**Dina Kania**
Setelah selesai menonton 1 film porno yang didapat dari mesin pencari internet Dina melihat jam dinding menunjukkan pukul 18.00.
‘_1 jam lagi Pak Michael akan datang, aku akan memberikan kenikmatan tubuhku pada Pak Michael seperti di film porno yang aku nonton._’ gumam Dina.
Ini pertama kali dalam hidup Dina menonton film porno, dia ingin melayani sebaik mungkin atasan suaminya itu. Berharap ini bisa membuat Pak Adam untuk tidak melaporkan kepada pihak berwajib tentang perbuatan suaminya, tapi dalam hati ibu muda itu ada perasaan kecewa kepada suaminya yang telah menjerumuskan dirinya menjadi seperti sekarang.
Dina memutuskan untuk menonton film porno lain, setelah beberapa adegan film porno berjalan Dina merasa mulai birahi, memeknya menjadi basah dan tanpa disadari tangannya mulai meraba selangkangannya, jemarinya yang lembut menggosok dan memainkan klitorisnya dan juga jemarinya menggosok dan masuk kedalam liang memeknya.
“Occhhh.. hhmmm.. aaccchhhh..” desah Dina sambil memejamkan mata menikmati tangan yang terus menggosok dan memainkan klitoris dan liang memeknya. Beberapa saat kemudian Dina merasakan ada satu dorongan yang kuat ingin keluar dari liang kenikmatannya.
“Oooooooohhhhhhh..” desah Dina ketika mendapat orgasme lewat permainan jemarinya.
‘_Semua ini terjadi akibat kebodohan Mas Hasan, aku harus membalasnya. Nanti aku akan menyetubuhi Pak Michael seperti tadi siang, aku pun ingin menikmati kontol Pak Michael dalam memekku. Mas Hasan tidak memikirkan diriku akibat dari perbuatannya, kenapa aku harus memikirkannya. Akan kunikmati persetubuhanku dan Pak Michael._’ gumam Dina.
Istri Hasan kemudian segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah beberapa saat Dina memoles wajahnya dengan riasan yang minim. Dina sengaja ingin menyambut kedatangan Pak Michael dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya, dia bertekad untuk menyajikan kemolekan tubuhnya kepada Pak Michael. Dina kembali melirik jam dinding menunjukkan pukul 18.50 maka ibu muda cantik itu berjalan keluar kamar tidur dalam keadaan telanjang menuju ruang tamu dan duduk di sofa tempat dimana ia menyetubuhi Pak Michael tadi siang.
Beberapa menit menunggu akhirnya Dina mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumahnya segera Dina berdiri lalu berjalan menuju pintu kemudian melihat dari jendela. Dina melihat Pak Michael turun dari mobil, Dina membuka pintu rumah ketika sosok yang ditunggunya sudah berdiri depan pintu rumahnya. Pak Michael sedikit terkejut melihat Dina membuka pintu rumah dalam keadaan telanjang, Pak Michael segera masuk ke dalam rumah wanita cantik itu dan Dina pun mengunci pintu rumahnya.
“Wow.. aku tidak menyangka kamu akan menyambut kedatanganku seperti ini.. kamu sungguh cantik dan seksi Mbak Dina..” kata Pak Michael.
“Kan tadi aku sudah bilang ke Bapak.. bolehkah aku peluk tubuh Bapak?” jawab Dina.
Pak Michael tersenyum kemudian tanpa rasa sungkan Dina memeluk tubuh Pak Michael dan mencium bibir pria tua itu.
“Mari ikut aku Pak, kita langsung ke kamarku. Aku bawakan tasnya boleh?” ucap Dina.
Pak Michael pun menyerahkan tas ditangannya ke ibu muda itu. Dina lalu menaruh tas jinjing Pak Michael di dalam lemari pakaian dalam kamar tidurnya. Memperhatikan ruangan kamar.
“Kamu lagi apa.. Mbak Dina sayang?” tanya Pak Michael.
“Menurut Bapak aku lagi apa sambil menunggu kedatangan Bapak..” ucap Dina tersenyum.
“Merapikan kamar, karena kamarmu tampak rapi..” ujar Pak Michael kemudian duduk di sofa samping meja rias Dina.
“Iya.. tadi setelah Bapak pergi aku menelepon orang tua Mas Hasan untuk menitip anakku malam ini, setelah itu aku merapikan kamar lalu mandi dan makan lalu aku nonton.. ohya Bapak sudah makan belum?” ujar Dina.
“Sudah.. aku sudah makan. Kamu nonton acara apa Mbak Dina sayang?” balas Pak Michael.
Dengan tersenyum malu, Dina menyalakan laptop diatas meja kecil samping ranjangnya dan dengan malu-malu Dina menunjukkan yang tadi ditonton. Mata Pak Michael terbelalak tidak percaya.
“Mbak Dina nonton begituan?” ucap Pak Michael.
“Iya.. aku pertama kali nonton film porno untuk belajar bagaimana memuaskan Bapak dengan tubuhku. Aku tidak mau mengecewakan Bapak karena itu aku belajar lewat film porno. Harapanku Bapak bisa puas dan melepaskan Mas Hasan..” jawab Dina tersipu malu.
“Mbak Dina seharusnya tidak perlu seperti itu, aku akan menikmati tubuh Mbak Dina apa adanya..” jawab Pak Michael.
“Harus Mbak Dina sayang ketahui tubuhmu sungguh mempesona dan indah, melihat tubuh Mbak Dina berpakaian tertutup saja aku sudah ingin mencicipi, apalagi Mbak Dina telanjang..” kata Pak Michael.
“Tidak apa-apa Pak, aku ingin memberikan yang terbaik untuk Bapak dengan tubuhku..” jawab Dina.
Dina melirik ke arah jari jemarinya. Cincin emas putih yang melingkar di jari manis sebagai lambang pernikahannya dengan Hasan membuatnya bergetar ketakutan. Tetapi sekali lagi Dina menyakinkan dirinya dan bertekad untuk memberi pelajaran kepada suaminya. Tangannya memeluk pinggang seakan hendak menghangatkan badan yang kedinginan.
“Apa yang Bapak inginkan?” ucap Dina manja.
“Mbak Dina tahu apa yang aku inginkan.” jawab Pak Michael atasan suaminya.
“Sesungguhnya aku benci melakukan ini semua! Tapi sekarang sudah terjadi, aku tidak punya pilihan..” Desis Dina.
“Gapapa.. kalau pun kamu membenciku, bencilah aku sesukamu, sayang. Aku malah lebih suka kamu benci daripada kamu cintai.” dengan jarinya yang hitam Pak Michael mengelus pipi dan rahang Dina yang halus mulus. “Sangat sempurna. Cantik sekali.” puji Pak Michael.
“Aku mungkin juga sangat ingin benci dengan Bapak, tapi aku sadar semua ini terjadi akibat perbuatan Mas Hasan, karena itu aku memutuskan untuk mengikuti semua permintaan Bapak termasuk menyerahkan tubuhku..” balas Dina sambil menggenggam tangan Pak Michael yang mengelus pipi dan rahangnya.
“Aku sudah menginginkanmu sejak pertama kali kita bertemu, Mbak Dina. Begitu tenang, sopan, penuh percaya diri. Ini yang membuat aku ingin menikmati tubuhmu..” ujar Pak Michael menatap Dina dengan dalam.
Dina membalas tatapan Pak Michael kemudian Bosnya Hasan memajukan wajahnya hingga bibir keduanya bertaut, Dina menyambut dengan menutup mata dan keduanya pun berciuman saling mengulum.
“Apa anda akan membuka rahasia ini pada Mas Hasan?” tanya Dina.
“Tergantung. Menurutmu apa yang akan terjadi jika dia mengetahui istrinya sudah melayani bosnya bermain cinta?” balas Pak Michael.
“Dia pasti minta cerai.” ucap Dina.
“Apa Mbak Dina mencintai Pak Hasan?” tanya Pak Michael.
“Sangat.” balas Dina.
“Aku kan sudah bilang. Mbak Dina harus menuruti semua perintahku kalau ingin semua ini berakhir dengan baik bagi semua pihak. Hasan tidak akan dipecat dan tidak akan masuk penjara. Aku dapat hiburan gratis dari seorang wanita yang cantik jelita dan molek, sedangkan Mbak Dina sendiri siapa tahu akan mendapatkan seorang keturunan yang berasal dari spermaku.” ucap Pak Michael.
Dina menundukkan kepala. Tidak menjawab air matanya turun dari pelupuk matanya, Dina merasa hatinya sakit dan hancur karena kebodohan suaminya, hidupnya dihancurkan.
“Semudah itu. Aku menginginkan tubuh Mbak Dina. Tiap kali aku butuh, aku telpon atau kirim pesan, Mbak Dina melakukan apa yang aku minta, dan Hasan tidak perlu tahu apa yang kita lakukan.” kata Pak Michael.
“Apakah ini artinya aku menjadi budak seks Bapak?” ujar Dina lirih.
“Aku ingin kau melayaniku, sayang. Aku ingin kau menerima apa saja yang ingin aku lakukan pada tubuhmu yang lezat itu selama aku belum bosan. Dan siapa tahu kamu bisa mendapat keturunan dari spermaku.” ujar Pak Michael.
“Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya.” ucap Dina.
“Tentu saja kamu harus mau melakukan..” balas Pak Michael.
“Aku belum pernah mengkhianati suamiku.” ujar Dina.
“Belum pernah? Lalu apa yang kita lakukan tadi siang? Lalu bagaimana kamu menyambutku tadi, bahkan kamu belajar untuk memuaskan aku lewat tontonan film porno. Wah-wah, anda benar-benar seorang istri yang sempurna. Cantik, setia dan baik hati pula.” Pak Pramono tersenyum sinis dan mengingatkan Dina.
Air mata semakin menggenang di pipi Dina.
“Kemarilah, sayangku..” ujar Pak Michael.
Perlahan Dina bergerak mendekati Pak Michael. Airmata mulai deras menuruni pipi ibu muda yang cantik itu. Dengan mata berkaca-kaca Dina menatap Pak Michael.
“Cium aku.” ucap Pak Michael.
Dina menengadah kepalanya dan mencium bibir Pak Michael.
“Dingin sekali. Aku ingin kamu cium mesra seperti tadi..” kata Pak Michael saat Dina berhenti menciumnya sesaat.
Sambil meletakkan tangan di pundak Pak Michael, Dina menengadah kepalanya sekali lagi dan menangkup bibir hitam Pak Michael dengan bibirnya yang merah mungil. Dina bisa merasakan bibir Pak Michael terbuka dan lidahnya menjelajah ke dalam mulut Dina. Tangan Pak Michael memeluk pinggang langsingnya dan menarik tubuh Dina agar lebih mendekat. Lidah mereka beradu dan Dina memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian ciuman itu berakhir.
“Boleh juga..” kata Pak Michael sambil duduk di ranjang.
“Sekarang menarilah. Aku ingin melihatmu menari bugil..” lanjut Pak Michael.
Dina mulai menggerakkan tubuhnya bergoyang perlahan.
“Tubuhmu memang benar-benar seksi dan sempurna.. anugerah terindah bisa menjadi horny melihat tubuh telanjangmu dan ngentot denganmu..” kata Pak Michael, matanya nanar ingin segera melahap tubuh Dina.
“Aku sudah sering meniduri banyak wanita, tapi tubuhmu adalah yang paling indah yang pernah aku entoti..” ujar Pak Michael.
Dina diam tidak menjawab melanjutkan gerakan bergoyang.
“Berlutut di depanku, Mbak Dina.. sayangku..” ujar Pak Michael.
Dina berjalan perlahan ke arah Pak Michael dan duduk berlutut di hadapannya. Dina tidak pernah menikmati oral seks. Hasan sering menyuruhnya tapi Dina selalu menolak dengan berbagai alasan. Dina tidak pernah mau menelan sperma suaminya.
“Keluarkan kontolku, Mbak Dina.. sayang. Aku kok ingin lihat kontolku diciumi oleh bibir semerah bibir anda..” kata Pak Michael.
Dina membuka celana Pak Michael dan menarik semua ke bawah berikut celdamnya. Kontol Pak Michael langsung terbebas dan berdiri tegak di depan wajah Dina. Walaupun sudah pernah melihat dan menikmatinya, Dina selalu terkejut melihat kontol Pak Michael. Ibu muda cantik itu baru menyadari kontol ini memang begitu panjang, besar dan bertonjolan urat halus.
“Bapak..” ujar Dina lirih terlihat ragu.
“Mbak Dina sayang.. sudah pernah melakukan oral seks, kan?” tanya Pak Michael.
“Sudah. Hanya untuk Mas Hasan. Tapi aku tidak suka melakukannya..” ujar Dina.
“Sayangku.. Sesudah melakukannya denganku, Mbak Dina tidak akan ragu lagi untuk melakukan oral seks lagi.. percayalah..” kata Pak Michael.
Dina terus memperhatikan kontol Pak Michael yang besar. Dia hanya pernah memasukkan satu kontol ke dalam mulutnya dan itu adalah milik suaminya sendiri. Tapi hari ini, sambil berlutut di hadapan kontol Pak Michael, istri yang tadinya setia itu harus melayani nafsu hewan sang pria tua. Dina mengeluarkan lidah dan menjilat ujung gundul kontol Pak Michael, merasakan lendir yang keluar dari lubang kencing dengan lidahnya. Perlahan-lahan, ditelannya seluruh kontol Pak Michael.
“Acchhh, enaknya..” desis Pak Michael.
Tangannya meraih rambut Dina dan menguntainya lembut. Dia mendorong kontolnya lebih jauh ke dalam mulut Dina. Istri Hasan itu menutup mata dan mencoba menahan diri agar tidak tersedak oleh desakan kontol Pak Michael yang terus didorong masuk ke tenggorokan. Dina berusaha keras agar bisa bernafas saat Pak Michael mulai mendorong pinggulnya.
Kini kontol Pak Michael terbenam dalam di mulut Dina. Tangan Pak Michael memegang kepala Dina dan membimbingnya agar bisa mengocok kontol Pak Michael dengan mulut. Tiap kali menarik kepala Dina, hidung si cantik itu terbenam sampai ke dalam keriting jembut Pak Michael.
“Terus sayang. Enak banget disepong istri orang!” kata Pak Michael sambil terus menggerakkan kepala Dina pada kontolnya.
Dina meletakkan tangannya di paha Pak Michael agar bisa meraih keseimbangan. Jari jemari Dina bisa merasakan sentuhan bulu-bulu kaki Pak Michael yang keriting.
“Pakai lidah..” perintah Pak Michael sambil memompa lebih kencang.
Dina menggunakan lidahnya untuk memijat seluruh batang kontol Pak Michael. Suara berkecap mulut Dina memenuhi ruangan yang sepi. Dina memejamkan mata, dia tidak ingin melihat dirinya sendiri menelan kontol Pak Michael.
“Ampun, Mbak Dina sayangku! Enak banget! Aku mau keluar nih!” ucap Pak Michael.
Dina berusaha menarik mulutnya, tapi Pak Michael menjambak rambut Dina dan memaksanya terus menelan kontolnya yang besar. Dina menggelengkan kepala dan berusaha melepaskan diri dari tangan Pak Michael. Dina tidak mau Pak Michael orgasme di dalam mulutnya. Dina bisa mendengar suara tawa pria tua itu ketika akhirnya pejuh Pak Michael meledak di dalam mulutnya. Pak Michael membanjiri tenggorokan istri Hasan dengan spermanya.
“Telan..” kata Pak Michael dengan geram, kontolnya dilesakkan sampai ke ujung.
Dina tidak bisa menahan lagi dan dengan satu tegukan, dia menelan semua muntahan sperma Pak Michael.
“Anak baik..” kata Pak Michael sambil mengendurkan pegangannya dan membiarkan Dina jatuh ke lantai dengan lemas.
Dina menundukkan kepala, dia tidak bisa menghentikan air mata yang terus jatuh menuruni pipinya yang putih mulus. Bibirnya memar dan mulutnya terasa sakit usai mengoral kontol Pak Michael. Tenggorokan Dina juga terasa lecet karena dipaksa menelan kontol besar sampai ke ujung. Jari jemari Pak Michael mengelus dagu sembari mengangkat wajah Dina.
“Mbak Dina sayang kok masih menangis? Tidak menyukai oral seks?” ujar Pak Michael
“Tidak..” kata Dina pelan.
“Mbak Dina pintar sekali melakukan oral seks. Seharusnya bangga bukannya malah menangis. Belum pernah aku orgasme secepat itu. Bukankah tadi Mbak Dina bilang mau memuaskan aku makanya Mbak Dina sayang belajar lewat film porno..” ujar Pak Michael.
“Iya.. aku memberikan kenikmatan tubuhku untuk Bapak hingga Bapak puas, tapi aku tidak suka dengan oral seks, lebih baik aku melayani Bapak dengan memekku bukan mulutku..” kata Dina.
“Kamu lebih suka ngentot? Apakah kamu suka ngentot denganku Mbak Dina sayang?” ucap Pak Michael.
“Aku lebih ingin menikmati bercinta pakai memekku daripada mulutku. Aku sudah menyakinkan diri untuk bercinta dengan Bapak pakai memekku. Aku akan melakukan permintaan Bapak untuk bercinta selama pakai memekku, dan aku akan melakukan dengan senang hati dan akan sebaik mungkin untuk memuaskan Bapak..” ujar Dina.
“Mbak Dina sayang.. mulutmu juga bisa membuat aku puas, bahkan hampir semua pria ingin merasakan kenikmatan oral seks dan hal ini bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan, bukan sesuatu yang bisa membuat Mbak Dina jadi rendah diri jika melakukan oral seks dengan pasangan. Mbak Dina sayang harusnya bisa menikmati oral seks dan senang jika pasangan Mbak Dina terpuaskan dengan oral seks.. cobalah untuk menikmatinya..” ujar Pak Michael.
Dina menganggukkan kepalanya dan ia teringat salah satu adegan film porno yang tadi dia nonton, dimana satu wanita cantik duduk bersimpuh dikelilingi oleh belasan pria yang berdiri lalu si wanita secara bergantian mengulum kontol pria disekelilingnya bahkan diakhir adegan yang si wanita membuka mulut menanti semburan sperma para pria dan wanita itu sangat menikmatinya lalu menelan semua sperma didalam mulutnya.
“Sudah Mbak Dina sayang.. hapus air matamu.. naiklah ke ranjang.. kita istirahat sejenak nanti aku akan mengentot memek Mbak Dina..” ujar Pak Michael.
**Indriani Suseno**
Indriani tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri yang gegabah karena selalu tidur tanpa mengenakan pakaian, kebiasaan buruknya itu membuat mertuanya yang bejat bisa memanfaatkan situasi dengan mudah. Selain selalu tidur tanpa sehelai benang pun, satu lagi kebiasaan buruk Indriani adalah dia sering meremehkan situasi. Indriani dengan santainya tidur telanjang tanpa mengunci pintu kamar, padahal dia hanya berdua saja dengan mertuanya. Sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal.
Ingatan Indriani tak bisa lepas dari kejadian di malam terkutuk saat Pak Adam, mertuanya sendiri dengan leluasa memperkosa Indriani. Istri cantik Hasan terjaga sepanjang malam, dia tidak bisa tidur karena masih teringat apa yang telah dilakukan Pak Adam kepadanya. Dia berusaha melupakan semua kejadian, tapi amatlah sulit melupakan perkosaan yang terjadi pada diri sendiri. Jangankan melupakan, denyutan kontol mertuanya yang melesak di dalam liang kenikmatannya seakan tidak pernah hilang dari memek Indriani.
Pak Adam mengancam akan melakukannya lagi, dan dengan kepergian Indra selama beberapa hari ini, tentunya amat mudah bagi Pak Adam memperoleh kesempatan untuk menidurinya lagi. Indriani berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari terkaman nafsu sang ayah mertua. Untungnya ayah mertuanya yang bejat itu seharian pergi entah kemana.
Sudah sepanjang pekan Indriani kesulitan menghubungi Mbak Stella, sejak kunjungannya yang terakhir kali, mereka tidak pernah bertemu lagi, kalaupun berhubungan hanya melalui sms singkat menanyakan kabar. Mungkin Mbak Stella dan Mas Rendra sedang sibuk sehingga jarang berada di rumah.
Satu-satunya harapan Indriani kini ada pada Dina. Tadi pagi Indriani sudah berusaha menghubungi Mbak Dina. Tapi ada sesuatu yang aneh dari nada suaranya. Kakaknya itu biasanya senang kalau ditelpon Indriani atau Stella, tapi hari ini sangat lain, sepertinya ada beban berat yang tengah dipikul Mbak Dina.
“Mbak, aku boleh tidur di sana seminggu ini? Paling tidak sampai Mas Indra pulang. A-aku takut di rumah sendirian, Mbak..” tanya Indriani saat menelpon Dina.
“Eh.. ehm.. gimana ya.. ehm.. a-aku..” Dina terbata-bata menjawab.
Indriani mengernyitkan dahi. Aneh sekali, ada apa dengan kakaknya itu? Tidak biasanya Mbak Dina terbata-bata saat menerima telepon darinya. Pasti kakaknya itu tengah menghadapi satu masalah yang sangat berat.
“Mbak Dina? Mbak kenapa?” tanya Indriani.
“Eh.. ehm, aku nggak apa-apa kok. Hanya saja untuk beberapa hari ini aku tidak bisa menerima tamu, dik. Karena.. ehm.. karena.. karena.. aku dan Mas Hasan sangat-sangat sibuk, iya, kami sangat sibuk. Bahkan untuk mengurus anak-anak saja tidak sempat dan.. dan.. lalu.. ehm..” ujar Dina terbata-bata.
“Oh ya sudah kalau begitu. Mbak Dina masih sibuk ya? Nggak apa-apa kok, Mbak. Aku juga nggak pengen nggangguin kalau Mbak Dina lagi sibuk..” ucap Indriani jadi tidak enak hati.
Tapi sebagai seorang adik yang hapal dengan sikap dan sifat kakaknya, Indriani tahu ada sesuatu yang tidak beres di rumah Dina. Itu sebabnya kakaknya itu menolak kedatangannya. Belum pernah seumur hidupnya Dina menolak kehadiran Indriani, Stella ataupun keluarga yang lain. Indriani paham benar ada masalah berat yang tengah dihadapi kakaknya. Dengan berat hati karena kecewa gagal melarikan diri dari rumah, Indriani pun pamit.
“Kalau begitu, nanti aku telepon lagi yah, Mbak..” ucap Indriani.
“I-iya, dik. Sori banget yah. Aku baru..” jawab Dina terputus.
“Iya Mbak, nggak apa-apa. Dah Mbak Dina..” mencoba memahami situasi yang dihadapi oleh Dina.
“Dah Indri..” balas Dina.
Kekhawatiran mulai merasuk ke diri Indriani.
Bersambung…