Cerita Sex Rahasia Pribadi Suami – Pengalaman masa laluku adalah rahasia pribadiku. Tapi secara jujur sudah kuceritakan semua kepada istriku. Tampaknya istriku penuh pengertian. Bahkan dengan tenang ia menanggapi pengakuanku, “Masih bagus Mas tidak main sama perempuan nakal.
Jadi tidak ada penyakit yang dibawa ke masa depan anak-anak kita. Yang penting mulai sekarang Mas jangan macam-macam lagi ya.” Oh, Syifa memang istri yang bijaksana. Bukan hanya cantik tapi juga memiliki jiwa yang besar. Membuatku semakin mencintainya.
Tapi pengalaman yang “aduhai” di masa laluku, seringkali menggodaku. Lalu mendatangkan fantasi baru. Fantasi yang ternyata banyak dikhayalkan oleh suami-suami lain. Aku masih ingat benar ketika aku menyetujui keinginan Aldi untuk gabung denganku, kemudian melakukan semuanya di villa Blue Roses.
Kenangan itu melekat terus di batinku. Lalu kini berkembang. Mulai membayangkan seandainya istriku diajak melakukan seperti waktu di villa Blue Roses. Pada mulanya aku sering berpikir apakah aku ini normal atau tidak.
Ngocoks Tapi setelah membaca dari sebuah situs terkemuka di internet, katanya pikiran yang sering menggodaku ini normal-normal saja. Bahkan kata situs itu, lebih dari 50% para suami suka membayangkan seperti yang sering kubayangkan. Suka membayangkan, seandainya istri mereka disetubuhi lelaki lain.
Terutama mereka yang sudah mulai dilanda kejenuhan dalam rumah tangganya. Apakah aku sudah mulai jenuh pada Syifa yang sudah 10 tahun menjadi istriku dan menjadi ibu dari kedua anak-anakku? Bukankah dahulu aku begitu tergila-gilanya pada Syifa, sehingga tak sabar lagi ingin cepat-cepat menikahinya waktu ia baru tamat SMA? Karena takut keburu disamber pria lain?
Ya, tadinya Syifa adik kelasku di SMA. Waktu aku kelas 3, dia baru kelas 1. Dan aku hanya mengejar D2, lalu kerja dan cepat-cepat menikahi Syifa yang baru lulus SMAnya.
Syifa lahir dari keluarga yang cukup mapan. Sehingga ia tidak terlalu merongrong padaku, bahkan mertuaku mendorong agar aku melanjutkan kuliah sampai S1. Kerja sambil kuliah, akhirnya membuatku lumayan berhasil di kantorku. Setelah meraih S1, posisiku makin baik di kantorku.
Syifa bisa kusebut luar biasa bentuknya. Teman-temanku juga menganggapku sukses, karena berhasil mempersunting Syifa yang demikian cantik dan seksinya. Kulitnya termasuk putih bersih untuk ukuran orang Indonesia.
Tubuhnya tinggi langsing, tapi payudaranya lumayan montok, dengan bra ukuran 36, yang selalu dirawat agar tetap kencang. Wajahnya rada mirip Sarah Azhari. Bahkan di mataku, Syifa lebih cantik. Kulitnya pun lebih putih daripada kulit Sarah Azhari.
Hanya hidungnya memang tidak sebesar hidung artis seksi itu. Tapi hidung Syifa tetap tergolong mancung. Aku mau to the point mengapa aku membuat tulisan ini. Sekaligus untuk sharing dengan teman-teman yang memiliki kesamaan dengan pengalamanku.
Yang menjadi titik masalahku adalah gairah seksualku. Meskipun aku mempunyai seorang istri yang cantik dan seksi, gairah seksualku menurun sejak setahun yang lalu. Kalau aku bersenggama dengan istriku, rasanya aku sangat memaksakan diri, mencari-cari gairah untuk memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami.
Padahal umurku baru 30 tahun, sementara istriku baru 28 tahun. Aku sering merasa bersalah kalau tidak memenuhi kewajiban batin pada istriku. Padahal aku tahu Syifa sangat dominan nafsu seksnya. Terkadang ia sengaja merangsangku sedemikian rupa, dengan tujuan agar aku menyetubuhinya.
Lalu aku pun mengkhayalkan macam-macam supaya gairah seksualku bangkit. Anehnya khayalanku lain dari yang lain. Aku suka membayangkan Syifa sedang disetubuhi orang lain. Lalu aku merasa cemburu dan dari kecemburuan itu bangkitlah nafsuku.
Kemudian aku berhasil membangkitkan kejantananku dan menggauli SInta sebagaimana mestinya. Aneh memang. Aku seperti mendapatkan obat yang mujarab kalau mengkhayalkan istriku sedang disetubuhi orang lain, sementara aku seakan-akan berada di dekat mereka.
Kemudian hal ini berlanjut dengan kebiasaan baru. Aku suka nonton dvd bokep. Tapi setelah sering digoda oleh khayalan aneh itu, aku jadi pilih-pilih waktu mau membeli plat dvdnya. Hanya yang 3some atau swinger yang kupilih. Yang 3some, hanya MMF (male-male-female) yang kupilih.
Lalu aku nikmati dvd-dvd porno itu dengan membayangkan seolah-olah aku jadi salah seorang pria yang sedang menggauli wanita itu. Isteriku juga suka kuajak nonton bareng. Meski ia tidak begitu suka nonton film porno, tapi setelah sering kupaksa akhirnya mau juga menontonnya di dalam kamarku.
Waktu nonton film 3some atau bang my wife atau swinger, pada mulanya istriku berkomentar seperti tidak suka, “Ih…masa satu perempuan dikeroyok dua laki-laki begitu?!”
Aku berusaha menjawab sambil memberi sugesti sedikit demi sedikit, “Tapi dengan threesome begitu, semua pihak jadi puas sekali.”
“Maksud Mas?” Syifa memandangku dengan sorot heran.
“Hehehe…cewek itu pasti akan merasa lebih puas digauli dua orang cowok daripada sama satu cowok. Lihat…dia dielus dari dua arah, jadi lengkap kan? Dan hehehe…pasti lebih variatif, karena ada dua macam batang kemaluan….”
“Tapi cowok-cowoknya?”
“Akan lebih puas juga. Waktu temannya sedang menyetubuhi perempuan itu, gairahnya jadi bangkit lagi. Jadi yang biasanya cuma kuat satu kali dalam semalam, kalau threesome begitu bisa tiga atau empat kali seorang. Kalau dua orang…ya bisa sampai delapan kali atau lebih perempuan itu menerima ejakulasi partner-partnernya.”
“Ihhh…” Syifa bergidik.
Lalu pandangan kami tertuju ke film lain. Tentang seorang suami yang sudah tua, sementara istrinya masih muda. Judulnya juga “Please bang my wife”. Bisa ditebak seperti apa jalan cerita film itu.
Lagi-lagi istriku protes, “Kok bisa ya suami itu menyuruh orang lain menyetubuhi istrinya?”
“Itulah salah satu kreativitas dalam kehidupan seksual, untuk mengatasi kejenuhan. Di zaman sekarang hal seperti itu sudah lazim.”
“Lazim?! Di barat kali Mas.”
“Di negara kita juga sudah banyak sekali yang melakukannya. Nanti deh kuperlihatkan sebuah situs yang menawarkan swinger, threesome, gang bang dan sebagainya.”
Kemudian kujelaskan apa yang disebut swinger, threesome, gang bang dan sebagainya. Syifa seorang pendengar yang baik. Tapi malam itu ia memperlihatkan ketidaksetujuannya pada penjelasanku, “Manusia kok aneh-aneh sih? Masa istrinya dibiarin digauli orang lain? Disaksikan sama suaminya sendiri lagi. Apa suaminya nggak cemburu?”
“Tentu saja cemburu. Tapi dari cemburunya itu sang suami mendapatkan sensasi. Sehingga nafsunya jadi timbul secara luar biasa. Lebih hebat daripada memakai obat perangsang.”
“Ih,” istriku bergidik, “Kalau aku dibegituin sama orang lain, Mas begitu juga? Jadi tambah nafsu padaku?”
Pertanyaan itu agak mengejutkan. Terlalu cepat rasanya. Tapi aku berusaha menjawabnya sambil berusaha menenangkan diri, “Aku malah sering membayangkan kamu digauli pria lain. Khayalan itu memang nyebelin pada mulanya. Tapi anehnya, setelah membayangkan hal itu, nafsuku jadi timbul, sayang.”
Syifa menatapku dengan sorot penuh selidik, “Nggak salah tuh? Jangan memancing pertengkaran ah. Kita kan sudah sepakat tidak mau bertengkar lagi, demi ketentraman anak-anak kita.”
Aku tersenyum. Kupeluk pinggangnya, lalu kuelus rambutnya sambil berbisik, “Aku serius, sayang. Hidup di zaman sekarang memang harus kreatif. Jangan berjiwa kampungan.”
“Maksud Mas? Mau ikut-ikutan seperti di film itu? Terus hubungan kita jadi rusak dan anak-anak jadi korban, begitu?”
Susah sekali meyakinkan istriku agar mengikuti jalan pikiranku. Padahal biasanya ia penurut, senantiasa mengikuti jalan pikiranku. Tapi seperti yang kubaca dari sebuah situs, hal seperti ini memang perlu waktu. Jangan memaksakan kehendak. Semuanya harus berjalan tenang dan smoothly.
Tapi diam-diam kubujuk terus istriku agar mau mengikuti apa yang senantiasa menggoda pikiranku. Jawabannya malah semakin tegas, “Nggak ah. Jangan ngaco Mas. Mungkin Mas sudah bosan padaku dan ingin dapat izin untuk selingkuh dengan cewek lain kan? Buang saja jauh-jauh pikiran edan itu Mas. Ingat akibatnya nanti.”
Aku terhenyak. Tapi aku masih punya senjata. Dengan membelai rambutnya secara lembut dan berkata setengah berbisik, “Kamu salah paham, sayang. Fokusnya bukan seperti itu. Aku ingin mendapatkan manfaat yang fantastis dari keinginan itu. Sungguh, aku akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku berjanji bahwa aku justru akan semakin mencintaimu, sayangku, buah hatiku, permataku….”
Syifa hanya menatapklu dengan sorot nanar. Lalu memelukku, tanpa kata-kata terlontar lagi dari mulutnya. Aku pun tak mau mendesak terus. Biarlah semuanya berjalan secara santai. Jangan ada unsur pemaksaan.
Tapi diam-diam aku pun semakin aktif mengcopy kisah-kisah dan pengakuan dari para pelaku swinger maupun threesome. Semuanya kusimpan di komputerku yang bisa selalu online ke internet di dalam kamarku.
Dan pada suatu pagi, sebelum aku berangkat ke kantor, kubisiki istriku, “Nanti bacalah semua salinan dari situs terkenal itu. Aku sudah saving di file dengan kode MMF. Minimal pelajari dulu, supaya kamu mulai mengerti, Yang.”
Istriku tidak menjawab. Tapi sorenya, setelah aku pulang dari kantor dan sedang menikmati kopi panas di depan TV, Syifa menghampiriku di sofa. Duduk di sampingku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku. Dan berkata, “Tadi sudah kubaca semuanya Mas.”
“File MMF itu?” tanyaku dengan jantung deg-degan, karena ingin tahu reaksinya.
“Iya,” sahut istriku perlahan, “Ternyata sudah banyak yang melakukan itu, ya Mas. Hampir di semua kota besar di negara kita sudah ada clubnya.”
“Iya. Dan kisah-kisah nyatanya sudah dibaca juga?”
“Sudah. Ih…bikin aku degdegan bacanya.”
“Sekarang mari kita bicara jujur. Kamu terangsang nggak waktu membaca kisah-kisah nyata itu?” tanyaku sambil memperhatikan wajah istriku.
“Iya sih…terangsang banget….membayangkan dua orang cowok me…ah…pokoknya terangsang Mas. Tapi Mas nggak marah kan?”
“Kenapa harus marah? Kan semuanya itu aku yang mulai, aku yang menginginkannya, karena sudah lama aku mengkhayalkannya.”
“Terus?”
“Sekarang ya terserah kamu, sayang. Aku nggak mau main paksa. Aku ingin agar seandainya hal itu terjadi, tidak ada yang merasa dipaksa.”
“Dan tidak boleh ada yang menyesal?!” Syifa menatapku dengan senyum malu-malu.
“Aku jamin, sayang. Kamu buktikan sendiri nanti, aku malah akan semakin sayang padamu.” Istriku terdiam. Kuelus pipinya dengan lembut, “Sudah mulai mengerti apa yang kuinginkan?”
“Nggak tau Mas. Aku takut akibatnya. Lagian emang ada orang yang mau kita ajak?”
“Ada. Dijamin ada. Orangnya dijamin bersih. Tampan dan intelektual. Bukan orang urakan.”
“Lho…kok sepertinya sudah dipersiapkan sematang itu, Mas?”
“Mmm…tadinya dia itu teman chatting. Dia orang baik. Sering datang ke kantorku. Dia sudah 26 tahun, tapi masih bujangan. Dia trauma, karena pacarnya meninggal ketika dia sedang siap-siap mau menikahi cewek itu.”
“Kenapa meninggal? Kecelakaan?”
“Bukan. Kena kanker hati. Dibawa ke Singapura, tapi tetap tidak tertolong.”
“Terus…emangnya Mas sudah janjian sama dia?”
“Baru diajak ngobrol sepintas saja. Dia cepat mengerti, karena pernah kuliah di Amerika. Dia bilang, di Amerika hal seperti itu sudah biasa. Padahal sebenarnya di negara kita juga sudah banyak yang melakukannya.”
Syifa terdiam. Ketika aku bertanya mengenai keputusannya, ia cuma berkata perlahan, “Nggak tau Mas. Aku masih takut…masih harus dipikirkan dulu baik buruknya.”
“Baiklah,” kataku sambil membelai rambutnya, “Pikirkan dulu sematang-matangnya. Yang jelas, aku menganggap hal itu positif. Sangat positif, demi keutuhan hubungan kita. Bukan sebaliknya.”
“Kedengarannya rada aneh memang. Demi keutuhan hubungan kita, tapi jalannya seperti itu,” kata istriku dengan nada dingin.
“Karena aku bisa memiliki khayalan yang fantastis. Lebih kuat daripada obat perangsang. Ini akan menimbulkan gairah yang luar biasa, baik bagiku maupun bagimu.”
Hari itu tidak ada keputusan. Keesokannya kudesak lagi istriku. Lalu ia berkata, “Kalau soft dulu bagaimana Mas? Jangan langsung…soalnya aku masih risih sekali.”
“Boleh,” sahutku gembira. Minimal sudah ada “kemajuan” dalam pendirian istriku. “Misalnya ciuman saja dulu. Kalau kamu merasa kurang enjoy, ya jangan dilanjutkan.”
“Tapi Mas…jujur aja, aku belum bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi nanti. Jangan-jangan aku pingsan sebelum ketemuan orang itu.”
“Hmmm…jangan takut, sayang. Kan ada aku di sampingmu,” kataku sambil mengelus punggungnya.
“Justru aku nggak bisa bayangin dipeluk…dicium dan sebagainya oleh laki-laki lain, di depan suamiku sendiri.”
“Yah…di situlah kita harus sama-sama tegar, demi sesuatu yang lebih bermanfaat buat batin kita.”
*****
BARU sampai di situ isi file “Istri Tercinta” itu. Jelas file itu belum selesai, kalau Mas Toni mau menyelesaikannya. Karena aku paling tahu apa yang telah terjadi. Isi file itu baru awalnya, awalnya sekali.
Setelah membaca kisah nyata yang belum selesai itu, aku pun jadi tercenung dibuatnya.
Terbayang lagi semuanya dengan jelas di pelupuk batinku. Sangat jelas, karena itu awal dari suatu perjalanan yang tadinya kuanggap aneh, tapi lalu aku berusaha membiasakan diri. Dan lama kelamaan jadi suatu tuntutan batin, untuk melakukannya lagi dan lagi dan lagi.
Oh, kenapa aku harus mengalami kisah hidup seperti ini? Tapi, apakah aku bisa disalahkan? Bukan aku membela diri. Semua yang terjadi itu adalah untuk mengikuti keinginan suamiku. Tadinya aku malah tak pernah membayangkan akan terjadi seperti itu.
Aku masih ingat benar, sore itu aku masuk ke dalam hotel dengan jantung berdegup kencang. Mas Toni yang mengatur semuanya itu. “Kita harus datang duluan, supaya kamu tidak terlalu canggung, sayang.”
Kalau tidak salah jam 18.30 aku dan suamiku sudah berada di dalam kamar hotel five star itu. Di kamar yang terletak di lantai 16. Padahal Mas Toni sendiri yang bilang bahwa janjinya dengan orang itu jam 19.30. Berarti harus menunggu sejam.
Aku menurut saja ketika suamiku menyuruhku mengganti pakaian dengan kimono yang dibawa dari rumah. “Biar lebih seksi,” katanya dengan senyum menggoda. Ceritasex.site
Kucubit lengan suamiku dengan jantung berdebar-debar. Lalu masuk ke kamar mandi untuk mengganti celana panjang dan blouse dengan kimono sutra putih bercorak sakura biru muda. Anehnya, di kamar mandi aku merasa harus menanggalkan behaku.
Lalu menggantungkannya di kapstok kamar mandi. Apakah ini pertanda bahwa aku sudah siap melakukan apa yang Mas Toni inginkan? Entahlah. Ketemu sama orangnya juga belum. Waktu aku masih di kamar mandi, terdengar suara Mas Toni berbicara dengan seorang pria.
Dengan siapa ya? Dengan bell boy? Tapi kedengarannya mereka cukup akrab. Membuatku penasaran. Lalu aku mengintip dari pintu kamar mandi yang kubukakan sedikit. Ada seorang cowok tinggi dan tampan sedang berbicara dengan Mas Toni.
Ah… itukah orang yang sudah dijanjikan oleh suamiku? Orangnya setampan itu? Ah…kenapa dia sudah datang secepat ini? Bukankah janjiannya sejam lagi?
Lututku terasa gemetaran. Dengan perasaan bergalau.
“Sin…ini Yan sudah datang!” seru suamiku. Yang kusahut dengan “Iya,” sambil berkaca sebentar di depan cermin kamar mandi. Dengan jantung semakin degdegan.
Duh, apa yang akan terjadi nanti? Kenapa aku mendadak jadi grogi begini?
Aku keluar dari kamar mandi. Menghampiri suamiku dan tamunya yang…ah…benar-benar tampan orang itu!
“Kenalan dulu sayang,” kata suamiku sambil memegang bahuku.
Cowok yang kata suamiku sudah berusia 26 tahun, tapi kelihatan jauh lebih muda, menjulurkan tangannya dengan senyum simpatik, sambil menyebutkan namanya, “Yansen….”
“Syifa…” kataku mengenalkan diri, dengan suara tersendat.
Dan…tanganku yang sedang dijabat oleh Yansen tidak dilepaskan. Bahkan ia menarikku untuk duduk di sofa panjang, sementara suamiku duduk di kursi lain sambil menggoyang-goyang kakinya.
“Cantik kan istriku?” kata Mas Toni.
Yansen yang masih memegang tanganku dengan hangatnya, menatapku dengan senyum dan berdesis, “Iya Mas. Cantik sekali…”
Bersambung…