Hingga akhirnya, tubuh Mama Sarah melemas dan ambruk dipangkuan Markus, mereka berdua duduk saling berpelukan, terdiam dan mencoba menyelaraskan nafas. Markus memeluk tubuh Mama Sarah yang ada di pangkuannya, dan Mama Sarah tak henti-hentinya mengecupi wajah Markus.
Walau dari kejauhan, aku bisa melihat puncak kepuasan mereka berdua dengan jelas. Berulang kali, aku bisa mellihat pinggul Mama Sarah yang masih saja mengelejat, menandakan jika vagina sempitnya masih berkontraksi nikmat.
“Enak Mah…?” tanya Markus bego, sambil memeluk tubuh ibu mertuaku.
“Hoo’oohh…. “ Kata Mama Sarah
Melihat persetubuhan Mama Sarah dan Markus, aku merasa nafsuku benar-benar tak tertahankan lagi.
“Goyangan Mama Sarah hebat banget….” Kataku dalam hati. “Pasti memeknya saat ini memijat-mijat batang penis lelaki brengsek itu.….” Tambahku
Sekali lagi, aku kembali membayangkan betapa keset vagina milik ibu mertuaku.
“Beruntung sekali si bangsat Markus itu, bisa merasakan kenyotan memek ibu mertuaku…”
Okelah, walau aku sudah merasakan berbagai macam payudara, vagina bahkan anus wanita selingkuhanku, namun tetap saja aku ingin merasakan kenikmatan tubuh wanita yang satu ini.
Mama Rena, Mama kandung Sarah, ibu mertuaku. Entah kenapa, begitu melihat kemolekan tubuh indahnya, aku ingin sekali untuk bisa menyetubuhinya. Melihat Markus yang tak henti-hentinya menghisap, mengenyot, dan meremas payudara besar ibu kandung istriku, membuat nafsu birahi di dadaku semakin berkobar-kobar.
Mendengar suara desahan kenikmatan dari mulut Mama Sarah yang terdengar begitu merdu ditelingaku, membuatku merasa ingin meledak.
Merekam setiap inchi tubuh telanjang ibu mertuaku ditambah goyangan-goyangan pinggulnya yang semakin buas, membuatku ingin menerjang Markus dan menggantikan dirinya untuk dapat menikmati tubuh bidadari itu.
Aku benar-benar merasa iri. Bagaimana tidak? Hanya dalam waktu tak sampai seminggu, lelaki bajingan seperti Markus itu sudah dapat merasakan kenikmatan tubuh ibu mertuaku.
Walau kemaren aku pernah merasakan seks oral yang sama dengan apa yang Markus rasakan beberapa saat tadi, namun aku masih merasa iri dengan keberuntungan Markus. Markus sudah bisa merasakan kenikmatan jepitan vagina wanita yang telah melahirkan istriku.
“Mau lanjut nggak mah…?” Tanya Markus memecah kesunyian waktu rehat mereka.
“……..” Mama Sarah tak manjawab, ia hanya mengangguk dengan yakin.
“Gila… Markus benar-benar nggak kenal lelah…” kataku dalam hati.
Aku, dan banyak lelaki lain, mungkin perlu waktu istirahat sekitar 15-30 menit untuk dapat melakukan persetubuhannya lagi setelah baru saja orgasme.
“Kontol mas Markus, akan selalu siap memuaskan birahi setiap wanita mas, tak peduli sebanyak apapun pejuh yang ia keluarkan ketika orgasme…” Ingatku terhadap ucapan Sarah, beberapa waktu lalu.
Kali ini, aku benar-benar mengakui kehebatan Markus. Dia sama sekali tak mengenal lelah. Staminanya benar-benar hebat. Dan penisnya benar-benar kuat.
Sangat jauh berbeda denganku.
Sembari mengamati kondisi sekitarku yang masih saja sepi, aku melihat mereka berdua akan memulai persetubuhan kali keduanya itu.
“Bangun mah… Markus pengen doggy…”
“Eeehhhhh… Bentar ya sayang… ” Jawab Mama Sarah dengan nada bingung.
“Markus mau sekarang… ”
“Tapi…. Tapi memek Mamah masih ngilu….”
“Hehehe…. Tenang saja mah… Markus punya banyak cara kok buat ngatasinnya…”
Dengan santai, Markus mengangkat pantat ibu mertuaku. ia berusaha melepaskan vagina Mama Sarah yang menancap erat di batang penisnya.
“Ooouugghh… Ngilu sayaaang….”
“……… “ Tak menggubris desahan ibu kandung istriku, Markus terus berusaha untuk dapat mengangkat pantat beliau.
“Aduh sayaaanng… Istirahat bentaran napa… Masih ngilu niieehh… ” Raung Mama Sarah “Masih ngilu ngerasain kelejet-kelejetannya…”
“…………” Tak menjawab, Markus hanya tersenyum sambil terus berusaha menyingkirkan tubuh seksi Mama Sarah dari pangkuannya.
“Dasar lelaki nggak ada puasnya…” Gerutu Mama Sarah. Mau tak mau, Mama Sarah pun mengiyakan permintaan Markus. Dengan malas, Mama Sarah menegakkan tubuhnya dan mencabut vaginanya.
“PLOPP….” Suara vagina Mama Sarah begitu terlepas dari tusukan penis Markus.
“Ooouuuggghh… Ssshhhh… “ Desah Mama Sarah nikmat.
Mendadak, begitu Mama Sarah telah melepas vaginanya dari batang penis Markus, cairan putih kental meluncur turun dari selangkangannya.
“WOOWWW…” Pekikku tertahan. “Seksi sekali…”
Melihat cairan yang keluar dari vagina ibu mertuaku, aku bisa langsung mengetahui cairan tersebut. Cairan itu mirip seperti cairan yang selalu menempel didalam celana dalam istriku setiap kali ia pulang maen. Cairan itu mirip seperti cairan yang selalu keluar dari vagina istriku setiap kali ia pulang dari acara malamnya.
“Cairan itu adalah sperma.. “ Kataku. “Markus benar-benar membuang spermanya didalam rahim ibu mertuaku…”
“Ayo telentang mah…” Pinta Markus singkat “Buka pahanya lebar-lebar…”
Dengan malas-malasan, Mama Sarah pun menuruti permintaan Markus.
“Pelan-pelan ya sayang masukin kontolnya… Memek Mama masih ngilu…” Ucap Mama Sarah ketus. Sepertinya Mama Sarah merasa sebal kaRena Markus tak memperbolehkan dirinya menikmati orgasmenya barusan.
“……” Tak menjawab kalimat Mama Sarah, Markus hanya meremas-remas paha dalam dan gundukan daging vagina Mama Sarah yanh masih becek.
Perlahan, Markus mengusap sambil menowel-towel kelentit Mama Sarah yang masih memerah bengkak, sambil terus merentangkan paha ibu mertuaku itu lebar-lebar. Lalu tiba-tiba, Markus menundukkan kepalanya kearah selangkangan Mama Sarah dan menjilatinya perlahan.
“Auuuwww… Sayaaannggg…. Geliiii…..” pekik Mama Sarah yang mencoba menahan kepala Markus supaya tak merangsek ke vaginanya lebih jauh lagi.
“…… “ Lagi-lagi, Markus sama sekali tak menghiraukan desahan manja ibu mertuaku.
Dengan santai, Markus berulang kali menepis tangan Mama Sarah yang menghalangi jilatan lidahnya. Seolah pengembara yang haus akan air di padang pasir, Markus melakukan jilatan demi jilatan kearah vagina Mama Sarah dengan nafsu. Ia terlihat benar-benar menikmati vagina tanpa rambut milik ibu mertuaku itu.
“Ouuucccchhh… Saaayaaaang….. Geliiiiii…. ” Jerit Mama Sarah lantang. Berulangkali, ibu mertuaku itu mencoba menyingkirkan jilatan lidah Markus dari vaginanya, namun berulangkali juga ia gagal melakulannya.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, selingkuhan istriku itu membersihkan semua lendir vagina berikut campuran sperma yang keluar dari vagina ibu mertuaku. Menjilat, mencucup, dan meminum semua cairan yang keluar dari vagina merah itu hingga benar-benar bersih.
“Sodok sekarang ya sayang….” Kata Mama Sarah manja.
“Tadi katanya ngiluu….” Jawab Markus sok jual mahal lagi.
“Ayo sayang…. buruan sodok… “ Kata Mama Sarah lagi sambil mulai membenam-benamkan kepala Markus kearah selangkangannya.
“Memek Mama udah gatel…. pengen cepet-cepet kamu tusuk…”
“Hmmm… Yaudah… Tapi kali ini Markus pengen doggy…”
“Ooouuggghhh… Doggy…?” Goda Mama Sarah sambil bangun dari posisi tidurnya. “Sekarang giliran kamu yang mulai nakal…”
“Ayo mah… Nungging…”
“Hmmm…. Dikasih nggak yaaa….?”
Merasa tak sabar, Markus buru-buru menangkap tubuh Mama Sarah dan membalikkan badannya dengan paksa. Ia sepertinya juga tak mampu menahan nafsu untuk segera menyetubuhi ibu kandung selingkuhannya itu.
“Markus sodok ya mah…” Dengan mudah, Markus mengangkat pinggul wanita setengah baya itu. Memposisikan supaya menungging, dan merentangkan pantatnya lebar-lebar.
“Pelan-pelan sayang…”
“CLEEEPPP…”
“Ouuugghhh…..” Desah Mama Sarah seiring tusukan tegas Markus.
Dengan gampang, kepala jamur raksasa milik penis selingkuhan istriku menyeruak masuk ke vagina ibu mertuaku dengan mulus. Begitu pula setengah batang beruratnya, berhasil masuk tanpa hambatan yang berarti.
Kali ini, persetubuhan kedua mereka dapat dilakukan dengan lebih cepat. Mungkin kaRena lendir yang keluar dari vagina Mama Sarah-lah yang membuat batang raksasa Markus itu dapat keluar masuk dengan mudah.
“Aaauuuuwww…. Enak banget sayang… Enaaak Bangeeettt… “ Persetubuhan yang pada awalnya mereka lakukan tanpa banyak kata, perlahan mulai terdengar kembali.
“Ooouuuhhhh…Terus sayang… Terusss… ”
Desahan, Lenguhan, teriakan, dan suara-suara kepuasan mereka makin lama makin menggelora. Suara mereka seolah bersahut-sahutan. Hingga tak berapa lama kemudian, suara mereka mirip seperti apa yang istriku dan Markus lakukan waktu mereka bercinta pertama kalinya setelah tiba di rumah ini. Mereka berdua tak henti-hentinya berteriak
Apakah Mama Sarah tak sadar jika anak semata wayangnya sedang tidur di kamar yang tak jauh dari kamar tempat mereka bercinta? Apakah mereka tak khawatir jika Sarah bisa terbangun dan mengetahui selingkuhannya juga menikmati tubuh ibu kandungnya?
“Biarin aja mas….” Ucap suara wanita yang tiba-tiba terdengar dari arah belakangku. “Mama juga perlu kepuasan lelaki….”
“Haaahhh? ?” Dengan cepat, aku menegok ke arah suara itu berasal.
Tak jauh dari posisiku berada, aku mendapati istriku yang telah berada di dekatku. Entah sejak kapan ia sudah duduk di sofa yang ada di dekat kamar tamu. Rambutnya kusut, makeupnya luntur acak-acakan. Baju tidur transparantnya compang-camping, menandakan jika ia baru saja bangun dari tidur.
“Kenapa dek?…?” tanyaku lagi, meminta penjelasan dan maksud dari pernyataannya barusan.
“Semua lelaki tuh sama saja….” Kata Sarah.
“Maksud kamu apa dek?”
“Iya… semua lelaki itu sama… Tak pernah ada rasa bersyukurnya…”
Dengan nada lirih, Sarah menceritakan sebuah aib yang tak pernah aku tahu. Selama ini, papa Sarah, pak Bardi juga melakukan sebuah kesalahan yang sama seperti yang aku lakukan. Pak Bardi memiliki wanita idaman lain. Bukan, bukan wanita idaman lain, melainkan Pak bardi memiliki istri lain selain Mama Rena.
“Adek punya tiga Mama….”
“Adek merasa hidup dan keluarga adek sudah hancur…. Papa punya keluarga lain… Mama suka ama lelaki muda… Suami adek tukang selingkuh… “ bisik istriku lirih. “Biarin lah… Yang penting papa Mama masih terus bersama… Yang penting mereka selalu ada ketika Sarah butuh…”
Dan kaRena alasan itu, mungkin papa Mama Sarah memiliki kesepakatan mengenai aturan pernikahan mereka. Papa Sarah diperbolehkan mengurus keluarga lainnya, selama bisa bertindak adil. Dan Mama Sarah, memanfaatkan kesepakatan mereka dengan cara bersenang-senang dengan lelaki lain. Tentunya Mama Sarah melakukan kesenangan itu tanpa sepengetahuan papa Sarah.
“Jadi semua ini terjadi semenjak kamu SMP dek?”
“…….” Tak menjawab pertanyaanku, sambil mulai menyalakan rokok yang ada di tangannya, Sarah hanya mengangguk pelan.
“Deeekk…? Se… Sejak kapan kamu merokok…?”
“Sudahlah mas… Gausah banyak Tanya-tanya lagi…. Kalo mas nggak suka dengan segala perubahan yang terjadi dalam diri adek, mas bisa tinggalin adek sekarang juga… Ceraikan adek…”
“…………” Gantian, sekarang aku yang memutuskan untuk tak membalas semua kata-kata istriku.
Satu-satunya alasan kenapa aku nggak pernah mau menceraikan istriku adalah,
“Sarah itu istri pembawa hoki…” Ucap seorang lelaki tua yang pernah berbincang denganku dulu. “Dengannya… Kamu nggak akan pernah merasa kekurangan… Semua keinginan, cita-cita dan tujuan yang kamu inginkan bisa terwujud dengan adanya dia disisimu….”
Percaya atau tidak, buktinya memang nyata. Semenjak Sarah menjadi istriku, sudah tak terhitung lagi berapa banyak proyek, rejeki, dan keuntungan yang telah aku dapatkan. Dan semenjak Sarah menjadi istriku, kesuksesan berada tak jauh dari sisiku.
Namun, aku pikir, saat ini bukanlah saat yang tepat bagiku untuk menceritakan perbincanganku dengan lelaki tua itu. Mungkin cerita itu akan aku uraikan dilain kesempatan.
“Sekarang terserah ya mas… Adek sudah bosan dengan ini semua… Adek ingin melakukan apa yang adek mau… Adek nggak mau dipusingkan dengan masalah perselingkuhanmu, masalah orang tua adek, atau masalah-masalah laennya” potong Sarah “Yang jelas…. Selama Mama dan papi senang, adek nggak masalah dengan semua ini…”
“Satu lagi mas… Satu yang perlu mas ingat, kaRena kelakuan tololmu itu adek jadi begini… Oleh kaRenanya, adek mohon… Mas jangan pernah sekalipun untuk mencoba melarang atau menghalang-halangi segala macam kesenangan yang adek coba untuk lakukan… KaRena semua ini kamu yang mulai…”
“TING TONG……”
Tiba-tiba. Terdengar suara bel dari arah pintu depan. Aku yang agak sedikit kaget, cepat-cepat mengalihkan perhatianku pada istriku dan melihat kearah kamar tidurnya. Kearah Mama kandung dan selingkuhan istriku yang sedang memadu birahi mereka.
“Mama pasti sedang merasa keenakan… ” Ucap Sarah yang tiba-tiba telah berada tepat disampingku, dan mulai menyaksikan persetubuhan yang dilakukan ibu kandungnya.
Mendadak, begitu Sarah berada di dekatku, aku baru sadar jika rambut kusutnya bukan kaRena bekas bantal ketika ia tidur. Akupun baru sadar jika saat itu, aku bisa mencium ada aroma amis yang terpancar dari tubuh istriku. Aroma amis yang khas, mirip aroma cairan pemutih dari arah rambut panjangnya.
“Pasti itu ulah si bangsat Markus…” Geramku sambil mencoba melihat sosok istriku lebih seksama lagi. “Rambut Sarah kusut dan beraroma amis pasti kaRena terkena spermanya..”
Tanpa merasa kesulitan, aku bisa tahu jika masih banyak noda spema kering Markus yang berada di sekujur tubuh istriku. Di lehernya, dagu kanannya, dadanya, pundaknya, semua tak luput dari semburan cairan putih kental itu.
“Semalam, si Bangsat Markus pasti habis bersenang-senang dengan istriku..” Geramku.
“Masukin lebih dalem lagi sayang…” Pinta ibu mertuaku manja.
Kembali, perhatianku fokus kearah posisi bercinta ibu mertuaku. Ternyata posisi bercinta mereka sudah berubah. Sekarang mereka menggunakan posisi missionaries, lelaki diatas wanita dibawah. Sambil terus meremas payudara ibu mertuaku, Markus yang telah meletakkan kedua betis Mama Sarah di pundaknya, mulai membombardir vagina Mama Sarah dengan penis panjangnya.
“Ssshhh…. Terus sayang…. Sodok terusss… Terus….” Pinta Mama Sarah yang sudah sangat terangsang sambil terus melingkarkan kaki jenjangnya ke leher Markus.
Keduanya terlihat begitu asyik, sampai-sampai mereka sama sekali tak terganggu oleh suara bel rumah yang baru saja berbunyi.
“Lihat senyum Mama deh mas… ” ucap Sarah menunjuk kearah ibunya yang sedang menunggangi penis Markus “Bersama mas Markus, Mama terlihat begitu bahagia…”
Kulihat, bibir tipis Sarah tersenyum, matanya menatap persetubuhan ibu kandungnya dengan tatapan kosong.
“Mas Markus… Dia memang seorang pejantan sejati… Dia bakal selalu memuaskan semua wanita-wanitanya…” ucap Sarah lirih.
Tiba-tiba, istriku melihat kearahku. Bibirnya masih tersungging tipis. “Kamu horny ya mas…?” Bisiknya padaku.
“Ma…Maksud kamu dek?”
“Iya… Kamu ngaceng khan?…” Tanyanya lagi sambil melirik dan menjulurkan tangannya ke arah celana kolorku yang sudah menonjol. Perlahan, ia mulai meraba, lalu mengusap penis tegangku dari luar celana.
“Kontolmu keras banget mas…” Bisik Istriku “Kamu pasti kepengen ya…?”
“……” KaRena malu, aq memilih untuk tak menjawab kalimat Sarah barusan.
“TING TONG… TING TONG….”
Sekali lagi, terdengar suara bel yang menggema di seluruh penjuru rumah. Dan sekali lagi, tak ada seorang pun yang mempedulikannya. Mama Sarah dan Markus, benar-benar seperti orang buta tuli, sama sekali tak mempedulikan apa yang terjadi di sekitar mereka.
Termasuk diriku, yang juga mencoba tak menghiraukan tamu yang ada di pintu depan. Aku hanya berusaha fokus untuk menikmati keindahan goyangan tubuh ibu mertuaku ketika ia bercinta dan merasakan kenikmatan kocokan tangan istriku.
Tiba-tiba, Sarah menurunkan bagian depan celana kolorku lalu menarik dan meremas batang penisku.
“Deek… “ pekikku lirih.
“Sshhh….. “ Bisik Sarah pelan sambil menempelkan jemari telunjuk tangan kirinya didepan mulutku. “Jangan berisik mas… Nikmatin ajah…”
Perlahan, jemari tangan istriku mulai mengurut penis tegangku. Aku yang semula kaget, lambat laun mulai menikmati remasan jemari tangan istriku. Benar-benar sebuah sensasi yang sulit untuk dapat aku lupakan. Melihat persetubuhan ibu mertuaku sembari merasakan nikmatnya remasan lembut tangan istriku, membuat birahiku semakin memuncak.
“Mama seksi banget ya mas?” Tanya Sarah tiba-tiba tanpa menghentikan urutan tangannya pada batang penisku.
Sejenak, ia berhasil lagi membuyarkan perhatianku.
“Liat deh goyangan Mama… Benar-benar hot…”
“……” Lagi-lagi, aku diam, tak berkomentar apapun. Hanya bisa merem melek keenakan.
“Kadang Sarah merasa iri ama Mama…”
“I… Iri…?”
“Liat aja mas… Di usianya yang sudah menginjak 40an, Mama masih terlihat begitu menawan…”Ucap Sarah sambil terus mengocok batang penisku “Tubuhnya masih langsing, kulitnya masih kenceng, dan teteknya itu loh… Besar banget…”
“Terus sayang… Teruuusss… Ooooowwwhhh… ” Teriak Mama Sarah disela-sela curhat anaknya padaku.
“Mama selalu bisa dengan mudah menarik perhatian bayak lelaki…” Sambung istriku lagi “Termasuk menarik perhatian mas Markus…” Tambah Sarah sambil menghela nafas panjang.
“Semenjak datang kerumah ini, ia sudah benar-benar kepincut dengan Mama Sarah”
“Iya… Kepincut untuk bisa ngentotin memek Mama kamu dek….” batinku dongkol yang terus mendengar cerita Sarah.
“Sejak kali pertama adek kenalin Mama ke mas Markus, berkali-kali mas Markus meminta ijin Sarah supaya bisa dekat dengan Mama… “Jelas Hingga akhirnya, Sarah mengijinkan dia untuk bisa menyetubuhi Mama..”
“Kamu nggak pengen mas…?” Tanya istriku lagi.
“Ssshhh….. Pengan apa dek…?” Jawabku bingung dengan nada keenakan.
“Pengen itu… “ ucap Sarah sambil memonyongkan bibirnya kearah persetubuhan Mamanya dengan Markus.
“Begituan…?” tanyaku mencoba meyakinkan
“Iya… Begituan… ”
“Begituan…?” Aku semakin bingung. “Begituan ama syapa dek? Ama Mama kamu…?”
“Ya ama adeklah mas… Emang mas mau ngentot ama syapa lagi…?”
“Mak… Maksud aku…. “
“Oooowww…. Adek tahu… “ Kata istriku tiba-tiba sewot. Dengan sebal, penisku yang semula dikocoknya perlahan, langsung saja ia buang keras-keras. “Jadi mas juga pengen ngentotin Mama adek…?”
“Bu… bukan gitu dek… aku cum….”
“Adek nggak nyangka kamu juga pengen ngentotin Mama adek mas…. Adek benar-benar nggak nyangka…”
“Tunggu penjelasan aku dulu dek…”
“TING TONG…… TING TONG…… TING TONG……”
Kembali terdengar suara bel dari arah pintu depan. Namun kali ini, sepertinya tamu yang ada di pintu depan sudah tak sabar lagi menunggu pemilik rumah untuk segera membukakan pintu.
Mendengar suara bel yang cukup mengganggu barusan, aku langsung menaikkan celana kolorku dan melihat ke arah kamar tidur Sarah. Aku khawatir, suara tersebut akan mengganggu kesibukan Mama Sarah dan Markus. Namun sekali lagi aku salah.
“Gila…. Mereka sama sekali tak terganggu….”
Melihat kedua manusia yang sedang bergoyang memadu birahi, aku kembali fokus dan melupakan suara bel barusan. Terlebih ketika aku melihat vagina Mama Sarah yang semakin memerah dan belepotan busa keputihan, kaRena sodokan penis besar Markus, saking terangsangnya.
Aku benar-benar seperti orang yang sedang terhipnotis. Hanya diam mematung dengan mulut terbuka. Dan ketika Sarah mellihat tingkah mematungku kaRena terhipnotis akan gerakan tubuh ibu kandungnya, ia mendadak sewot.
Udahlah mas… adek mau kebawah dulu…” potong Sarah. “Kamu disini aja mas… Seneng-senengin deh ngelihat wanita yang pengen kamu entotin itu… SEPUAS-PUASNYA….”
Lagi-lagi sebuah kesalahpahaman terjadi antara aku dan istriku. Dan aku tahu, ketika Sarah emosi atau ngambek, dia tak akan meladeniku segala macam interaksiku untuk beberapa saat. Yang bisa aku lakukan hanyalah, menggeleng-gelengkan kepala dan membiarkan emosi istriku turun dengan sendirinya.
Lagipula jika dipikir-pikir, lelaki normal mana coba, yang mampu menolak jika diajak bersetubuh dengan wanita se-bohay Mama Sarah? Hanya lelaki gila saja mungkin yang bakal membuang kesempatan emas itu.
Entah kenapa, dengan berat hati, kutinggalkan acara menonton persetubuhan ibu mertuaku dengan selingkuhan istriku itu. Lalu kulangkahkan kakiku kebawah, menyusul istriku kearah ruang tamu.
Sesampainya dibawah, aku melihat dua orang lelaki dengan pakaian mekanik yang sedang sibuk berbincang dengan istriku. Sepertinya mereka adalah montir langganan ibu mertuaku.
“Sa… Saya Jali bu… Dan ini anak saya Randu…” Ucap gugup seorang lelaki tua yang sedang memperkenalkan diri kepada istriku. “Ke… Kemaren mbok Ratmi… Mbok Ratmi yang menelpon saya bu… “
Tanpa berpikir lama, aku langsung tahu apa yang menyebabkan lelaki tua ini begitu gugup ketika sedang bercakap dengan istriku. Kegugupan Pak Jali nya adalah dikaRenakan pakaian tidur transparant yang dikenakan Sarah waktu itu.
Pakaian biru tipis yang dikenakan Sarah pasti membuat mata kedua lelaki itu seolah ingin meloncat keluar dari pelupuk matanya. Terlebih kaRena sinaran cahaya luar rumah yang terang, membuat keseksian tubuh istriku semakin terlihat jelas. Sama sepertiku barusan ketika melihat ibu mertuaku bercinta, mereka mematung, mirip orang terkena hypnotis.
“Jangan panggil saya bu donk pak… Panggil aja Sarah …”
“Eh…Eh iya… Non Sa… Sarah, kemaren mbok Ratmi yang menelpon saya… Katanya… Kata mbok Ratmi… A… Ada barang yang rusak…?” Jelas pak Jali yang sedari tadi menatap heran kearah kerak-kerak putih yang menempel dileher dan dada istriku.
“Ooohhh… Jadi tujuan bapak-bapak kemari adalah untuk menservice barang saya?” Tanya istriku sambil menekankan kata ‘service’ dengan genitnya.
“IYA… ” Jawab Randu tiba-tiba. “Eh… Maksud saya… Pasti barang non Sarah puas deh dengan service saya… Ehh.. Aduhh.. Maksud saya…”
“Udah-udah… Sing sopan kowe le…” Potong pak Jali sambil membekap mulut anaknya supaya diam. “Maafin kelakuan anak saya ya Non…”
“Hihihi… Kalian lucu banget deh… “ Tawa istriku masih dengan nada genit. “Eh iya pak… Yuk … Kita periksa dulu barang saya… Eh… Maksud Sarah, mesin cucinya… ” Canda istriku ramah dan mempersilakan kedua orang itu masuk kedalam rumah.
“Silakan masuk dulu, mesin cucinya ada di dekat dapur…” Kata istriku tenang, berusaha tak menghiraukan tatapan mesum kedua lelaki yang ada didepannya.
Tanpa memperkenalkan diriku, Sarah melangkah begitu saja melewatiku ke arah belakang rumah.
“Mas Surya… Tolong buatin aer minum buat bapak-bapak ini…” Perintah istriku ketus sambil terus berjalan “Mbok Ratmi sedang adek suruh beli makan siang…”
“Pe… Permisi pak…” Ucap Randu sopan sambil sedikit membungkukkan badan ketika ia melewatiku. Disusul oleh pak Jali yang juga berlaku sama, sedikit membungkuk sopan ketika melewatiku.
“Jadi gini pak… Mesin cuci Mama sepertinya bermasalah… Kenop mesin cucinya susah untuk diputar, dan mesin pengeringnya terkadang sering mati…” Jelas istriku panjang lebar, mirip sales mesin cuci. Mereka, tanpa menghiraukanku sama sekali langsung menuju ke arah dapur dan meninggalkanku sendiri di ruang tamu.
“Memangnya aku pembantu…?” Gerutuku dalam hati.
Dengan perasaan kesal, aku mencoba untuk tetap tenang dan mengerjakan apa yang istriku minta. Aku segera mengikuti ke arah dapur dan mulai berkutat menyiapkan perintah istriku.
“Nih sirupnya dek… mas taroh di atas meja makan aja ya….”
“……………” Alih-alih menjawab pertanyaanku, Sarah hanya melengos ketika aku mendekat kearahnya.
“Iya gitu mas… Jadi gimana? Bisa khan mbenerin barang saya…? Eh maksud Sarah, Mesin cuci saya ini…?” Tanya istriku, lagi-lagi menggoda kedua lelaki itu. “ Kalo bisa mbenerin dengan cepet… Sarah kasih hadiah deeeehh…” tambah istriku sambil mengerlingkan mata.
“Sialan….” Gerutuku. “Dengan terang-terangan, istriku malah menggoda para mekanik ini….
“Hehehe… “ Kekeh pak Jali. “Bisa kok non… Kami pasti bisa kok ngebenerinnya…”
“Iya Non… Semua masalah mesin cuci non bisa langsung kami atasi dengan super cepat…” Sahut Randu dengan mata yang tak sekalipun berhenti memandang tubuh istriku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
“Hehehe… Non pasti puas deh…” balas pak Jali yang berlaku serupa.
Sumpah. Melihat tingkah bapak anak yang ada di depanku itu, benar-benar membuatku muak. Kelakuan mesum mereka sama sekali tak ditutup-tutupi. Terlihat dengan jelas. Namun anehnya, melihat mereka, istriku bukannya menjadi risih. Ia malah semakin menggoda mereka, semakin bermain api.
Niatanku untuk menyegarkan badan disela-sela deadline laporan kali ini sepertinya gagal total. Bukannya mendapat rasa segar, aku malah mendapatkan nafsu birahi yang meninggi kaRena persetubuhan ibu mertuaku, rasa sebal kaRena kesalahpahaman istriku, dan emosi yang meninggi kaRena tingkah mesum kedua mekanik itu.
“Bakal semakin emosi aja nih kalo harus ngeladenin ini semua…”
“Aku naek ajalah dek…” Ucapku sewot.
“……..” Sama seperti tadi, Sarah tak menjawab kalimatku. Ia hanya melihatku sekilas lalu kembali melengos dan bercanda dengan para mekanik mesum itu.
Cepat-cepat aku meninggalkan dapur dan segera balik ke pekerjaanku dikamar atas. Aku mencoba untuk tak akan memperdulikan semua emosi yang ada di dalam diriku. KaRena tenggat pekerjaanku sudah semakin dekat, aku harus segera focus dan menyelesaikan semua laporanku.Secepatnya.
Sesampainya di kamar tamu, aku langsung memasang headset, dan kusetel music kencang-kencang. “Aku butuh konsentrasi…”
Namun, walau headset sudah terpasang erat dan suara music sudah menggemuruh ditelingaku, konsentrasi itu tak juga bisa aku kumpulkan.
Berkali-kali aku teringat dan membayangkan tentang persetubuhan yang ibu mertuaku lakukan di kamar sebelah. Dan berkali-kali itu pula, konsentrasiku langsung buyar. Selain itu, penisku pun entah kenapa, susah sekali untuk diajak bekerja sama. KaRena walau sudah hampir satu jam aku bekerja, batang kejantananku itu tak juga melemas.
Mendadak, aku teringat akan saran yang sering aku dengar dari banyak teman ketika mereka stres karena birahi. “Satu-satunya cara supaya bisa konsentrasi dan terbebas dari nafsu birahi adalah dengan cara bercinta… Atau… Onani…”
Karena aku tak memiliki partner untuk bercinta, oleh kaRenanya aku memilih opsi yang kedua. Tanpa banyak berpikir, aku segera menurunkan celana kolorku lalu membuka situs porno favorit melalui laptop kerjaku.
Sembari menatap layar monitorku dengan penuh nafsu, aku mulai meremas perlahan penisku yang sudah mengeluarkan precumnya lalu kugerakkan tanganku naik turun.
Satu film, dua film, tiga film, semua sudah aku lihat. Namun entah kenapa, walau sudah melihat beberapa macam film, aku sama sekali tak juga bisa menemukan kenikmatan dari onani kali ini.
Aku tak bisa konsentrasi, pikiranku seolah kembali terus terfokus kepada apa yang sedang terjadi di kamar sebelah. Di kamar istriku, di dalam kamar tempat Mama Sarah dan Markus sedang memacu birahi.
Suara desahan manjanya, goyangan payudara besarnya, hempasan pinggul rampingnya, dan kenyotan mulut vaginanya, benar-benar membuatku mabok birahi.
Tak mampu menahan hasrat, aku segera keluar dari kamar tamu dan segera ke kamar tidur istriku. Namun, begitu aku sampai didekat pintu kamar tidur Sarah yang masih saja terbuka, aku tak lagi mendapati persetubuhan ibu mertuaku dan Markus. Sepertinya mereka telah selesai. KaRena yang kudapati saat itu hanyalah dua tubuh telanjang yang telah terkapar lemas.
Nampaknya, mereka berdua tertidur kaRena kelelahan bercinta. KaRena dimataku, tidur mereka berdua terlihat begitu tenang dan damai.
Tiba-tiba, aku mendapat ide gila. “Selagi Mama Sarah tidur… Ini kesempatanku untuk dapat melihat tubuh seksinya dari dekat…”
KaRena rasa penasaran yang menggebu-gebu, aku memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar Sarah dan melihat keseksian tubuh Mama Sarah dari dekat. Dan dengan menjingkatkan jari kaki, aku berjalan masuk ke dalam kamar tidur Sarah dan mendekat kearah kedua sosok manusia yang sedang tertidur dengan lelap.
“WOOOWW… BENAR-BENAR TUBUH YANG MENGGAIRAHKAN…” itu kesan pertama yang terlintas dalam benakku ketika melihat ketelanjang tubuh Mama kandung istriku.
Dari cara mereka tidur, aku bisa tahu, jika mereka baru saja melakukan hal yang luar biasa melelahkan. Markus tidur, mendengkur keras dengan posisi telentang, wajahnya menghadap langit-langit kamar.
Sedangkan Mama Sarah tidur dengan kepala bersandar di lengan kiri Markus. Memeluk manja tubuh telanjang Markus sambil tersenyum, menganggap Markus adalah guling raksasanya.
Tubuh telanjang wanita paruh baya yang ada dihadapanku ini masih terlihat begitu hot. Sama sekali tak menampakkan jika Mama Rena telah berusia lebih dari 40 tahun. Dan dibawah terpaan cahaya dari jendela kamar, kulit tanpa lukanya terlihat begitu seksi, mengkilap kaRena keringat, kencang dan terawat.
“Pantat Mama Sarah memiliki dua buah lesung yang benar-benar dalam…” pujiku dalam hati. “Nggak heran, jika Mama mertuaku terlihat begitu kuat dan beringas di atas ranjang…”
Senti demi senti, mataku seolah merekam semua detail yang ada pada tubuh ibu mertuaku itu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki aku perhatikan dengan seksama.
“Benar-benar tubuh indah yang sempurna…” Pujiku lagi “Mama Rena memang benar -benar seorang bidadari…”
“Kamu benar-benar seksi mah….” Ucapku sembari mengusap penisku yang telah keras menegang dari luar celana.
Dengan detak jantung yang tak karuan, kuberanikan diri untuk membawa diriku lebih dekat lagi kearah Mama Sarah tidur. Hingga pada akhirnya aku mencoba sedikit keberuntunganku untuk mencium pipi ibu mertuaku yang sedang terlelap nyenyak itu.
“CUUUPPP….” Kuhirup aroma pipi Mama Sarah dalam-dalam, sambil mencoba mengetahui respon pada dirinya.
“Mama Sarah tak bergerak… Ia tetap tertidur pulas…”
“CUUUPPP….” Kali ini bibirku mengecup bibir Ibu mertuaku, sambil terus memperhatikan respon darinya.
“Ia masih tertidur…”
“CUUUPPP… Mmmmpppfffhhh…” Bertindak semakin jauh, kali ini aku mulai memberanikan diri untuk mengecup bibir sambil memasukkan lidahku.
Dan tetap saja, Mama Sarah tak merespon sama sekali.
Mendadak, tubuhku bergetar. Walau Mama Sarah masih dalam kondisi tertidur lelap dan tak membalas kecupanku, entah kenapa ketika aku mencium bibirnya aku mendapat perasaan yang begitu emosional. Hatiku langsung berbunga-bunga. Seolah aku baru saja mengucapkan perasaan cinta kepada wanita yang aku sayang.
Sekali lagi aku mencoba keberuntunganku lebih jauh lagi. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah payudara besar ibu mertuaku.
Dengan tangan yang gemetaran, aku mencoba untuk menyentuh gumpalan daging yang ada di depan dada Mama Sarah.
“Ooohhh… Tetek ini lembut sekali…” Ujarku kegirangan. “Pantes si bangke Markus demen banget nyaplokin tetek Mama Sarah…”
Melihat respon tubuh Mama Sarah yang masih saja tertidur lelap, aku menjadi semakin bersemangat. Aku menjadi seolah lupa daratan, kaRena tanpa sadar, tanganku mulai meremas-remas payudara besar ibu mertuaku.
“Mama Sarah pasti dalam kondisi ‘DeepSleep’…” Pikirku. KaRena walau berulang kali aku meremas kedua payudaranya, tubuhnya sama sekali tak merespon.
“Kamu benar-benar terpuaskan ya mah…? Markus pasti benar-benar ‘menghajarmu’ habis-habisan…”
Melihat Mama Sarah yang masih mendengkur halus kaRena tidur lelapnya, aku ingin mencoba peruntungan lagi..
“Gimana ya rasanya memek Mama Sarah…?” tanya pikiran gilaku.
Dengan NEKAT, aku mengalihkan semua perhatiankuk ke arah selangkangan Mama Sarah. Dengan perlahan, aku mulai berjongkok di samping tubuh telanjangnya dan mengamati celah kenikmatan ibu mertuaku yang masih berkilauan lendir kenikmatannya.
“Masa bodohlah… Kalo ketahuan ya sudah….” Pikirku habis akal.
Dengan jantung yang berdetak tak karu-karuan, kuberanikan diri untuk menjulurkan telapak tanganku kearah vagina Mama istriku itu.
“Wwwoooooowwww…. Hangat bangeeeet…” Itu satu-satunya hal yang bisa aku ceritakan dari vagina gemuk milik ibu mertuaku itu.
Daging belah itu terlihat begitu menggembung dan mengkilap. Dan herannya, dari celah vagina Mama Sarah, sperma Markus tak henti-hentinya merembes keluar.
Kudekatkan jemari tanganku yang belepotan cairan vagina Mama Sarah, dan kuhirup aroma amisnya perlahan. Dan entah kenapa, ada dorongan dari dalam kepalaku untuk mencoba merasakannya.
“Asin….” Ucapku dalam hati.
Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, aku pun tak mengerti mengapa aku bertingkah seperti itu. Yang jelas, saat itu aku benar-benar ingin merasakan cairan vagina ibu mertuaku yang telah bercampur dengan sperma selingkuhan istriku itu. Kujulurkan jemari tanganku ke arah vagina Mama Sarah lagi, mencoba mencolek cairan vagina Mama Sarah lebih banyak dari sebelumnya.
Kuturunkan celana kolorku dan kukeluarkan batang penis kecilku yang sudah begitu tegang. Lalu dengan jemari yang masih berlumuran cairan kenikmatan Mama Sarah, aku mulai mengoles-oleskan lendir itu kebatang penisku. Dan begitu aku merasa penisku telah licin oleh cairan vagina Mama Sarah, aku mulai mengocoknya perlahan.
Semakin lama, kocokan jemariku semakin cepat. Semakin cepat. Dan semakin cepat.
“OOouugghhh…. Mama Rena ……”
Perlahan tapi pasti, rasa panas dari kantong zakarku pun mulai terasa. Dadaku berdetak semakin cepat, nafasku pun semakin menderu. Aku tahu, jika tak lama lagi orgasmeku mulai tiba. Aku terus mengocok batang penisku sambil mengamati keseksian tubuh ibu mertuaku. Dan beberapa detik lagi, sensasi nikmat orgasmeku dapat segera kurasakan.
Namun, ketika sedang enak-enaknya mendaki kenikmatan beronani, tiba-tiba terdengar teriakan lantang Sarah dari arah dapur. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
“AAAUUWWW….”
“PRAANNNGG…!!!”
Mendengar kegaduhan barusan, Mama Sarah sepertinya sedikit merespon. Ia sedikit menggeliat dan membuka matanya.
Melihat reaksi Mama Sarah, secepat kilat aku langsung merebahkan tubuhku di sisi tempat tidur. Bersembunyi dibawah kolong tempat tidur. Berharap Mama Sarah tak bangun dari tidurnya.
“Kampreeettt…. “ Umpatku dalam hati. “Semoga Mama nggak bangun… Semoga Mama nggak bangun…”
Dan benar, setelah aku menunggu beberapa lama, suara dengakur halus ibu mertuaku kembali terdengar.
“Fiuhhh….” Legaku dalam hati. “Untung saja Mama Rena nggak bangun dan melihatku berada dibawah sini…”
Buru-buru aku mengakhiri sesi onaniku dan segera memasukkan kembali batang penisku yang sudah kembali lemas ke dalam celana kolorku. KaRena kegaduhan barusan, aku merasa birahiku sudah hilang dan nafsuku entah kemana. Semua rasa ingin terpuaskan itu mendadak berubah menjadi perasaan was-was kaRena suara teriakan Sarah.
Menginggalkan tubuh telanjang ibu mertuaku yang tertidur lelap dibelakang sana bukanlah sebuah keputusan yang mudah. Bak kalah tender, perlu banyak sekali pengorbanan yang harus dilakukan. Pengorbanan keberuntunganlah satu-satunya hal yang aku sayangkan.
Entah kenapa, ketika aku hendak mengetahui apa yang sedang terjadi dilantai bawah rumah istriku, aku berjalan dengan mengendap-endap. Menuruni satu persatu anak tangga dalam diam. Berusaha tak menimbulkan suara apapun, hingga aku bisa mengetahui apa yang sedang dilakukan istriku tadi.
Dan begitu aku sampai di dapur tempat istriku tadi berada bersama tamu-tamunya, aku mendapati sebuah pemandangan yang membuat detak jantungku berhenti. DEG…
Mendadak, kepalaku pusing, mataku berkunang-kunang, dan nafasku berat. Jantungku seperti berhenti berdetak dan lututku kehilangan tenaga. Tubuh lemas, kakiku lunglai, sama sekali tak mampu menahan semua berat tubuhku.
Sebelum ambruk, buru-buru aku mencari kursi terdekat dari tempatku berdiri dan menyandarkan tubuhku padanya. Aku, dengan mata kepalaku sendiri, melihat istri tersayangku sedang melakukan persetubuhan dengan kedua tukang service itu.
Mereka berdua sedang menikmati kedua lubang kenikmatan yang ada di tubuh seksi istriku. Pak Jali dengan batang penis yang penuh dengan bentolan, sedang menusuki vagina Sarah dari arah belakang. dan anaknya Randu, dengan penis bengkoknya sedang menyodoki mulut Sarah dari arah depan. Yup. Mereka sedang melakukan Threesome.