KENIKMATAN DARI PARA PRIA TUA
**Indriani Suseno**
Jam dinding sudah menunjukkan angka melebihi tengah malam saat Indriani mendengar pintu depan terbuka. Indriani yang kelelahan tertidur di sofa di depan pesawat televisi setelah menonton acara hiburan malam. Karena masih mengantuk, Indriani sedikit lambat bangun dari sofa dan lupa menghindari pertemuan dengan ayah mertuanya.
Pria gemuk dan botak itu langsung mencari menantunya yang molek. Pak Adam berhasil meraih lengan Indriani dan membungkukkan badan Indriani di dekat anak tangga menuju ke lantai atas sebelum si cantik itu berhasil lari ke kamar atas.
“Bapak! Apa yang bapak lakukan!? Aku tidak mau melakukannya lagi! Ini nista! Zina!” Indriani menjerit dan meronta mencoba melepaskan diri dari pelukan mertuanya.
“Percuma kamu menjerit. Di rumah ini cuma ada kamu dan aku, toh?” ucap Pak Adam.
Indriani mencoba meronta lebih keras lagi namun gagal, semua usahanya sia-sia. Dengan sekali sentak, Pak Adam menarik tubuh Indriani dan melemparnya ke atas sandaran empuk sofa yang berada di dekat mereka. Tubuh Indriani melayang dan mendarat hanya bertumpukan perut yang sekarang berada di atas bagian sandaran empuk sofa. Wanita cantik itu tersentak dan hampir muntah.
Setelah mengunci tubuh Indriani dengan kedua kakinya, dengan cekatan Pak Adam melucuti blouse yang dikenakan menantunya. Mertua yang sudah gelap mata itu menarik bra yang menutup kedua buah dada Indriani hingga putus dan menggunakannya untuk mengikat tangannya. Kecepatan tangan Pak Adam menarik bra dan melucuti blouse membuat Indriani kagum sesaat, seakan-akan pria tua itu sudah sering melakukan hal ini sebelumnya.
Pak Adam menarik rok pendek yang dikenakan Indriani ke pinggang dan dengan kasar melucuti celana dalamnya. Indriani berusaha keras menendang ayah mertuanya, tapi karena posisinya yang kurang pas, Pak Adam bisa menghindar. Setelah seluruh kemolekan tubuh Indriani terekspos, Pak Adam dengan leluasa bergerak bebas. Ia segera menampar pantat Indriani yang montok, bulat dan padat dengan sekeras mungkin.
“Aduh.. awww..” Indriani menjerit kesakitan.
Sayang, hal itu malah menambah semangat Pak Adam yang kemudian tertawa terbahak-bahak dan mengulangi tamparannya beberapa kali lagi. Saat ia puas melakukannya, pantat Indriani memerah karena sakit dan istri Indra yang seksi itu hanya bisa sesunggukan menahan air mata. Pak Adam menarik rambut Indriani dan membalik kepalanya sehingga mereka bisa saling berhadapan.
“Itu hukuman buat menantu nakal yang menghindari ayah mertuanya yang sudah kangen pengen ngentot. Jangan pernah lari dariku lagi! Mengerti? Sekarang coba tebak apa yang bapak bakal lakukan sama kamu? Hahaha..” Pak Adam tertawa terbahak-bahak melihat wajah Indriani yang memelas dan bersimbah air mata.
“Bapak bakal entotin kamu sampai kamu tidak bisa berdiri tegak lagi! Paham! Kamu harus mau Bapak entot kapanpun Bapak mau dan jangan pernah melawan atau menghindar lagi. Mengerti!” ujar Pak Adam lanjut.
Setelah mengatakan itu, Pak Adam melepaskan jambakannya pada rambut Indriani dan merenggangkan kedua kakinya melebar. Dia kini memiliki akses penuh ke memek Indriani yang sudah terekspos menantang. Pria tua menggunakan jempol tangannya untuk membuka lebar-lebar bibir memek Indriani. Pak Adam segera membuka celananya dan seketika kontolnya ternyata sudah mengeras keluar dari sarang. Tanpa basa-basi lagi, Pak Adam melesakkan kontolnya ke dalam memek Indriani dengan satu sentakan yang sangat menyakitkan Indriani.
Wanita cantik itu menjerit kesakitan dan berusaha keras melepaskan diri dari mertuanya, tapi usahanya kembali gagal. Pak Adam menarik kontolnya dan kembali dia tusukan ke dalam memek Indriani keras-keras.
“Awww.. sakit..” Indriani menjerit kesakitan karena liang rahimnya belum terlumas secara menyeluruh, sehingga penetrasi yang dilakukan Pak Adam membuatnya sangat kesakitan.
“Hahaha.. makanya lain kali kalau Bapak pengen ngentot jangan coba-coba melawan..” Pak Adam kembali tertawa terbahak-bahak melihat menantunya menjerit-jerit tanpa daya.
Tangan Pak Adam mencoba meraih buah dada Indriani yang bergelantungan. Setelah mendapatkan yang dicari, tangan gemuk Pak Adam mulai meremas-remas serta memilin buah dada Indriani seiring gerakan kontolnya yang keluar masuk di liang cinta sang menantu. Indriani menangis dan terus memohon pada Pak Adam agar menghentikan perbuatannya, tapi yang dilakukan mertuanya yang gila itu malah terus menjejalkan kontolnya ke dalam memek Indriani. Sempitnya liang memek sang menantu membuat Pak Adam serasa terbang ke langit nirwana.
“Acchhh.. ssttt.. occhhh..” desah Indriani sesaat.
Kemudian saat-saat yang ditakutkan Indriani akhirnya datang juga. Wanita cantik bertubuh indah mulai merasakan kenikmatan merambat naik ke seluruh penjuru badan. Mulai dari rangsangan Pak Adam yang meremas-remas buah dadanya sampai kecepatan kontol sang mertua yang masih terus keluar masuk lubang memeknya. Entah kenapa Indriani mulai menikmati perlakuan seperti ini. Rasa takut dan bersalah yang ada di benak Indriani bertarung dengan rasa nikmat yang melanda seluruh tubuhnya.
Ada kenikmatan unik yang bercampur antara rasa sakit dan kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh sang ayah mertua. Istri Indra itu makin kebingungan saat Pak Adam akhirnya menyemprotkan maninya ke dalam liang rahim Indriani. Dia bingung karena entah harus merasa lega atau malah kecewa karena belum orgasme tetapi mertuanya yang keji sudah lebih dulu klimaks. Tubuh Pak Adam menegang dan sesaat kemudian kontolnya mengecil.
Dengan diiringi suara meletup yang nyaring, mertua Indriani itu menarik kontolnya dari memek sang menantu. Istri Indra berbaring di atas sofa dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lelah dan malu. Indriani merasakan sentakan kecil dalam tubuhnya, hampir saja si cantik itu mencapai puncak kenikmatan andai mertuanya menghunus kontolnya beberapa kali lagi.
Pak Adam berjalan mengitari sofa menuju ke arah Indriani. Sekali lagi mertua cabul itu menjambak rambut Indriani dan menarik kepalanya. Dengan terpaksa Indriani duduk di sofa sementara Pak Adam berdiri. Kepala Indriani tepat berada di depan selangkangan Pak Adam.
“Bersihkan kontolku..” perintah sang mertua.
“Apa?!” seru Indriani heran.
Dia tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Walaupun sudah mulai mengecil, tapi kontol Pak Adam itu masih cukup keras dan belepotan air mani. Tangan Indriani masih terikat oleh bra-nya sendiri sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.
“Jilati kontolku sampai bersih. Cuma gitu aja kok repot? Lebih baik cepat kau lakukan apa yang aku suruh sebelum sebagian pejuhku menetes di sofamu yang mahal itu dan menimbulkan noda! Kalau tidak mau, akan kuhajar kau malam ini juga!” ujar Pak Adam.
Karena rasa takut yang amat sangat, tidak ada jalan lain bagi Indriani kecuali menyerah. Sebagai pengantin baru, Indriani amat sering mengoral kontol suaminya, tapi hal itu bukanlah hal yang menyenangkan. Dengan perasaan segan, istri yang tadinya setia itu mulai menjilat ujung kontol ayah mertuanya yang masih belepotan air mani. Indriani membersihkan kontol Pak Adam dengan bibir dan lidahnya.
Pria tua itu merem melek karena akhirnya sang menantu tunduk di hadapannya. Perasaan nikmat karena disepong menyatu dengan pikiran erotis bahwa kontolnya sedang dijilati oleh menantunya sendiri yang luar biasa cantik dan seksi. Kontol itupun perlahan kembali mengeras. Pak Adam menarik kepala Indriani dan menggerakkannya maju mundur.
Menantunya yang cantik itu hampir kehabisan nafas dan tersedak karena kontol Pak Adam terus didesak masuk makin dalam. Indriani merintih dan mencoba menarik kepalanya, tapi Pak Adam jauh lebih kuat darinya. Entah kenapa rintihan Indriani membuat Pak Adam berhenti mengeluarmasukkan kontolnya ke dalam mulut Indriani.
“Wah, sepertinya aku terlalu berlebihan ya? Untung kamu hentikan, soalnya kita belum selesai ngentotnya, toh?” kata Pak Adam.
Sebelum Indriani mampu berpikir jernih tentang apa yang dikatakan mertuanya, pria gemuk dan botak itu menarik tubuh sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Di samping pesawat televisi. Perasaan sesak yang diderita Indriani menyebabkan tubuhnya lunglai dan lemas sehingga tidak mampu berdiri tegak. Hal ini dimanfaatkan Pak Adam untuk melucuti seluruh pakaian menantunya hingga telanjang bulat. Pak Adam sendiri juga melepas seluruh pakaian yang dikenakannya dengan cepat dan mendorong tubuh Indriani mepet kembali ke tembok.
Tiba-tiba Pak Adam menampar Indriani. Lagi dan lagi. Dengan kasar Pak Adam menampar Indriani berulang-ulang kali. Indriani menjerit-jerit kesakitan dan mohon ampun. Airmatanya mengalir deras. Akhirnya Pak Adam menghentikan siksaannya.
“Jadi begini situasinya.” Bisik Pak Adam galak.
Wajahnya sangat dekat dengan Indriani sehingga wanita jelita itu bisa merasakan hembusan nafas penuh nafsu Pak Adam di pipinya.
“Aku masih terangsang dan pengen ngentot denganmu lagi malam ini. Hanya saja karena aku baru saja orgasme, tentunya kali ini akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke klimaks kedua. Aku ingin mencapai orgasme keduaku malam ini, bahkan kalau untuk mencapai kesana aku harus entotin kamu sampai pagi. Aku harap kamu mau bekerja sama, karena kalau sampai aku tidak mencapai apa yang aku inginkan, aku akan menghajarmu sampai mati!” lanjut Pak Adam mengancam.
Indriani panik. Si cantik itu tidak tahu mertuanya itu serius atau tidak, tapi yang jelas tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan dirinya sendiri kecuali menurut pada permintaan Pak Adam.
“Jangan, Pak. Aku mohon.. aku mohon jangan sakiti aku lagi..” bisik Indriani lemah.
“Mengemis tidak akan mengubah pendirianku. Bahkan rengekanmu malah membuat kontolku jadi lemas lagi. Tentunya kamu tidak ingin itu terjadi setelah bekerja keras mengeraskannya dengan mulutmu. Ayo. Ngentot lagi.” ucap Pak Adam.
Dengan terpaksa Indriani menurut saat Pak Adam mengangkat tubuh telanjang sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Pak Adam melesakkan kontolnya masuk ke dalam memek Indriani dengan lebih lembut kali ini. Wanita cantik itu mengangkat kakinya dan mengaitkannya di pinggang Pak Adam sementara tangannya menggantung di leher ayah mertuanya, tangan Pak Adam sendiri menahan beban tubuh Indriani dengan mengangkat pantatnya. Rasanya luar biasa nikmat bagi keduanya berada dalam posisi seperti ini.
Memek Indriani masih licin oleh air mani yang tadi disemprotkan Pak Adam ke dalam liang rahimnya sehingga dia bisa melesakkan kontolnya dengan mudah. Kali ini jejalan kontol sang mertua di dalam liang cinta sempitnya membuat Indriani merasa nyaman dan bergairah, seluruh tubuhnya bergetar merasakan liang rahimnya yang sempit kini meremas-remas kontol besar Pak Adam yang meraja di memeknya.
“Occhhh.. hhmmm.. aaccchhhh..” Indriani mendesah tak kuasa menahan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dengan punggung Indriani bersandar pada tembok, kedua manusia berlainan jenis itu mulai bergerak bersamaan. Indriani mulai merasa nikmat karena Pak Adam kali ini memperlakukannya lebih lembut. Rasa sakit yang diderita kedua pipinya karena tamparan Pak Adam menghilang berganti rasa nikmat yang meraja di selangkangannya. Indriani berusaha keras menyembunyikan perasaan nikmatnya agar tidak terlihat terlalu jelas di depan sang mertua yang cabul.
“Occhhh.. ssttt.. hhmmm..” Indriani berusaha melawan rasa nikmat yang dirasakan dan berusaha menahan desahannya.
“Jangan dilawan.. nikmati aja ngentot dengan Bapak.. ayoo.. Bapak yakin masih bisa memberikan kenikmatan padamu..” ucap Pak Adam pada menantunya.
Klitoris Indriani menempel di tubuh Pak Adam dan setiap gerakan keluar-masuk kontol Pak Adam membuat klitoris Indriani tergesek seirama, tambahan bulu-bulu halus yang menyentuh ujung klitoris Indriani membuatnya melejit ke awan-awan. Indriani memejamkan mata dan berusaha keras tidak mendesah keenakan.
“Mana susumu?” perintah Pak Adam lagi tiba-tiba.
Dengan wajah memerah karena terhina, Indriani menyorongkan buah dadanya dengan satu tangan ke arah mulut Pak Adam. Pria tua itu meringis penuh kemenangan dan menikmati wajah malu sang menantu. Dengan penuh nafsu, Pak Adam segera menyerang puting buah dada Indriani. Dia tidak lembut lagi kali ini, tapi sangat lihai memainkannya. Dia menarik dan menghisap puting itu dengan mulutnya, lalu menjilati pinggiran puting buah dada Indriani, setelah itu dia menggeluti puting itu dan menggigitinya dengan penuh nafsu.
“Occhhh.. aaccchhhh.. ooccchhhh..” desah Indriani.
Rangsangan yang dirasakan Indriani terlalu hebat sehingga menggiring wanita jelita itu ke puncak kenikmatan. Tanpa sadar dia menggerakkan pinggangnya lebih cepat dan kuku-kuku jarinya menancap di punggung Pak Adam sampai akhirnya Indriani orgasme.
“Ooccchhhh.. aaccchhhh.. oooooooohhhhhhh..” erang Indriani ketika orgasme dirasakan.
Indriani bisa merasakan memeknya meremas batang kontol Pak Adam dengan sebuah remasan hebat dan dia mulai merintih serta menjerit lirih penuh nikmat.
“Aaccchhhh.. ba.. bapak.. occhhh.. acchhh.. ooccchhhh..” Indriani teriak orgasme bertubi-tubi.
Akhirnya setelah selesai mengejang dan memeknya banjir cairan cinta, Indriani membuka matanya.
“Gimana.. nikmat bukan ngentot dengan Bapak? Apakah Hasan pernah memberimu kenikmatan seperti ini?” ucap Pak Adam meringis penuh kemenangan.
Wajah Indriani semakin memerah karena malu, dalam hati mengakui bahwa kenikmatan yang tidak pernah ia dapatkan dari suaminya. Indriani mulai lupa bahwa yang sedang menikmati tubuhnya adalah mertuanya yang biadab, orgasme bertubi-tubi dan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya membuat Indriani memperat pegangan tangannya, pinggulnya bergerak menyambut kontol Pak Adam yang keluar-masuk di liang memeknya. Indriani merasa kontol mertuanya tetap keras dan masih terus menghunus memeknya.
“Occhhh.. hhmmm.. aaccchhhh..” desah Indriani selama kontol Pak Adam menghujam keras kedalam liang memeknya.
Tak lama setelah Indriani mencapai klimaks, Pak Adam dengan sengaja menarik kontolnya keluar Indriani terkejut. Pria tua itu lalu duduk di anak tangga. Dia memberi isyarat supaya Indriani menghampiri dan duduk mengangkanginya. Dengan patuh, menantu yang baru saja digauli sampai orgasme oleh mertuanya itu duduk berhadapan di pangkuan Pak Adam.
Indriani menurunkan badannya perlahan dan membiarkan kontol Pak Adam yang masih keras menusuk memeknya dari bawah.
Seluruh tubuhnya melejit begitu kontol besar itu menguasai bagian dalam lubang rahimnya. Rangsangan yang memberikan nafsu birahi dan kenikmatan pada Indriani kembali terpusat pada selangkangannya. Kali ini Pak Adam tidak perlu meminta karena Indriani tahu apa yang diinginkan mertuanya. Si cantik yang seksi itu pun bergerak naik turun dan mulai menyetubuhi mertuanya. Buah dada Indriani yang memantul-mantul terlihat sangat erotis di hadapan Pak Adam. Pria tua itu segera memainkan kedua buah dada Indriani dan menghisap putingnya dalam-dalam.
“Ooccchhhh.. bapak.. hhmmm.. aaaaccccchhhhhh..” Indriani melenguh manja dan merintih keenakan.
Dia tidak peduli lagi sedang dientot oleh mertuanya, seluruh pikirannya, seluruh kesetiaan dan perasaan bersalahnya seakan menghilang ditelan gelombang nafsu birahi yang diberikan ayah mertuanya. Semakin kasar perlakuan Pak Adam, semakin memuncak nafsu Indriani. Setelah beberapa lama tubuh Indriani meremas-remas kontol Pak Adam, akhirnya pria tua itu sampai juga pada ujung klimaksnya. Pak Adam meremas pinggul Indriani dan menyemprotkan air mani ke dalam lubang rahimnya.
Untuk beberapa saat lamanya Indriani dan Pak Adam berpelukan telanjang di anak tangga. Tubuh mereka basah bermandikan keringat dan nafas mereka mendengus karena kecapekan. Perlahan kesadaran akan kejadian yang telah berlaku menyentakkan Indriani. Dia kembali sadar akan nistanya perbuatan ini. Bagaimana mungkin dia malah melayani nafsu binatang sang ayah mertua? Kemana istri Indra yang telah bersumpah setia itu?
Indriani menangis sejadi-jadinya. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena terlena oleh nafsu birahi. Indriani meronta dari pelukan Pak Adam, mengumpulkan pakaiannya yang tercecer dan lari ke kamar, langsung menuju kamar mandi. Saat Pak Adam masuk ke kamar dan menyusul Indriani, istri Indra yang cantik itu tengah menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun. Wajahnya penuh dengan kemarahan dan perasaan geram.
“Enak juga punya menantu seksi kayak kamu. Tiap kali butuh ngentot tinggal ambil. Beberapa hari lagi Indra baru pulang. Kalau tidak mau semua terbongkar, sebaiknya mulai sekarang kamu turuti kemauanku! Besok pagi kalau aku masuk ke sini, aku tidak ingin melihatmu mengenakan sehelai pakaianpun, mengerti? Aku ingin melihat tubuh indahmu telanjang dan jangan lupa untuk merentangkan kakimu lebar-lebar!” kata Pak Adam.
Mertuanya melangkah keluar kamar meninggalkan Indriani yang terhina, putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan diri dari situasi ini. Air mata menetes deras di pelupuk mata Indriani. Kisahnya masih jauh dari usai.
**Stella Wijaya**
Lokasi pos siskamling yang dimaksud oleh Pak Kuncoro ada di pojok jalan. Pos itu berbentuk bangunan kecil yang hanya memiliki dua jendela, satu di sisi kanan dan satu di kiri serta satu pintu di sisi luar sementara sisi lain menempel di tembok sebuah pagar beton tinggi milik rumah warga. Tidak ada apa-apa di dalam pos itu kecuali tikar, asbak dan kartu remi.
Stella sangat berharap, tidak ada orang lain yang berada di luar rumah malam itu kecuali dirinya dan Pak Kuncoro. Harapan Stella terkabul karena malam itu suasana sangat sepi. Hanya suara angin menggesek daun dan beberapa ekor kucing hilir mudik sambil mengeong mencari makan yang menemani suara jangkrik dan serangga malam lain.
Stella merasa aneh berjalan sendirian malam hari ini seperti ini dengan pakaian yang sangat tipis dan menerawang. Dia berjalan mepet di sisi tembok agar bisa bersembunyi di balik bayangan pagar yang tinggi. Walaupun suasana sepi, tapi Stella tidak mau mengambil resiko. Untung saja jarak antara rumah dan pos kamling tidak terlalu jauh.
Walaupun hanya mengenakan daster dan tidak mengenakan make-up apa pun, wajah Stella tetap mempesona. Hanya dengan memandangi keelokan paras dan keseksian tubuhnya saja, kontol tua Pak Kuncoro pasti sudah menegang. Bandot tua itu geleng-geleng.
Dia masih belum bisa mempercayai keberuntungannya. Pria tua buruk rupa seperti dirinya akhirnya bisa juga meniduri wanita cantik dan alim seperti Stella.
Terdengar suara ketukan pelan di pintu pos kamling. Pak Kuncoro segera membukanya. Stella terlihat sangat cantik dalam balutan daster tipis menerawang. Tubuhnya yang luar biasa indah terlihat semakin seksi dan kulitnya yang putih seakan menyala di kegelapan malam.
Dia terlihat bagaikan seorang bidadari yang baru saja turun dari khayangan. Pak Kuncoro terkekeh-kekeh melihat penampilan mempesona wanita yang akan segera disetubuhinya.
“Hehehe.. luar biasa, Mbak Stella. Benar-benar cantik dan seksi. Tidak sabar aku ingin menikmati tubuh indah Mbak Stella..” ujar Pak Kuncoro.
Stella terdiam dan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. “A-aku sudah datang kemari. Aku harap Pak Kuncoro…..” kata Stella belum selesai.
“Sstt, jangan membangunkan tetangga yang sudah tidur. Ayo masuk ke dalam.” potong Pak Kuncoro meminta Stella masuk kedalam pos.
Stella menurut saja dan masuk ke dalam pos kamling. Hanya berdua dengan bandot tua yang bejat itu membuat tubuh Stella menggigil ketakutan. Dia hampir tak percaya apa yang sedang dilakukannya. Stella dengan rela menyerahkan diri untuk digauli tetangganya yang buruk rupa sementara suaminya yang tampan sedang tidur di rumah.
Pak Kuncoro menutup pintu pos kamling dan menguncinya. Tak lupa dia juga menutup gorden agar tidak ada orang yang bisa mengintip adegan yang akan segera terjadi di dalam pos kamling ini.
Stella berdiri di tengah pos kamling sambil memeluk dirinya sendiri yang kedinginan terkena udara malam. Tubuh Stella masih terus bergetar, bukan dikarenakan oleh dinginnya semilir angin tapi karena perasaannya yang campur aduk.
“Hhhhmmmmm..” desah Stella lirih saat tubuh hangat Pak Kuncoro memeluknya dari belakang.
Pria tambun itu tidak perlu berbasa-basi dan ingin langsung menyantap hidangan utama yang lezat yang disuguhkan oleh ibu rumah tangga yang masih muda dan sangat cantik ini.
Tangan Pak Kuncoro bergerak menyusur seluruh tubuh Stella sementara dia menempelkan tubuhnya sendiri di belakang sang ibu muda yang molek itu. Stella memejamkan mata, setengah tak rela tubuhnya disentuh lelaki selain suaminya, setengahnya lagi menikmati rabaan Pak Kuncoro di setiap jengkal tubuhnya.
Stella makin merinding ketika pria tua itu mulai menciumi bagian belakang leher dan telinganya. Suara kecupan Pak Kuncoro menjadi satu-satunya suara yang mengisi sepinya malam itu.
“Aaaaccccchhhhhh..” Stella melenguh lagi saat Pak Kuncoro menempelkan penisnya yang mulai mengeras di sela-sela pantat sang ibu muda.
Pria tua yang makin bernafsu itu menggerak-gerakkan kontolnya di belahan pantat Stella dengan gerakan yang lembut sementara bibirnya terus menciumi bagian belakang kepala Stella. Tangan Pak Kuncoro mulai bergerak bebas, meraba dan meremas buah dada Stella yang ranum meski masih tertutup oleh daster tipis.
Untuk beberapa saat lamanya Stella hanya berdiri di tengah pos kamling sementara Pak Kuncoro terus meraba-raba seluruh tubuhnya. Baru kali ini pria tua menjijikkan itu memperlakukannya dengan lembut.
Tak perlu waktu lama bagi Pak Kuncoro untuk segera melucuti pakaian yang dikenakan oleh Stella. Dia segera mendorong tubuh ibu muda jelita itu ke atas tikar yang kotor di lantai pos kamling. Satu persatu baju Stella dilucuti. Setelah pertahanan terakhir Stella yang berupa celana dalam mungil dilucuti oleh Pak Kuncoro, pria tua itu segera beraksi.
Pak Kuncoro menciumi ujung jari kaki Stella dan perlahan turun terus hingga ke daerah betis, lutut, paha dan akhirnya selangkangan Stella. Ketika sampai di daerah rambut halus bibir memek Stella, ibu muda itu menangis sesunggukan dan meremas ujung tikar dengan perasaan campur aduk, antara menikmati dan menolak.
Saat Pak Kuncoro menjilati memeknya yang harum, Stella menggerakkan pinggulnya tanpa sadar dan tubuh seksi wanita cantik itu melonjak-lonjak karena rangsangan luar biasa yang diakibatkan oleh jilatan lidah Pak Kuncoro.
Ketika masih meresapi nikmatnya cairan cinta yang meleleh di pinggir bibir memek Stella, Pak Kuncoro merasakan jemari Stella menjambak rambutnya. Pak Kuncoro gembira karena Stella rupanya telah tenggelam dalam nafsu birahi.
“Acchhh.. ja.. jangaaaan.. occhhh.. aku tidak mauuuuu!!! Oooooooohhhhhhh..” Stella megap sambil menggeleng kepala menolak kenikmatan badani yang tiba-tiba saja mencapai puncak dan menguasai tubuh indahnya.
Wanita cantik itu telah mencapai orgasme awal karena tidak bisa menahan gejolak nafsu birahinya sendiri sejak awal. Tubuh Stella melejit dan lepas dari pelukan Pak Kuncoro. Pria tua itu melepaskan Stella dan membiarkannya terbaring di tikar.
Mata Stella terbelalak dan tubuhnya menggigil karena ketakutan saat melihat Pak Kuncoro melucuti pakaiannya sendiri hingga telanjang dan kedua matanya tertuju menatap pada selangkangan Pak Kuncoro, kontol besar Pak Kuncoro yang beberapa hari lalu melesat kedalam liang memeknya sudah mulai ereksi, Pak Kuncoro bersimpuh di samping kepala Stella kemudian menyodorkan kontolnya ke mulut Stella.
“Isepin.. Mbak Stella.. bikin keras supaya nanti Mbak Stella bisa menikmatinya..” ujar Pak Kuncoro.
Stella tidak berani menolak kemudian membuka mulut dan membiarkan kontol besar Pak Kuncoro memasuki rongga mulutnya, Stella memaju-mundurkan kepalanya menyepong kontol Pak Kuncoro beberapa saat hingga kontol itu mengeras dan siap untuk melesat kedalam liang memeknya.
Pria tua yang bertubuh gemuk dan berkulit gelap itu menuju selangkangan Stella lalu berlutut dan menempelkan ujung gundul kontolnya yang basah di bibir memek Stella. Saat dilesakkan kontolnya ke dalam memek Stella, ternyata liang cinta ibu muda itu belum sepenuhnya terlumasi. Hanya sebagian saja dari keseluruhan batang kemaluan Pak Kuncoro yang bisa masuk.
“Acchhh.. jangaaaaan diteruskaaan.. saya mohon Pak! Sakiiiit!! Jangaaan.. pelaaan! Pelaaan sajaaa!! Jangaaaan!! Hentikaaan!! Hentikann!!” Stella menjerit lirih karena takut membangunkan penghuni komplek di sekitar pos kamling, tapi rasa sakit yang dirasakannya terlalu menyiksa sehingga air mata menetes di wajahnya.
Stella berusaha mendorong tubuh Pak Kuncoro menjauh darinya walaupun sia-sia. Stella hanya bisa menangis sesunggukan dan berusaha tabah saat Pak Kuncoro malah menyodokkan sisa kontolnya ke dalam memek Stella.
“Siap-siap digenjot ya, Bu Rendra?” ejek Pak Kuncoro yang sengaja memanggil Stella dengan nama suaminya. Wajah Stella memerah karena dipermalukan seperti itu.
Pak Kuncoro menarik kaki Stella yang jenjang dan menempelkannya di kedua sisi wajahnya. Ibu rumah tangga yang cantik itu harus merelakan tubuhnya dibolak-balik oleh Pak Kuncoro yang memang berniat menikmati seutuhnya kemolekan tubuh Stella.
Dengan kaki terangkat ke bahu Pak Kuncoro, Stella memejamkan mata karena tahu apa yang akan segera dilakukan pria tua itu. Pak Kuncoro menarik pinggul Stella dan menjebloskan kontolnya ke dalam memek Stella.
“Aaaaccccchhhhhh!!! Jangaaaaaaaann!! Sakiiiiiiiiiit!! Aduuuhhhhh.. jangaaaan… pelaaan sajaaa! Pelaaaan!!” pinta memelas Stella belum digubris oleh Pak Kuncoro.
“Teriakanmu semakin keras semakin membuat aku terangsang Bu Rendra..” ucap Pak Kuncoro kembali menyebut nama Stella dengan nama suaminya.
Teriakan dan desis perih Stella ibarat musik yang merdu di telinga Pak Kuncoro yang bejat. Mendengarkan suara wanita idamannya menjerit kesakitan dan menggeram karena merasakan desakan kontolnya di dalam memek Stella membuat Pak Kuncoro sangat terangsang.
Pak Kuncoro menarik sedikit batang kontolnya. Hal ini membuat Stella bisa bernafas sedikit lega, sayang tak berlangsung lama. Saat Stella masih terengah-engah dan menarik nafas, tiba- tiba Pak Kuncoro mendorong batang kontolnya masuk ke rahim Stella sampai ujung terdalam! Stella menjerit kesakitan saat kontol itu menguasai liang cintanya yang sempit.
“Hiiyyyaaaahhhhh!! Pelan Pak..” teriak Stella di tengah sepinya malam.
Dia sudah tidak peduli lagi kalau-kalau ada orang yang melewati pos kamling itu. Stella merasa kesakitan setiap kali Pak Kuncoro menusuk memeknya dengan keras.
“Pak.. aku mohon.. pelan-pelan aja.. aku akan menuruti kemauan Bapak.. aku dan Bapak.. kita akan bercinta sampai Bapak puas..” ucap Stella lirih dan memohon.
“Nikmati kontolku Bu Rendra.. aku akan memberimu kenikmatan..” ucap Pak Kuncoro.
“Bapak mau aku nikmati kontol Bapak panggil aku Stella.. bukan dengan nama suamiku..” balas Stella kemudian bangkit dan memeluk tubuh pria tua itu.
Stella menghujani wajah Pak Kuncoro dengan ciuman penuh nafsu dan merebahkan tubuhnya di atas tikar sambil menarik tubuh pria tua itu keatas tubuh telanjangnya dan kembali melumat bibir dan wajah Pak Kuncoro, kedua kakinya mengapit pinggul pria tua diatas tubuhnya, dan
Kontol Pak Kuncoro masuk sepenuhnya ke lubang memek Stella. Sekali lagi wanita cantik itu merasakan pahitnya bersetubuh lelaki menjijikkan seperti Pak Kuncoro.
Bersambung…