**Dina Kania**
Dina terbangun jam 9.00 ketika ia melirik jam dinding, Pak Michael terlebih dahulu bangun dan sedang mandi. Beberapa saat kemudian Pak Michael keluar dari kamar mandi.
“Mbak Dina sayang.. sudah bangun?” tanya pria tua itu melihat Dina duduk merenung diatas ranjang.
“Sudah.. Bapakku sayang.. aku mandi dulu ya..” balas Dina kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan hendak menuju kamar mandi.
Ketika hendak melewati tubuh sosok atasan suaminya itu, Pak Michael menahan tubuh Dina untuk masuk ke kamar mandi. Lalu pria tua itu menarik tubuh Dina kedalam pelukannya dan mencium bibir istri bawahannya.
Baru kemudian Pak Michael melepas tubuh Dina membiarkan ibu muda itu memasuki kamar mandi. Didalam kamar mandi ibu muda itu duduk didalam bathtub. Seandainya saja Dina mampu menolak setiap keinginan Pak Michael, dia akan melakukannya.
Tapi tiap kali pria tua berwajah garang dan berperawakan gagah itu menyentuh dirinya, Dina seperti takluk pada semua perintahnya. Dina juga sangat khawatir dengan aksi Pak Michael yang tidak menggunakan alat pengaman apapun saat menyetubuhinya.
Apa yang akan terjadi nanti seandainya Pak Michael menghamilinya? Bagaimana mungkin istri yang tadinya setia dan sangat alim itu terjatuh ke dalam jurang kenistaan dan berubah menjadi pekerja seks privat untuk Pak Michael?
Tanpa sadar, Dina menyelipkan jari jemarinya ke selangkangan saat membayangkan apa yang telah dilakukannya dengan Pak Michael. Jari jemari lentik ibu cantik itu menggosok lembut daerah bibir kemaluannya. Lama kelamaan jari itu masuk ke dalam liang cinta Dina.
Wanita jelita itu tenggelam dalam masturbasi sambil membayangkan sosok pria yang lebih pantas menjadi ayahnya yaitu Pak Michael sedang menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Beberapa saat kemudian tubuh Dina bergetar dan membusungkan dadanya dan mendapat orgasme, Dina segera membersihkan tubuhnya dan keluar dari kamar mandi.
Duduk di depan meja rias, Dina menyisir rambutnya dengan rapi. Ibu muda yang jelita itu masih telanjang menatap muram refleksi dirinya di dalam cermin. Dina tidak mempercayai nasib buruk yang telah dialaminya selama beberapa hari terakhir.
Dina masih tetap cantik, masih tetap seksi, masih tetap molek dan masih tetap menggairahkan mata setiap orang yang menatapnya. Akan tetapi predikat istri setia dan ibu yang baik sudah jauh meninggalkan dirinya. Dina yang sekarang bukan lagi Dina yang lugu dan suci.
Dina yang sebelumnya tidak pernah disentuh pria lain itu bermain api dengan Pak Michael, atasan suaminya sendiri. Walaupun dua sekali disetubuhi, tetap saja Dina merasa sangat kotor, apalagi saat dengan kesadaran sendiri meminta Pak Michael untuk menyetubuhinya untuk menuntaskan hasrat nafsu birahi.
Pernikahannya dengan Hasan seakan lenyap terbakar hawa nafsu birahi yang menyala. Dina malu mengakui nikmat yang dirasakan saat disetubuhi laki-laki selain suaminya sendiri. Walaupun awalnya terpaksa melayani Pak Michael agar keluarganya selamat dari malapetaka, namun kenikmatan luar biasa yang dirasakan Dina saat melakukan affair dengan Pak Michael tetaplah tidak bisa disembunyikan begitu saja.
Berawal dari sebuah ancaman akan memenjarakan Hasan dan menyita seluruh harta mereka, Pak Michael kini menguasai seutuhnya jalan hidup ibu rumah tangga beranak satu itu. Dina takluk pada semua perintahnya termasuk menjadi budak seks pribadi Pak Michael.
Apa yang akan terjadi seandainya Hasan mengetahui semua kejadian ini? Tentunya dia akan langsung menceraikan Dina begitu tahu istrinya telah ditiduri Pak Michael atasannya. Dina bahkan sangat malu berhadapan dengan kakak dan adiknya seperti Stella dan Indriani. Sebisa mungkin mereka tidak terlibat dalam masalah ini.
Inikah sosok istri yang tadinya setia itu?
**Stella Wijaya**
Pak Kuncoro mulai memompa kontolnya dalam-dalam di memek Stella. Kenikmatan bersetubuh dengan Pak Kuncoro yang pernah dirasakan oleh Stella saat diperkosa pria tua ini kembali terulang. Pandangan mata wanita muda itu mengabur karena kenikmatan luar biasa yang ia rasakan.
Tubuhnya menjadi lemas, mulut Stella menganga keenakan dan rahangnya mengeras saat si cantik itu akhirnya menyerah pada kenikmatan yang diberikan Pak Kuncoro.
“Acchhh.. ooccchhhh.. aaccchhhh..” lenguh Stella pasrah saat pria tua itu menyetubuhinya.
Pak Kuncoro meremas buah dada Stella yang montok dan menjilatinya dengan lidah. Dia melakukannya dengan sedikit kasar karena gemas oleh keindahan buah dada Stella. Ibu rumah tangga yang cantik itu menarik nafas dalam-dalam karena bibir Pak Kuncoro yang besar seakan memoles seluruh buah dadanya dengan air liur. Jilatan Pak Kuncoro mengitari puting Stella yang mengeras dan sekali dua kali dia menggigit ujungnya dengan lembut.
“Aaaaccccchhhhhh..” Stella menjerit karena sensasi yang ia rasakan.
Sakit yang ia rasakan berasal dari selangkangannya berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Memek Stella yang ditembusi kontol Pak Kuncoro berulang-ulang akhirnya mengeluarkan cairan cinta yang langsung membanjir. Rasa malu dan puas bercampur menjadi satu sehingga wajah Stella memerah.
Pak Kuncoro melepas buah dada Stella dan menangkup pipi pantatnya yang bulat mulus. Stella melenguh saat Pak Kuncoro meremas dan memilin bokongnya yang halus dengan tangannya yang kuat. Kontol Pak Kuncoro masih keluar masuk dalam memek Stella yang hangat dan becek.
Pinggang Pak Kuncoro berulang kali bertamparan dengan paha mulus Stella. Karena dilepas oleh Pak Kuncoro, buah dada Stella yang besar bergoyang-goyang erotis seiring gerakan maju mundur pria tua itu.
“Occhhh.. Pak.. Acchhh.. hhmmm.. ooccchhhh..” Stella terengah-engah tiap kali kontol Pak Kuncoro menerobos ke dalam liang memeknya yang hangat dan basah.
Pria tua itu menyetubuhi Stella dengan kecepatan yang makin lama makin meningkat. Seiring makin cepatnya Pak Kuncoro mengentoti Stella, makin bertambah pula kepuasan mereka hingga hampir sampai ke puncak. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh telanjang Stella yang putih mulus. Pak Kuncoro meringis menahan kekuatan dan giginya terkatup kuat-kuat.
“Acchhh.. ssttt.. ooccchhhh.. aaccchhhh..” Stella melenguh berulang, tubuhnya bergerak seiring desakan kontol Pak Michael dalam rahimnya.
“Ayo.. huucccgggg!! Kita.. buatkan.. Kylie.. adik baru!! huucccgggg! Mbak Stella!!” kata Pak Kuncoro.
Wajahnya yang berkeriput penuh keringat dan nampak cerah karena bisa menyetubuhi wanita idamannya. Pak Kuncoro meraih ke belakang kepala Stella dan menarik rambut panjangnya. Ia mendekatkan wajah Stella ke wajahnya sendiri dan mulai menangkup bibir Stella dengan bibirnya.
Bibirnya yang tebal mengelus-elus bibir Stella hingga basah kuyup oleh air ludah. Lidahnya yang panjang juga bergerak menyusur seluruh bagian dalam mulut Stella. Mata indah Stella terbelalak karena hampir tersedak.
“Hhmmm.. occhhh..” Stella melenguh parau.
Pak Kuncoro melepaskan ciumannya.
“Bersiaplah menerima.. uhh! spermaku.. manis!!” Pak Kuncoro meraung dan mengatupkan mata saat dia hampir mencapai titik puncak kepuasan.
Tangannya mencengkeram bulat pantat Stella, melebarkan bibir memek istri Rendra itu agar bisa menerima kontolnya yang besar.
“Acchhh.. occhhh.. Pak.. acchhh.. ya.. occhhh..” Stella mengeluarkan lenguhan berirama tiap kali Pak Kuncoro melesakkan kontolnya ke dalam memek Stella.
Ibu rumah tangga yang sintal itu tidak bisa mengumpulkan pikirannya dan berkonsentrasi, dia hanya mengikuti gerakan Pak Kuncoro. Stella telah dibuai kenikmatan sehingga tidak bisa berpikir apalagi mengucapkan kata-kata. Tubuhnya berguncang dalam pelukan Pak Kuncoro.
Stella melemparkan kepalanya ke belakang dan menyerah pada rasa nikmat yang ia rasakan di daerah selangkangan. Entah kenapa dia ingin sekali merasakan kehangatan sperma Pak Kuncoro di dalam liang cintanya. Dia ingin laki-laki tua itu segera menuntaskan permainannya.
“Occhhh.. nikmat sekali memek Mbak Stella..” Pak Kuncoro melenguh penuh nikmat.
Ia menarik pinggangnya ke belakang untuk menyiapkan satu tusukan akhir ke memek Stella.
“Oooooooohhhhhhh.. nikmat..” raung pria tua saat akhirnya ia melesakkan kontolnya dalam-dalam.
“Acchhh.. memek Mbak Stella sungguh nikmat.. aku sangat beruntung menikmatinya” Pak Kuncoro menggeram keenakan saat pinggangnya menampar paha Stella dan memuncratkan banjir air mani dalam liang memek ibu muda yang seksi itu.
Stella bisa merasakan semprotan air mani yang hangat dan lengket di dalam rahimnya. Sensasi yang ia rasakan membuatnya sampai ke ujung kenikmatan.
“Aaaaccccchhhhhh..” Stella pun orgasme.
Kepalanya dilempar ke belakang dan Stella berteriak penuh kepuasan. Seluruh sudut tubuhnya mengeras untuk sesaat dan kemudian orgasme pun meledak dalam tubuhnya. Tak pernah sebelumnya saat bermain cinta dengan Rendra Stella memperoleh kepuasan seksual seperti sekarang. Walaupun dalam hati Stella lebih baik mati daripada mengakui kenikmatan ini.
“Fuhh.. fuhh.. fuh..” Stella terengah-engah usai mengalami orgasme dan melayani nafsu iblis Pak Kuncoro.
Pria tua itu segera menarik kontolnya dari dalam memek Stella. Tubuh telanjang istri Rendra tergolek tak berdaya dan air mani meleleh keluar dari dalam memeknya. Pak Kuncoro masih belum selesai. Pria tua itu meringis bengis dan bersiap lagi. Dia menginginkan lubang Stella yang lain.
**Indriani Suseno**
Indriani menguap. Wanita cantik itu membolak-balik halaman tabloid wanita yang sedang dipegangnya dengan bosan. Walaupun sudah berusaha membaca dan konsentrasi, tapi susah sekali memahami apa yang ditulis di tabloid itu karena dia tidak bisa fokus.
Benaknya masih dibebani perkosaan yang dilakukan Pak Adam. Dia sangat trauma dan ketakutan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak bisa menceritakan petaka yang menimpanya baik pada suaminya sendiri ataupun pada pihak yang berwajib, dia takut kalau dia membeberkan semuanya, situasinya akan lebih buruk lagi.
Semalam suntuk Indriani berusaha tidur tapi tak kunjung bisa memejamkan mata, dia takut sewaktu-waktu Pak Adam akan datang ke kamar dan menyetubuhinya lagi. Selangkangannya masih terasa sakit setelah mendapatkan perlakuan kasar kemarin. Dasar panjang umur, pria tua busuk itu tiba-tiba saja muncul dan berdiri di samping Indriani.
“Aku pengen jalan-jalan ke mall” ucap Pak Adam.
Indriani meneguk ludah, dia diam saja dan pura-pura tidak mendengar. Biasanya Pak Adam akan pergi selama berjam-jam dan Indriani terbebas darinya. Pria tua itu biasanya pergi begitu saja tanpa pamit, entah kenapa hari ini dia pamit pada Indriani. Karena perasaannya masih kacau balau, Indriani diam membisu.
Tidak mendapat tanggapan dari Indriani membuat marah Pak Adam. Dengan geram Pak Hasan mendekati menantunya yang sedang membaca. Tabloid wanita yang sedang dipegang Indriani disambar Pak Adam dengan kasar sampai jatuh berserakan di lantai.
“Kamu dengar tidak? Aku mau mengajak kamu jalan-jalan ke mall!” ajakan Pak Adam pada Indriani itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.
‘_Ke mall? Apa lagi yang diinginkan kali ini?_’ gumam Indriani sesaat dalam hati.
“Ke mall? Ngapain kita jalan-jalan ke mall? Kebutuhan dapur dan yang lain masih ada. Besok lusa Mas Indra juga sudah pulang.. kita tidak perlu..” tanya Indriani sambil merapikan rambutnya yang jatuh ke kening.
Wajah Pak Adam memerah menandakan kemarahannya makin lama makin memuncak. Pak Adam menarik tubuh Indriani dan memeluknya dengan kasar.
“Justru karena besok lusa Indra sudah pulang, aku mau menikmati saat-saat terakhir bersamamu, Aku tidak ingin menyakitimu lagi, jadi sebaiknya kau turuti semua permintaanku tanpa mengeluh, atau aku akan berubah pikiran! Hari ini kita mulai dengan jalan-jalan ke mall karena aku pengen memamerkan menantuku yang cantik jelita pada orang-orang sekota..” ucap Pak Adam menggertak.
Pak Adam mencium bibir Indriani dengan kasar bahkan menggigitnya sampai menantunya itu kesakitan. Akhirnya setelah Indriani meronta, Pak Adam melepaskannya.
“Aku juga tidak suka kamu bertanya padaku dengan sinis! Lain kali pikir dulu sebelum mengajukan pertanyaan!” lanjut Pak Adam.
Indriani yang sudah lepas dari pelukan Pak Adam meringkuk di sofa dan menundukkan kepala, dia sangat ketakutan sampai-sampai tubuhnya bergetar.
“Aku minta ma-……” ucap Indriani ketakutan.
“Maaf? Sudah seharusnya!” dengan sombong Pak Adam memalingkan muka dan duduk di sofa.
“Ganti pakaianmu dengan yang seksi, dandan yang cantik! Aku menunggu di sini, jangan lupa bawa uang yang banyak dan kartu kredit. Siapa tahu aku ingin belanja-belanja.” lanjut Pak Adam.
Indriani melangkah lemas ke kamar atas, entah apa lagi maksud Pak Adam.
**Stella Wijaya**
Pak Kuncoro mengelus seluruh tubuh Stella tanpa ada perlawanan berarti. Seluruh perasaan dan keinginan Stella untuk melawan hilang ditelan oleh kenikmatan orgasme yang baru saja dirasakannya. Pak Kuncoro mengecup pantat Stella yang bulat, mulus dan kencang. Beberapa kecupan meninggalkan bekas cupang memerah di pantat Stella.
Pak Kuncoro merenggangkan kedua sisi pantat itu dan mulai menjilat lubang kecil yang berada di tengah, tepat di atas bibir memek Stella yang masih meneteskan air mani. Lubang anus Stella dibuka sedikit melebar.
Tanpa aba-aba, Pak Kuncoro mencelupkan jari ke dalam memek Stella, menciduk cairan cinta yang leleh di dalam lubang kemaluan wanita jelita itu dan mengoleskannya di seluruh anus Stella yang menantang.
Pak Kuncoro melumasi dubur Stella dengan cairan cintanya sendiri, dia berniat menusukkan jari jemarinya ke dalam lubang kecil yang sangat sempit itu.
“Renggangkan kakimu!” bentak Pak Kuncoro.
Stella hanya bisa menurutinya dengan isak tangis yang tertahan, ibu muda yang cantik itu pasrah dan merenggangkan kakinya melebar. Jari jemari Pak Kuncoro terus melumasi dubur Stella dan masuk ke dalam tanpa mengindahkan rasa sakit yang menyiksa wanita cantik itu.
Stella mengernyit kesakitan. Siksaan Pak Kuncoro sangat tak tertahankan olehnya. Stella melompat ke depan dan berusaha menggeliat melepaskan diri dari tusukan jari jemari Pak Kuncoro di anusnya.
Tapi Pak Kuncoro ikut bergerak maju dan menindih tubuh Stella.
Pak Kuncoro terus memasukkan jari demi jari ke dalam dubur Stella sementara ibu muda itu meronta-ronta kesakitan. Rongga di dalam anus Stella perlahan melebar karena jari yang masuk ke dalam makin lama makin banyak. Stella menjerit-jerit tapi Pak Kuncoro tetap melaksanakan niatnya.
Setelah dirasa cukup melumasi, Pak Kuncoro menarik jarinya keluar dari lubang anus Stella.
“Membungkuk! Ayo cepetan! Lelet amat sih? Naikkan pantatmu tinggi-tinggi! Aku ingin memerawani lubang anusmu!” maki Pak Kuncoro.
Walaupun hatinya menolak, tapi Stella sangat ketakutan. Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia harus menyerahkan lubang anusnya pada pria tua yang sangat bejat ini? Tidak ada jalan lain.
Stella menurut dan membungkuk. Dia mengangkat pantatnya yang bulat dan mulus tepat di hadapan Pak Kuncoro. Stella bisa merasakan kontol Pak Kuncoro dieluskan di tengah-tengah pantatnya.
Wanita cantik itu melelehkan air mata saat ujung kontol Pak Kuncoro ditempelkan di bibir anusnya. Pak Kuncoro memejamkan mata dan menikmati saat-saat terindah hidupnya ini. Sudah saatnya. Dia memeluk tubuh Stella.
“Masukkan ke dalam!” desis Pak Kuncoro.
Dengan tangan bergetar Stella meraih kontol besar pria tua bejat yang sedang memeluknya. Wanita cantik itu memejamkan mata dan menahan nafas saat Pak Kuncoro meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya ke belakang.
Stella menggunakan perasaannya dan membimbing kontol besar Pak Kuncoro di bibir duburnya yang sempit dan kecil. Istri Rendra bisa merasakan kontol yang besar dan tegang seperti sebatang kayu itu melesak ke dalam, ujung gundulnya mendesak masuk ke liang terlarang Stella dan memerawani anusnya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Stella mengijinkan seorang lelaki melesakkan kontol ke dalam lubang duburnya. Saat rasa sakit mulai menguasai Stella, wanita cantik itu sadar kontol Pak Kuncoro tidak akan muat masuk ke dalam anusnya.
Tidak akan cukup! Pak Kuncoro menggeram dan menusuk lubang anus Stella dengan tenaga ekstra. Wanita cantik itu menjerit. Seandainya ada warga sekitar yang masih terbangun saat itu pasti mereka mendengar jerit kengerian Stella.
Ibu muda yang cantik itu menggeliat dengan panik dan berusaha menarik diri dari desakan kontol Pak Kuncoro. Tapi pria tua yang sudah bernafsu itu tidak membiarkannya pergi dan memegang tubuh wanita muda cantik itu erat-erat. Stella tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Pak Kuncoro.
“Ampuuuun!! Sakiiiit!! Sakit sekaliiiii!! Terlalu besaaar!! Jangaaan!! Hentikaaan!! Bisa robeeek!!” teriak Stella yang tersiksa.
Dia sudah tidak peduli lagi seandainya ada orang yang bisa mendengarkan teriakannya. Ia tak tahan lagi pada rasa sakit yang dideritanya.
“Hentikaaaan!! Ampuuuuuuuun!!” teriak Stella.
Tapi Pak Kuncoro tidak mengindahkan teriakan Stella. Dia terus saja mendorong kontolnya maju tanpa belas kasihan sambil menarik pinggul indah ibu muda yang molek itu. Pak Kuncoro melesakkan kontolnya makin dalam ke lubang mungil yang berada di tengah pantat Stella.
Anus Stella belum pernah dilesaki kontol sepanjang hidupnya, inilah pertama kali dia merelakan lubang pengeluarannya dijadikan alat pemuas nafsu.
“Dorong ke belakang! Dorong ke belakang!!” suara Pak Kuncoro terdengar parau.
“Goyang bokongmu! Dorong ke belakang! Pasti bisa masuk!” lanjut Pria tua itu.
Stella sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Dia hanya bisa merasakan rasa sakit yang tak tertahankan yang menembus sampai ke tulang sumsum. Rasa nyeri yang ia rasakan membenamkan seluruh kesadaran Stella hingga dia tidak ingat apa-apa lagi. Seakan-akan ada sebatang kayu besar yang ditusukkan ke dalam anusnya.
“Ayo! Dorong ke belakang! Terus! Dorong bokongmu ke belakang!’ bentak Pak Kuncoro dengan penuh emosi, keringat sebesar jagung memenuhi alisnya yang tebal.
Stella mendorong, menggeliatkan badan dan mundur ke belakang. Dengan hati-hati dia mencoba membuka lubang anusnya agar kontol Pak Kuncoro bisa masuk dan memerawani lubang pembuangannya. Stella menjerit-jerit kesakitan tapi Pak Kuncoro menutup mulutnya dengan tangan, sehingga ibu muda yang cantik itu hanya bisa memendam rasa sakit yang dirasakannya.
Stella menggelengkan kepala kesana-kemari dengan panik saat perlahan-lahan batang kontol Pak Kuncoro masuk ke dalam lubang yang sempit itu. Stella terus saja memberontak, tapi eratnya kuncian Pak Kuncoro membuat istri Rendra itu tidak bisa berbuat banyak. Stella bisa merasakan lubang anusnya yang sempit sobek ketika kontol Pak Kuncoro masuk.
‘Hyarrrrgghhh!!” lenguh Stella kesakitan saat pinggul Pak Kuncoro menghantam pantatnya yang bulat.
Bukan hantaman itu yang menyakitkan, melainkan desakan kontol pria tua bejat yang kini tengah menyumpal lubang anusnya dengan kontol besar dan keras. Stella bisa mendengar suara lengkingan Pak Kuncoro yang sangat bernafsu mengeluarmasukkan kontol ke dalam duburnya.
Akhirnya, detik demi detik berlalu dan rasa sakit yang tadinya merajai anus Stella perlahan menghilang. Kini, anus Stella malah terangsang oleh kontol Pak Kuncoro yang masih memenuhi liang pembuangannya. Stella mengatupkan gigi dengan erat sementara kepalanya terombang ambing dari kanan ke kiri. Rambutnya yang panjang acak-acakan dan menutupi hampir seluruh wajahnya.
“Aaaaccccchhhhhh..” Stella melenguh keras saat Pak Kuncoro terus melesakkan kontolnya ke dalam anus Stella berulang-ulang, lagi dan lagi dan lagi dan lagiā¦ Stella telah berhasil disodomi Pak Kuncoro.
Perlahan-lahan kesadaran mulai menyeruak di benak sang ibu muda yang cantik itu. Dia mulai sadar apa yang telah dilakukan Pak Kuncoro pada dirinya. Stella telah direndahkan derajatnya hingga titik yang paling nista. Wanita yang tadinya alim dan setia itu kini telah terjerembab ke jurang yang paling dasar.
Tidak seharusnya wanita semulia Stella mendapatkan perlakuan yang busuk dan cabul seperti yang telah dilakukan Pak Kuncoro. Pria bejat itu telah memanfaatkan ketidakberdayaan wanita seperti Stella dan rasa malu yang amat sangat membuat istri Rendra itu hanya bisa menangis tersedu-sedu.
Rasa bersalah, jijik dan malu silih berganti menaungi kesadaran Stella, namun rasa nikmat yang dirasakan di lubang duburnya membuat ibu muda itu mulai menyukai perlakuan Pak Kuncoro ini.
“Occhhh.. hhmmm.. aaccchhhh..” desah Stella menikmatinya.
Tanpa kekuatan untuk menguasai diri sendiri dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, membuat Stella pasrah dan menyerah pada gairah seksual yang semakin menguasai tubuh dan perasaannya. Stella mulai bergerak menumbuk ke belakang dan menerima kontol Pak Kuncoro di dalam anusnya.
Gerakan mereka berdua mulai seirama, sodokan demi sodokan yang dilancarkan Pak Kuncoro dibalas oleh gerakan mundur Stella yang menghentak. kontol Pak Kuncoro makin lama makin melesak ke dalam. Permainan cinta mereka telah melewati ambang batas yang baru.
Keringat yang menetes deras membuat dahi Pak Kuncoro basah kuyup, namun pria tua itu memaksakan diri mencapai kenikmatan yang didapatkan terutama karena sempitnya lubang dubur Stella yang terus menerus digenjotnya. Pak Kuncoro kagum dengan bibir anus Stella yang mungil dan ketat yang meremas-remas kontolnya yang keluar masuk dengan cepat.
Senyumnya makin melebar saat merasakan kantong kontolnya menumbuk bibir memek Stella tiap kali dia menyodokkan kontolnya ke dalam anus wanita jelita itu. Pak Kuncoro menatap bangga kontolnya yang keriput dan gemuk saat batang kontolnya itu masuk ke dalam celah di antara pantat putih mulus Stella dan lenyap masuk ke dalam lubang anusnya.
Sempitnya lubang anus Stella memang tidak bisa mengalahkan nikmatnya menyetubuhi memek ibu muda yang cantik itu, tapi tiap kali melesakkan kontolnya, seakan Pak Kuncoro memasukkan kontol ke dalam mesin penggiling daging. Perlahan-lahan pria tua itu bisa merasakan makin meningkatnya simpanan sperma yang menggunung dan siap meluncur kapan saja. Stella melenguh, menggila, meronta dan kebingungan.
“Ooccchhhh.. aaccchhhh.. hhmmm.. ooccchhhh..” erang Stella.
Wajahnya yang cantik memerah dan bola matanya bergerak naik turun seperti sedang kesurupan semetara keringat deras membanjir di seluruh tubuhnya. Stella sedang mengalami pengalaman luar biasa.
Stella mengembik seperti seekor kambing muda di bawah pelukan Pak Kuncoro.
Teriakannya tercekat dan seluruh tubuhnya dipasrahkan kepada lelaki tua yang lebih pantas menjadi ayahnya itu. Stella hanya bisa mengembik dan melenguh penuh nafsu.
“Acchhh.. eeuuuhhh, Pak Kuncoro! Pak Kuncoroooo!! Eeuuuhhh!! Occhhh! Acchhh! Ooccchhhh! Aaccchhhh!” lenguh Stella.
Seluruh desahan yang keluar dari bibir merah Stella membuat Pak Kuncoro makin bersemangat. Tiap sodokan membawa Pak Kuncoro selangkah menuju kepuasan seksual yang prima. Pak Kuncoro menarik kontolnya sampai ke ujung dan menikmati pemandangan di bawah pantat Stella.
Anus Stella yang elastis dan sempit itu mengerut di ujung gundul kepala kontolnya, Pak Kuncoro sengaja membiarkan ujung gundul itu tertinggal di dalam liang. Dengan satu sodokan yang mantap, Pak Kuncoro melesakkan lagi seluruh batang pelirnya.
“Occhhh.. aaccchhhh.. ooccchhhh.. aaaaccccchhhhhh..” Stella mendesah manja karena kenikmatan yang dirasakannya.
Pak Kuncoro menumbuk lagi lubang anusnya dan menarik tubuh indah ibu muda yang cantik itu ke belakang. Berulang-ulang Pak Kuncoro menyodomi Stella. Sempitnya anus mungil Stella membuat Pak Kuncoro seakan sedang memerawani memek seorang gadis berusia belasan tahun. Nikmatnya luar biasa.
Pak Kuncoro membelalakkan mata. Spermanya sudah mulai terkumpul di ujung gundul kepala kontolnya dan setiap saat bisa meledak. Tubuh pak tua yang mesum itu tersentak-sentak merasakan kenikmatan luar biasa yang disediakan oleh lubang di pantat Stella.
Pria tua itu mendorong kontolnya ke dalam sekali lagi, dia juga menarik pantat Stella agar kontolnya bisa masuk lebih dalam lagi. Rapatnya anus Stella membuat Pak Kuncoro merem melek keenakan. Tinggal sekali sentakan lagi, Pak Kuncoro akan mencapai orgasme.
“Argh! Aku mau keluar! Dorong ke belakang! Dorong pantatmu ke belakang! Lagi! Lagi! Lagi! Argh!!” Pak Kuncoro berteriak-teriak dan memejamkan mata penuh kenikmatan.
Stella yang berada dalam pelukan Pak Kuncoro untuk pertama kali sepanjang hidup akhirnya merasakan semprotan cairan sperma yang berwarna putih, hangat dan lengket memenuhi lubang anusnya. Semprotan mani Pak Kuncoro menyiram bagian dalam saluran pembuangan Stella bagaikan banjir besar yang mengantarkan kedua orang yang sedang bercinta itu ke titik klimaks persetubuhan mereka.
Klimaks Stella kali ini membuatnya menjerit lega, ia melepaskan gairahnya ke awang-awang. Stella bisa merasakan air mani Pak Kuncoro yang membanjiri lubang anusnya menetes ke bawah ke bibir memeknya.
Pak Kuncoro menggeram dan jatuh sambil memeluk tubuh telanjang Stella, mengunci tubuh indah itu di atas tikar dengan berat badannya sendiri. Pak Kuncoro melenguh puas.
“Hebat! Itu tadi luar biasa! Memekmu memang masih sempit dan enak sekali dientot, tapi lubang anusmu yang masih perawan itu luar biasa nikmatnya! Lezat! Hahaha! Aku puas sekali menjadi orang yang pertama kali memerawani bokong wanita secantik Mbak Stella! Ha ha ha!” ucap Pak Kuncoro.
Di bawah tubuh Pak Kuncoro, sosok indah Stella bergetar karena perasaannya sangat kacau. Nikmat sekaligus menyakitkan. Ibu muda itu bingung dengan perasaannya sendiri. Ya Tuhan, apa yang telah dilakukannya dengan pria hidung belang ini? Dia telah menyerahkan lubang anus yang bahkan belum pernah disentuh oleh suaminya sendiri pada Pak Kuncoro.
Kini tidak ada lagi lubang yang tersisa dari tubuhnya yang belum pernah dilesaki kontol pria tua itu. Isak tangisnya tertahan karena takut pada Pak Kuncoro. Perasaan malu dan kotor menyergap Stella. Wajahnya memerah karena dia tidak bisa melawan nafsu bejat tetangganya yang menjijikkan ini. Tubuh Stella bergerak mencoba melepaskan diri, tapi pelukan Pak Kuncoro terlalu erat.
“Ijinkan aku istirahat, Pak Kuncoro.. aku harus bekerja besok pagi..” ucap Stella.
Pak Kuncoro bersungut-sungut. Tapi pria tua itu melepaskan pelukannya dari tubuh indah Stella. kontolnya mulai mengecil dan ditariknya keluar dari anus Stella. Terdengar bunyi letupan kecil saat kontol Pak Kuncoro ditarik keluar dari dalam dubur Stella yang sempit. Tubuh telanjang kedua sosok manusia berbeda jenis dan bertautan usia hampir 30 tahun itu berpelukan di tengah dinginnya udara malam.
Keduanya lemas setelah bersetubuh di pagi ini. Pak Kuncoro merasa di puncak kebahagiaan karena ia mendapatkan kesempatan meniduri istri Rendra yang muda dan segar ini. Sedangkan bagi Stella, sekali lagi dia merasa malu dan bersalah baik kepada dirinya sendiri maupun pada keluarganya. Inilah dia, seorang istri yang tadinya setia dan alim dalam pelukan seorang laki-laki tua yang hanya menginginkan tubuhnya.
“Ya sudah.. sana pulang. Aku puas sekali malam ini. Sayang sekali besok pagi kamu harus masuk ke kantor.” bisik Pak Kuncoro sambil mengemut daun telinga Stella.
“Iya, aku harus bekerja besok pagi.” Stella mendongak dan menatap mata Pak Kuncoro dalam-dalam.
Inilah saatnya menyampaikan isi hatinya.
“Pak Kuncoro, ini tidak bisa diteruskan. Aku istri sah Rendra. Apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang salah dan sangat terkutuk. Ijinkan aku pulang dan melupakan semua ini pernah terjadi. Biarlah yang sudah berlalu kita lupakan. Aku tidak akan melaporkan kepada siapapun tentang perkosaan yang dilakukan Pak Kuncoro kepadaku, tapi kumohon dengan sangat, Pak. Inilah terakhir kali Pak Kuncoro menyentuhku.” ucap Stella.
“Enak saja! Kapan saja aku pengen, kamu akan aku entot! Awas, kalau sampai kamu lapor pada orang lain! Kuhajar kamu! Kubunuh anakmu! Tidak usah banyak tingkah! Pulang dan tidur! Besok kita ngentot lagi!” Pak Kuncoro dengan kasar melempar tubuh Stella yang sudah dinikmatinya ke samping.
Bandot tua itu segera mengambil celana dan bajunya lalu memakainya tanpa mempedulikan Stella yang masih telanjang bulat. Tak lama kemudian, Pak Kuncoro yang sudah berpakaian kembali meninggalkan ibu muda yang cantik itu sendirian di dalam pos kamling. Air mata menetes deras di pelupuk mata Stella. Kisahnya masih jauh dari usai. Beberapa saat sesudah Pak Kuncoro menumpahkan air mani didalam lubang anus Stella, sesosok tubuh langsung meninggalkan pos siskamling.
Bersambung…