak Adam belum selesai menikmati memek wangi Indriani.
Pak Hasan membalikkan badan dan sambil menarik pinggul Indriani, dilesakkannya kontolnya yang besar ke dalam memek sang menantu. Indriani merem melek karena tidak bisa menahan kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya. Seluruh memeknya seakan terulur sampai batas dan terisi penuh oleh kontolnya. Indriani bisa merasakan denyutan demi denyutan kontol sang mertua di dalam liang cintanya. Memeknya terus memeras kontol sang mertua yang keluar masuk dengan cepat. Tiap kali digerakkan, seakan tusukan Pak Adam makin ke dalam, membuat Indriani mendesah-desah karena tak tahan.
“Acchhh.. Pak.. ooccchhhh.. su.. dah.. aaccchhhh.. hentikan.. hhmmm.. occhhh.. aaccchhhh..” desah Indriani.
Desahan si cantik itu membuat Pak Adam makin cepat memompa memek Indriani. Akhirnya Indriani mencapai puncaknya lagi, tubuhnya yang sempurna melejit karena mengeluarkan cairan cinta. Indriani bisa merasakan air mani Pak Adam juga tumpah di dalam rahimnya.
Pak Adam jatuh menimpa Indriani, tubuh mereka menggigil dan bermandikan keringat. Akhirnya Pak Adam berdiri dan keluar dengan santai dari kamar Indriani, meninggalkan istri Indra itu terlentang telanjang di kasur.
Saat Pak Adam akhirnya tertidur, Indriani memutuskan untuk mandi keramas dan mengganti seprei yang baru saja dipakainya untuk melayani nafsu ayah mertuanya. Dia mencoba melupakan apa yang terjadi tapi getaran yang terasa di tubuhnya tak kunjung menghilang.
Indriani tahu dia tidak mungkin mengatakan sejujurnya apa yang terjadi pada Indra ataupun pada pihak yang berwajib. Indriani tak punya bukti apapun dan dia takut kalau Indra bertanya padanya apakah Indriani menikmati bersetubuh dengan ayah mertuanya.
Indra selalu tahu saat Indriani berbohong jadi dia pasti tahu kalau Indriani mendapatkan sensasi kenikmatan lain saat bersetubuh dengan Pak Adam. Indriani tidak akan menceritakan apapun pada suaminya.
Saat membersihkan kamar keesokan paginya, Indriani menemukan sepucuk kertas di atas meja riasnya. Surat dari Pak Adam.
‘**Aku berharap bisa tidur denganmu lagi, Indriani sayang. Kalau aku sudah tidak kecapekan tentunya. Membayangkannya saja sudah membuatku nafsu. Aku berjanji akan lebih perkasa.**’
Walaupun Indriani berharap Pak Adam hanya mengancam, tapi dia tahu mertuanya itu bersungguh-sungguh. Istri Indra itu gemetar ketakutan. Dia membayangkan ayah mertuanya akan menyetubuhinya lagi setiap ada kesempatan dan tidak ada satupun yang bisa dilakukan si cantik itu untuk menghentikannya.
+
**Stella Wijaya**
Malam itu, rasa bersalah yang amat besar membuat Stella tidak bisa tidur. Dia tidak pernah bisa memaafkan dirinya karena memiliki nafsu birahi liar yang tersembunyi di balik kesetiaannya. Dia tidak pernah memaafkan dirinya sendiri yang rela menjadi hamba nafsu dan terlena oleh perkosaan yang dilakukan Pak Kuncoro. Awalnya dia mengira itu semua terjadi karena rasa takut, tapi perasaan nikmat itu tidak bisa ia bohongi. Seluruh kejadian bersama Pak Kuncoro terulang bagaikan film di benak Stella. Apakah dia seorang korban yang pasrah? Saat itu dia teringat kalimat yang pernah diucapkan oleh Bu Kuncoro.
“Mbak Stella belum mengerti apa-apa.”
Saat ini Stella baru sadar kenapa Bu Kuncoro bertahan walaupun didera semua penyiksaan fisik yang dilakukan oleh Pak Kuncoro. Pria tua itu memberikan kenikmatan seksual yang tidak ada bandingannya. Itu sebabnya Bu Kuncoro pasrah oleh perlakuan kasar sang suami.
‘_Bahkan terhadapku pun dia kasar._’ Pikir Stella.
Dan seperti Bu Kuncoro pula, Stella harus melalui siksaan fisik luar biasa sebelum akhirnya menikmati puncak nafsu liarnya yang terpendam.
Dinginnya malam tak tertahankan. Stella melangkah keluar dari kamar dan duduk termenung sendirian di ruang depan. Berusaha menenangkan pikirannya yang kalut. Tiba-tiba Stella teringat ucapan Pak Kuncoro yang mengatakan ingin memperawani lubangnya yang lain, Stella mencoba mencerna dan memikirkan maksud dari lubang yang lain.
‘_jangan-jangan maksud Pak Kuncoro adalah lubang pantatku, pasti sakit rasanya. Tidak aku harus menghentikannya, aku tidak bisa menerimanya jika yang dimaksud adalah lubang pantatku._’ gumam Stella.
Bagaimana mungkin Stella mengkhianati Rendra demi nafsu birahi sesaat. Ibu rumah tangga yang cantik itu tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Hendra. Mereka saling mencintai satu sama lain. Rendra sangat mencintai Stella. Tapi apa yang bisa diharapkan Rendra dari istrinya?
Stella telah ditiduri oleh tetangga mereka yang bejat dan berhati busuk bahkan Stella dengan senang hati melayani nafsu bejat pria tua itu dan Stella pun menikmatinya hingga orgasme. Dia pasti akan sangat shock jika tahu apa yang telah terjadi. Stella berusaha keras agar tidak menangis.
Dia tidak akan mengijinkan Pak Kuncoro melakukan apapun pada tubuhnya lagi. Stella adalah milik Rendra. Istri sah Rendra. Stella tidak mau dirinya berakhir sebagai istri simpanan atau bahkan budak seks laki-laki busuk seperti Pak Kuncoro.
‘_Maafkan aku, Mas Rendra. Aku berharap Mas mau memaafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengkhianati kepercayaan Mas Rendra lagi._’ Gumam Stella pada dirinya sendiri.
Dia berharap bisa menyelesaikan urusan dengan Pak Kuncoro besok. Dia akan menutup pintu rumahnya kuat-kuat supaya lelaki busuk itu tidak akan bisa masuk dan menodainya lagi. Dia ingin Pak Kuncoro tahu apa yang telah mereka lakukan tidak ada artinya bagi Stella. Istri Rendra itu merasakan beban yang ia pikul perlahan-lahan terangkat.
Bersambung…