Pada mulanya Mbak Vidya marah kepada kamu yang tidak jujur dan menurut anggapannya, kamu itu playboy. Tetapi Tante sudah menjelaskan bahwa terkadang cinta itu harus berbagi. Dan Tante pastikan bahwa cinta kamu kepada kami bertiga tidaklah berat sebelah atau palsu, kamu mencintai kami bertiga sama besarnya, benar tidak, Ri?”
“Betul.” aku menjawab dengan menatap Mbak Vidya,” Ari mencintai Ibuku, Tante Hani dan Mbak Vidya sama besarnya. Sempat Ari mencoba memilih di dalam hati, tetapi Ari tidak bisa hidup tanpa salah satu dari tiga perempuan yang Ari cintai.
Ari tidak mau memilih. Ari tahu bahwa Ari egois, tetapi Ari benar-benar tulus mencintai semuanya. Ari tidak bisa memilih. Ari tidak tahu apakah Mbak Vidya bisa menerima Ari setelah tahu ini semua.”
Mbak Vidya menarik nafas, katanya,
“Ari. Pada awalnya Mbak merasa kamu hanya mempermainkan Mbak saja. Ari hanya ingin tubuh Mbak saja. Tetapi, setelah mengetahui bahwa kamu baru-baru ini saja menyetubuhi Mama kamu, maka Mbak menyimpulkan bahwa sebelum kamu mencintai Mama kamu seperti seorang kekasih, kamu lebih dahulu mencintai Mbak Vidya.
Karena Mbak ingat bahwa kamu cemburu ketika mengetahui Mbak pacaran sama cowok lain dan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Mbak lagi. Bukan begitu, Ari?”
“Oh, Mbakku. Mbak selalu menjadi cinta pertama Ari,” jawabku sambil memeluk tubuh telanjang Mbak Vidya dan berusaha mencium bibirnya. Tapi Mbak Viday mengelak. Aku menjadi bingung.
“Tapi Mbak tetap marah sama Ari,”kata Mbak Vidya lagi,”karena ternyata Ari telah menghamili Mamamu terlebih dahulu. Seharusnya Mbak yang kamu hamili, karena dari dahulu Mbak memutuskan untuk menjadi pacar Ari.
Tapi Mbak dapat maklum bahwa Ari tidur dengan Mama Ari sendiri, karena saat itu kamu cemburu dengan Mbak, sehingga akhirnya terjadilah hubungan itu. Di lain pihak, Mbak juga dapat maklum bahwa kamu tidur dengan Mamanya Mbak Vidya.
Mbak tahu bahwa mama selama ini tidak bahagia dengan papa, sehingga Mbak rela bila harus berbagi dengan Mama Mbak Vidya sendiri. Namun, mulai saat ini kamu harus dihukum setiap hari.”
Aku agak takut mendengar ini, namun Mbak Vidya meneruskan penjelasannya,
“Kamu harus menghamili Mbak dan Mama Mbak sekaligus. Itu hukuman kamu selama kamu ada di sini. Mengerti?”
Dengan perasaan bahagia yang tak dapat aku jelaskan, aku segera mencium bibir Mbak Vidya. Dalam posisi menyamping kami tiduran di tempat tidur sambil terus menukar ludah dengan kedua lidah kami yang asyik bergelut. Saat itu kurasakan Tante Hani ikut memelukku.
“Tante ikutan dong…. Kan kamu harus menghamili kami berdua?”
Aku beringsut tidur telentang, sementara Tante Hani dan Mbak Vidya menyamping menghadap aku dengan satu payudara masing-masing menempel di dadaku. Kurentangkan kedua tanganku sehingga tangan sebelah kanan memeluk Tante Hani dan yang kiri memeluk Mbak Vidya.
Kualihkan kepala ke Tante Hani dan ia langsung melumat bibirku. Kami asyik berciuman selama beberapa saat sebelum tangan kiri Mbak Vidya menarik wajahku ke arahnya dan bergantian Mbak Vidya berciumanku denganku selama beberapa saat.
Untuk beberapa menit kami bertiga bergantian berciuman. Beberapa saat kucium Tante Hani, beberapa saat aku cium Mbak Vidya. Lama kelamaan kami berpelukan sehingga tiga tubuh kami kini bagai menyatu. Tangan kiri Mbak Vidya merangkul sampai punggung ibunya sementara tangan kanan Tante Hani juga merangkul punggung anaknya.
“Dari tadi Ari mulu yang cium kalian. Kalian berdua ciuman juga, dong.” kataku.
“Ih, Ari… Masak Mbak cium Mama Mbak sendiri?”
“Ah, ludah Mbak sudah bercampur dengan ludah Ari, lalu dicampur ludah Tante Hani, jadi sebenarnya Tante Hani sama Mbak Vidya sudah merasakan ludah satu sama lain, kan. Ayo dong…. Pasti seru…..”
Kami bertiga berdebat beberapa saat, masih sambil berangkulan dengan mesra. Setelah beberapa saat merayu akhirnya Mbak Vidya mengecup bibir Tante Hani.
“Yaelaah… Itu mah kecup sebentar,” kataku,”Pake lidah juga dong…”
Mereka berdua tampak tersipu, wajah mereka bersemu karena malu. Namun akhirnya mereka perlahan berciuman. Pertama bibir dengan bibir bertemu, lalu kedua bibir merekah dan lidah mereka malu-malu bersinggungan sebelum bibir mereka merapat.
“Ayolah…. Jangan malu-malu…. Ari aja ketagihan main ludah sama kalian berdua….”
Akhirnya lidah mereka mulai menyapu sedikit demi sedikit. Lama kelamaan tampaknya mereka sudah tidak canggung lagi dan mulai berciuman dengan bernafsu. Lidah mereka menjilat-jilat dengan semangat. Bunyi bibir mereka berkecupan makin lama makin keras saja.
Aku menjulurkan lidah dan memotong ditengah. Kini kami bertiga asyik berciuman serabutan. Saling menjilat dan mengecup. selain cipokan kini kedua saudara sedarah ku itu mulai berani saling sedot payudara antar keduanya dan dilakukan secara bergantian,
Suasana begitu hot. Kami bertiga sudah mulai basah oleh keringat. Bau tubuh Mbak Vidya dan Tante Hani yang berlainan menambahkan semangat. Suatu ketika Mbak Vidya dan aku sedang asyik berciuman ketika Tante Hani bergerak untuk meludahi tempat di mana bibirku dan Mbak Vidya bertemu. Aku dan Mbak Vidya bagaikan orang kehausan menghabisi liur Tante Hani dan meminumnya.
“Kurang…..” kataku sambil mendorong Mbak Vidya sehingga dia tidur telentang, dengan aku tidur di sampingnya. Kutarik tangan kiri Mbak Vidya ke atas sehingga keteknya dengan rambut halus terlihat. “taruh disini yang banyak….”
Tante Hani mulai mengumpulkan ludah dan perlahan meludahi ketiak basah Mbak Vidya. Setelah air liur yang sedikit berbusa milik Tante Hani cukup banyak di situ, aku dengan semangat ’45 mulai menjilati ketiak Mbak Vidya perlahan.
Bau mulut Tante Hani bercampur bau ketek Mbak Vidya membuat combo sensualitas ke level yang berbeda. Sementara, Tante Hani merangkak di atas tubuh Mbak Vidya dan mulai menjilati payudara kanan anaknya itu.
Kulihat payudara kanan Mbak Vidya sudah basah oleh ludah ibunya. Tak berhenti sampai di situ, Tante hani mulai meludahi payudara kanan anak kandungnya itu, sehingga air liur Tante Hani memenuhi payudara itu.
Kemudian Tante Hani mulai menjilati sisa dada anaknya yang belum tersentuh lidahnya. Sehingga tak lama kembali tetek kiri Mbak Vidya basah oleh air liurnya.
Aku mulai menjilati payudara kiri Mbak Vidya yang kini memiliki bau campuran antara bau mulut ibunya dan bau tubuhnya sendiri. Kunikmati jengkal demi jengkal buah dada kanan Mbak Vidya dengan perlahan dan penuh perasaan, menikmati bau tubuh dua wanita yang kucinta. Ketika kukenyot pentil tetek kanan Mbak Vidya, Tante Hani mulai menjilati perut anaknya itu.
“Aaahhhhh…….. Ari…… Sedot pentilku……….”
Kusedoti pentil Mbak Vidya bergantian, sambil terkadang menjilati bagian lain payudaranya yang sudah dilapisi ludah Tante Hani selama beberapa lama sementara Tante Hani asyik menyelomoti perut ramping anak gadis satu-satunya itu.
Perlahan kepala Tante Hani mulai turun membuat Mbak Viday mengerang semakin keras. Ketika Tante Hani sampai di selangkangan anaknya, dengan tiba-tiba Tante Hani menjilati cepat klitoris anaknya itu.
“Mamaaaaa…… Enaaaaaakkkkkk……”
Aku tak tahan lagi. Aku berdiri di belakang Tante Hani yang sedang menjilati memek anak kandungnya sendiri, lalu dengan satu tusukkan, aku hujamkan kontolku kedua kalinya hari itu ke dalam lobang kakak ibuku itu.
Tante Hani menggumam namun tidak melepaskan jilatannya. Aku pegang pinggul tanteku itu dan mulai mengentotinya dengan keras-keras. Sementara Mbak Vidya mengerang-erang karena memeknya terus dilahap ibunya, bahkan kini dengan jari tengah, lubang vagina Mbak Vidya mulai dicolok-colok oleh Tante Hani.
Peluhku sudah membanjir dan pantat Tante Hani sudah kuhajar berkali-kali dengan selangkanganku sementara kontolku merojok-rojok di dalam memek sempitnya.
Tiba-tiba badan Tante Hani menjadi kaku dan kurasakan memeknya kembali bergetar sementara cairan memeknya menyembur sehinga luber keluar membasahi kontol dan selangkanganku selain selangkangannya sendiri.
Saat itu, Mbak Vidya berteriak karena orgasme, sebab saat Tante Hani orgasme, ia mengenyot kelentit Mbak Vidya dengan keras, menyebabkan Mbak Vidya pun klimaks.
Tante Hani menjatuhkan diri di samping kanan Mbak Vidya, sementara aku belum puas. Kulebarkan kaki Mbak Vidya lalu aku hujamkan kontolku ke dalam memeknya. Mbak Vidya menjerit kecil.
Kutindih badannya dan merengkuh payudaranya, sambil kuremas erat, aku mulai mengentoti Mbak Vidya dengan cepat dan kuat. Memek Mbak Vidya memang yang paling sempit yang pernah aku rasakan, sehingga sensasinya memang berbeda.
Mbak Vidya yang lemas memegang pergelangan tanganku perlahan, untuk sementara ia tidak memberikan banyak perlawanan. Namun tak lama Tante Hani kembali ke dalam kancah peperangan.
Ia merangkak dari arah berlawanan di hadapanku, sehingga kepalanya dan kepala Mbak Vidya terbalik dan ia mulai menjilati wajah Mbak Vidya sehingga tak lama seluruh wajah anaknya telah habis dilumuri ludahnya, kemudian ia mulai turun menjilati leher sampai tak ada satu jengkalpun yang lewat, untuk dilanjutkan dengan menjilati bagian atas dada Mbak Vidya.
Aku sangat suka melihat seorang ibu menjilati anak perempuannya, sehingga tanganku kulepas dari tetek Mbak Vidya dan aku memegang pinggul Mbak Vidya saja dan memperhatikan lidah Tante Hani asyik menjilati payudara anak kandungnya itu. Sementara, tangan kiri tante Hani tampak diselipkan di selangkangannya sendiri tanda bahwa ia sedang masturbasi juga.
Dari sudut pandangku, aku hanya melihat punggung bohay penuh keringat milik tanteku, kepala bagian belakang dan atas, dan sedikit wajah tanteku, diiringi lidahnya yang menjilati tubuh anaknya, sekarang ia sedang asyik menjilati pusar Mbak Vidya.
Dalam usaha mendekati klimaks, begitu gemasnya aku melihat pemandangan di depan sehingga akhirnya aku raih kedua payudara besar Tante Hani yang menggantung di tubuhnya, lalu aku mulai menciumi punggung Tante Hani yang basah itu.
Cukup lama juga aku meremasi payudara besar tanteku sambil menciumi dan menjilati punggungnya, tak lupa aku cupangi sekujur punggung tanteku itu sebagai bukti cintaku dan bukti bahwa aku pernah menggauli perempuan itu. Cerita ini diupload oleh situs Ngocoks.com
Bau tubuh Tante Hani dan bau tubuh Mbak Vidya kini sudah terekam dengan baik di otakku, sama seperti bau tubuh ibuku. Sehingga seluruh anggota tubuh mereka bagiku adalah kekuasaanku, dan seluruh anggota tubuh mereka adalah taman bermainku.
Saat aku sudah dekat klimaks, kurasakan tubuh Tante Hani maju lagi dan tahu-tahu lidahnya menjilati bagian selangkanganku dan selangkangan Mbak Vidya di mana saat itu sedang terjadi persenggamaan antara kontolku dan memek Mbak Vidya.
Kulihat kedua tangan tante Hani juga sudah menumpu di tempat tidur, pantat Tante Hani kini sudah ditekan di bawah, rupanya ditekan di wajah anaknya, dan kuyakin bahwa Mbak Vidya kini sedang menjilati memek ibunya walaupun aku tak dapat melihatnya.
Pemandangan ini membuat aku tidak tahan lagi sehingga tiba-tiba kontolku menyemburkan sperma di dalam tubuh sepupu yang paling kucinta itu dengan selangkanganku yang kutekan diselangkangannya.
Mbak Vidya juga mengejan dan dapat kurasakan memeknya menjadi lebih basah karena cairan vaginanya merembes cepat keluar tanda orgasme, sementara Tante Hani asyik mengenyoti bulu jembutku dengan keras dan tubuhnya pun mengejan, kulihat pantatnya menekan ke bawah.
Tetes terakhir spermaku kubuang dalam rahim sepupuku yang cantik itu, sementara Tante Hani dengan lemas menggulingkan diri ke samping anaknya, dengan kepala sejajar paha Mbak Vidya.
Aku sendiri menindih Mbak Vidya walau kontolku masih bersarang di gua kenikmatan miliknya. Mbak Vidya tersenyum lemah, sementara aku kini mulai menjilati wajahnya yang penuh dengan cairan memek Tante Hani.
Kehidupanku sungguh ajaib dan hebat, pikirku. Sekarang, tinggal memikirkan cara untuk ibuku mau bersetubuh rame-rame seperti halnya Tante Hani dan Mbak Vidya.
Well to the well well well, tunggu tanggal mainnya! … dan kami pun tidur bersama untuk melepas lelah dari pertempuran hebat tadi, hanya selimut putih yang menutupi ketiga tubuh bugil kami.