Maswat Sunda itu telah menjadi maswat binal yang haus akan sex, dan sang maswat cantik jelita itu telah bertekad untuk menuntaskan perzinaan yang syahdu ini.
“Oh Nyai Lasmi… oh Nyai.., memek kamu indah banget Nyai?” Ganang membisik
“Mas Ganang…oughh……..”, hanya desis lirih yang keluar dari mulut sang Ustazah cantik itu.
“Nyai Lasmi… bolehkah kontolku mengentoti memekmu Nyai?”
“Ouhh…apa mas Ganang?”, nafsu birahi membuat Nyai Lasmi tak begitu jelas mendengar kata-kata Ganang.
“Bolehkah kontolku mengentoti memek, Nyai?”, Ganang mengulang kalimatnya.
“Oh, iya mas Ganang, segera entoti aku…oh…mas entot memekku…oh entoti memekku ..”
Dan jilbab suci sang ustazah, menjadi saksi atas perzinaan itu. Begitu pula dengan busana muslimah yang berserakan di lantai yang sedari tadi lepas dari tubuhnya.
Andaikan saja jubah putih yang tergolek dilantai itu punya mata dan telinga, pasti bisa ikut menikmati persenggamaan dan perzinaan yang sedang dan akan dilakukan oleh pemiliknya.
Nyai Lasmi yang telah dimabuk birahi itu begitu penasaran akan sebatang kontol yang mengangguk-angguk penuh nafsu di hadapannya. Ia pun mulai mengelus-elus kontol yang telah begitu tegang itu dengan tangannya yang lembut.
Entah sadar atau tidak, tangan kanan Nyai Lasmi bergerak dari depan ke belakang berkali-kali dengan tempo sedang. Ini membuat semacam kocokan yang makin membangkitkan gairah Ganang yang sudah telanjang bulat.
Demi merasakan kocokan lembut ummahat berkacamata itu, Ganang semakin ditenggelamkan oleh birahinya sendiri. Ia letakkan lututnya di atas sofa dan memajukan penisnya yang begitu bergejolak sehingga menyentuh bibir merah muda ustadzah shalihah itu.
Jilbab kuning panjang Nyai Lasmi terlihat sedikit basah akibat keringat yang mulai mengucur sehingga menampakkan dengan jelas body indahnya pada Ganang. “Ayo dong, Nyai sayang….Masukin kontol Ganang ke dalam mulut indah Nyai.
Ganang boleh kan ngentotin mulut Nyai? Akkhhh… Ayo Nyai, gedean mana sih kontol Ganang sama punya suami Nyai?” Gesekan-gesekan pergelangan tangan Nyai Lasmi di bulu kemaluan Ganang yang hitam, keriting, dan lebat itu membuat Ganang gemetar bukan kepalang.
“Iya sayang…masukin aja kontol kamu ke mulut Nyai, Nyaii pengen banget ngemut kontol kamu. Habisnya punya kamu jauh lebih besar dan lebih panjang daripada punya suami Nyai.”
“Duh, kamu kok ngomongnya begitu sih Nyai….Kamu ustadzah dan ummahat tapi omongannya kayak pelacur. Kontol aku kan bau banget.”
Ganang semakin puas menghina isteri pertama Ustadz kondang yang dipuja banyak orang itu. Kata-kata kotor terus keluar dari bibir Ganang sementara tangannya memegangi kepala Nyai Lasmi yang terbungkus jilbab bagai memegangi kepala PSk pinggir jalan.
“Nggak apa-apa Ganang sayang…Nyai suka kok kontol bau!” tanpa pikir panjang lagi, Nyai Lasmi langsng memasukkan kontol Ganang yang besar bukan main dengan gerombolan urat di batangannya yang telah membiru ke dalam mulutnya. Ia telan bulat-bulat kontol yang telah berlendir di ujungnya itu, menunjukkan betapa terangsangnya pemiliknya.
“Terus Nyai…OOhhh, ternyata kamu doyan sama kontol gede ya?” Ganang terus mendesah dan mengerang menikmati mulut dan lidah ummahat sekelas Nyai Lasmi yang sedang memanjakan kemaluannya.
Sementara itu Nyai Lasmi pun tak bisa berbuat apa-apa saking asyiknya ia mengulum kejantanan pria shalih di hadapannya. “OOhh, Nyai sayang…begini yoh rasanya ngentot mulut Nyai.”
“Begitu panasnya permainan kedua insan ini, di mana Nyai Lasmi tampak begitu lihai mengoral penis Ganang sampai Ganang terheran-heran karenanya. 10 menit kemudian, Ganang merasa gejolak nafsu di kontolnya sudah tak tertahankan lagi. “Nyai lonteku…..mana janjimu tadi, katanya mau kasih liat memek kamu!”
Seperti robot yang selalu menurut apa kata tuannya, Nyai Lasmi langsung memelorotkan celana dalamnya yang ternyata telah dibanjiri cairan cintanya akibat rangsangan-rangsangan yang dilancarkan Ganang betubi-tubi.
Tak lupa ia tanggalkan pula bra putihnya hingga bagian-bagian paling vital dan sensitif itu tersingkap sudah. “Ganang sayang, Nyai udah telanjang neh…..Entotin Nyai ya, Nyai lagi horny banget neh…”
Mendengar pengakuan jujur itu, darah Ganang langsung menggelegak. Berarti pagi ini ia akan menikmati manisnya kemaluan seorang isteri yang begitu alim ini lengkap dengan butir-butir ovum yang hangat, baru saja matang, dan pastinya siap untuk dibuahi beteteh-beteteh sperma yang begitu kental miliknya.
“Nyai, kamu mau aku hamilin…?” Bisik Ganang lembut di telinga Nyai Lasmi.
Nyai Lasmi pun menjawab tak kalah lembutnya, “Mau sayang…..entotin Nyai sampai sampai puas kagak bakaln hamil.” Ganang langsung mengambil posisi mengangkangi pinggul sang Nyai pujaannya.
Ia singkap sedikit bulu kemaluan ummahat yang cukup lebat itu karena belum sempat dicukurnya. Dibelahnya sedikit demi sedikit memek suci nan harum itu hingga ia melihat dengan jelas lapisan merah muda dengan butiran sebesar kacang menggantung di atasnya. “Akkhh…Ganang, cepet masukin kontol kamu. Entotin aja Nyai sepuasmu…”
Seperti tak ingin cepat mengmasiri kenikmatan ini begitu saja, Ganang hanya mamarkir kepala kontolnya yang menggunung itu di sela-sela rerumputan hitam yang menutupi gundukan bukit menggemaskan milik seorang ustadzah terkenal itu.
Sebagai gantinya, ia merapatkan dadanya ke payudara Nyai Lasmi dan menggesek-gesekkannya. Tak lupa payudara montok dan kencang itu walau tak begitu besar ia remas-remas sambil sesekali memelintir putingnya yang kecoklatan.
“Aakkkhhhh….Ganang sayang” Nyai Lasmi serasa menenggak anggur merah ketika diperlakukan seperti itu. Ia telah mabuk dalam kubangan nafsu kebinatangan yang terlarang akibat birahinya sendiri.
Ganang, yang sekalipun shalih dan bertubuh tegap, namun tetap saja sebenarnya ia tak boleh menikmati manis dan harum tubuh dan alat seksual ummahat itu. Namun kini, Ganang tengah menumpahkan birahi jalangnya pada tubuh indah nan seksi ummahat itu.
Gilanya lagi, Nyai Lasmi bukannya berontak atau menghindar, namun ia malah mengizinkan bahkan memaksa Ganang untuk berbuat cabul pada dirinya. Bahkan gesekan-gesekan kontol Ganang pada bibir vaginanya membuatnya begitu tersiksa.
Bagai kesetanan, Nyai Lasmi langsung memeluk tubuh Ganang yang mulai basah akan keringat erat-erat dan mencakar-cakari punggung ikhwan perkasa itu, “Sialan kamu Ganang….cepet masuki kontol kamu ke memek aku. Entotinsayaaaaaaannnggg…..!”
“Duh, kok omongan Nyai kayak pelacur gini sih. Kamu kan ummahat shalihah, jilbab kamu aja panjang banget gini.”
“Iya aku pelacur sayang….aku perek jalang, aku budak seks kamu. Cepet yang…..ayo ngentot sama Nyaii, genjoti memek Nyai keras-keras…”
Tak mau membiarkan bidadari berkacamata itu lebih tersiksa lagi, Ganang pun menurunkan pinggulnya perlahan. Tanpa harus diperintah lagi, kepala kontol yang cukup besar itu mulai beraksi membelah vagina yang telah melahirkan beberapa orang anak itu.
“Nyai…memek Nyai kok anget banget sih. BEda sama punya isteri Ganang….Ganang suka banget memek Nyai, OOOOhhhh…telen kontol Ganang dong pake memek Nyai.”
Entah kenapa Ganang kembali memanggil Nyai Lasmi dengan sebutan Nyai. Mungkin menurutnya, kata ‘Nyai’ terdengar lebih erotis daripada kata ‘Lasmi’. Dan itu terbukti, Nyai Lasmi yang semula sedikit pasif, kini aktif kembali.
Dengan kelamin yang sudah berkedut-kedut tak karuan, dan daraf sensualnya yang terus berkontraksi, Nyai Lasmi mulai menghisap-hisap kontol Ganang yang berusaha menyeruak ke dalam rongga vagina yang sebenarnya haram buatnya.
Nyai Lasmi pun kembali mendesah-desah binal seolah memberi semangat pada Ganang untuk segera menyetubuhinya. Setelah beberapa saat mengempot-negmpot kepala dan batang kontol Ganang, Nyai Lasmi pun dapat merasakan kejantanan yang lebih besar daripada yang biasa ia layani sebelimnya itu menerobos masuk ke dalam organ vitalnya.
“Akkhhh…Nyai….Ganang masuk, Nyai. Bismillahir Rahmannir Rahiiiiiiiiiiiimmmmmm.” KOntol Ganang pun langsung amblas dalam hangatnya rongga kelamin Nyai Lasmi. “Nyai ikhlas kan saya entot?”
Nyai Lasmi langsung menggeletar ketika merasakan sebatang penis dengan kehangatan dan ukuran yang jauh berbeda dari milik suaminya tercinta, memenuhi rongga memeknya.
Rasa kenikmatan itu terus menjalar ke seluruh tubuh, apalagi ketika Ganang menarik kontol yang begitu ia banggakan itu disertai hentakan keras menekan dinding kemaluan suci itu setelahnya, hingga si empunya sampai menggelinjang dan mengangkat dadanya tinggi-tinggi.
“Nyai ikhlas kok yang……Nyai ikhlas dientot sama kamu” Ganang mulai melakukan kocokan erotis pada vagina mungil Nyai Lasmi itu berkali-kali hingga Nyai Lasmi tak mampu membuka matanya saking nikmatnya genjotan Ganang.
Apalagi tak henti-hentinya Ganang meremas-remas peyudaranya dan melumat bibirnya yang merah muda. “OOOhhh…ampun Ganang. Ennnaaakkkk bangeeeettt…..entoti Nyai truz sayaaaannngg….” Ummahat itu begitu histeris ketika Ganang meningkatkan tempo genjotannya.
Untungnya, teriakan binal ummahat yang begitu keras itu langsung diredam Ganang dengan bibirnya agar tak terdengar keluar.
Ternyata urat-urat di batang kontol Ganang telah benar-benar membuat Nyai Lasmi menjadi gila. Ia pun turut menaik turunkan pinggul dan pantatnya yang montok seirama dengan goyangan erotis Ganang.
Keduanya telah sama-sama bercucuran keringat saat Nyai Lasmi melingkarkan kakinya di pinggul Ganang sehingga ikhwan itu semakin mudah melesakkan kontol hitam legam nan besar miliknya ke dalam kemaluan menggemaskan milik ustadzah yang telah begitu binal itu, “OOOhhh….ooohh….yes….Nyai gila, memeknya unstadzah legit banget euy….Ganang doyan ngentotin Nyai…”
Setelah sekitar 30 menit digagahi oleh Ganang dengan liarnya, gelora birahi Nyai Lasmi hampir sampai di puncak kenikmatan untuk kesekian kalinya.
Ia mulai meracau dan berteriak-teraik tak karuan, nafasnya sudah begitu memburu demi menatap kemaluannya yang cantik itu dipompa tanpa ampun oleh ikhwan yang tak henti-hentinya menghembuskan nafasnya yang panas dan penuh gairah ke wajah Nyai Lasmi.
“OOhhh…Ganang. Nyai mau keluar lagi neh…..semprot memek Nyai pake peju kamu dong yang anget n lengket…..ampuni Nyai Ganang……”
Ganang pun menambah intensitas genjotannya pada vagina yang masih begitu sempit dan hangat itu ia rasakan. Ia merasa nafsu iblisnya telah hampir sampai di batas maksimal.
Dan begitu Ganang merasakan derasnya gelombang yang menjalari batang kemaluannya……ia pun mendekap tubuh sang ummahat idaman dan melesakkan kontolnya sedalam mungkin. Cerita ini di publish situs Ngocoks.com
“Aaaaaaaaakkkkkkkkkkhhhhhhhhhh……rasain Nyai peju Ganang, Dasar Nyai pelacur jalang……..”
“Crrrrroooooootttt…..cccrrrooooottt…” Semburan lava panas nan lengket itu pun menghentak-hentak menghantam dinding memek Nyai Lasmi sehingga mebuat benteng birahi ustadzah berjilbab panjang itu hancur lebur.
Ia balas memeluk Ganang dan mencakar-cakari apa saja yang ia bisa raih dari tubuh Ganang. Tubuhnya berkelojotan dan menggelinjang bagai seekor anjing betina yang sedang disemprot air mani si jantan.
Dan masirnya….Nyai Lasmi pun melepaskan cairan cintanya yang paling suci dan paling penuh dengan ovum hingga ia terkulia lemas tak bertenaga.
Seiring dengan terlepasnya cairan cinta keduanya, Ganang pun langsung roboh di atas tubuh Nyai Lasmi. Dengan penis yang masih bersarang di memek Nyai Lasmi seraya menyemprotkan kedutan kedutan kecil penghabisan.
Ganang pun menciumi wajah Nyai Lasmi sebagai ucapan terima kasih. Ia merasa sedikit bersalah karena telah merusak kehormatan dan kesucian seorang Nyai Lasmi yang tampak menggulirkan setetes air mata dari sudut matanya.
Sementara itu, pasangan zinanya itu kini telah tak sadarkan diri setelah dipuaskan sepuas-puasnya oleh kuda binal berkontol panjang itu.
Segaris senyum tersungging di bibirnya menyiratkan perasaan hatinya yang begitu bahagia.Keduanya pun terus berpelukan bagai tak mau dipisahkan hingga adzan zhuhur membangunkan keduanya.